40. Menyukai Jeno?

8.9K 1.6K 183
                                    

Renjun menekan tombol di mesin penjual otomatis dan menunduk untuk mengambil cola-nya. Park Jisung yang berada tidak jauh di belakangnya mengeluarkan ponsel dari saku dan segera memasukkannya lagi ketika Renjun menoleh ke arahnya sambil tersenyum.

"Halo, Jisung!"

Lelaki bermata sipit itu tampak terkejut ketika Renjun menyapanya. Ia bahkan tidak bisa menjawab sapaan lelaki mungil itu.

💘

"Mengapa gugup?"

"Apa?" Jaemin melirik Jeno.

"Apa yang membuatmu gugup?" Lelaki tampan itu mengulang pertanyaannya.

"Hanya... Aku memang sering gugup, kau tahu itu. Pokoknya seperti itu. Kemarin aku terus memikirkannya sampai hendak tidur. Sepertinya hari Sabtu kemarin kau yang membayar semuanya. Aku benar-benar merasa tidak enak. Nanti pasti akan kubalas!"

"Kau akan mengajakku menonton lagi nanti?"

"Boleh juga, tetapi memangnya akan ada tugas untuk menonton lagi?"

Sebenarnya ia memberi harapan atau menjaga jarak? Batin Jeno.

"Seleramu seperti apa?" tanya Jeno setelah mengingat perkataan ibunya.

"Selera? Selera apa?" tanya Jaemin balik setelah mereka sudah duduk di sofa.

"Misalnya seperti artis yang kau suka."

"Banyak sekali artis yang kusuka!" Jaemin mendadak semangat, "Itzy yang waktu itu datang ke festival, IOI juga, Red Velvet juga aku suka."

Jeno mengeluarkan ponselnya untuk mencari semua artis yang dikatakan oleh Jaemin, "Tidak ada artis laki-laki yang kau suka?"

"Artis laki-laki?"

Tzuyu tiba-tiba menghampiri mereka, "Aku juga penasaran! Sepertinya kau tidak pernah membicarakan tipe laki-laki kesukaanmu. Jadi, kau suka yang seperti apa?"

"Itu... Aku juga—"

"Misalkan dirimu ada di dalam drama, kau lebih memilih laki-laki tampan namun dingin atau laki-laki ramah dan dandy?"

"Aduh. Mengapa juga orang-orang seperti itu suka padaku?"

"Aduh, jangan memikirkan itu. Bisa saja mereka suka."

"Walaupun seperti itu, tetapi tetap saja tidak mungkin. Mereka terlalu tampan."

"Justru bagus jika tampan. Mengapa kau tidak mau? Sudahlah. Pilih saja mana yang lebih kau suka!" Tzuyu sedikit mendesak agar ia tahu siapakah yang dipilih Jaemin? Jeno atau Minhyung?

"Aku dandy!" ujar Felix di belakang mereka.

"Aku si dingin!" Kini giliran Dahyun yang menyahut.

"Aku pilih peran utama saja." Jawaban Changbin paling di luar nalar.

"Aku... tidak terlalu suka yang tampan." jawab Jaemin sambil menunduk yang mana membuat Jeno tertegun.

Tzuyu berteriak frustrasi karena Jaemin tidak mengerti juga. Ia bertambah kesal karena Felix, Dahyun, dan Changbin masih saja berteriak-teriak, "Diam! Berisik kalian semua! Aku tidak bertanya pada kalian! Mereka tidak akan suka pada kalian!"

"Mengapa kau hanya menanyakannya pada Jaemin? Pilih kasih."

Sementara mereka semua berteriak-teriak, Jeno bertanya pada Jaemin, "Apa maksudnya tidak terlalu suka?"

"Memang dari awal tidak mungkin juga orang yang seperti itu suka padaku, tetapi—" Jaemin mengangkat kepalanya dan netranya langsung bertabrakkan dengan netra legam Jeno. Ia kembali menunduk dan mencicit, "Jika aku menyukai yang tampan, bagaimana dengan pandangan orang-orang?"

"Memangnya mereka akan memandang seperti apa?" tanya Jeno. Jaemin belum sempat menjawab karena pintu ruang jurusan terbuka dan Renjun muncul dari baliknya.

"Halo! Jeno dan Jaemin ternyata ada di sini." Lelaki mungil itu menghampiri mereka berdua, "Tadi aku sedikit membicarakan percobaan kita untuk ujian akhir dengan Woojin dan Yeeun, tetapi ternyata memang tidak bisa jika tidak ada ketuanya. Nanti kita bicarakan bersama ya!"

"Iya." jawab Jaemin.

"Oh ya, Jeno. Kau ingin minum?" Renjun tersenyum sambil memberikan sekaleng cola untuk lelaki tampan itu.

"Tidak." jawab Jeno tanpa mengambil kaleng yang disodorkan oleh Renjun.

Renjun tertawa kecil, "Aku tidak sengaja membeli dua kaleng. Bukankah kau suka minum ini?"

"Sekarang Renjun sedang pendekatan?" tanya Changbin.

"Jeno jahat. Renjun jadi malu." goda Felix.

"Tidak! Bukan seperti itu!" jawab Renjun cepat, "Jika kau tidak menerima ini, suasana akan menjadi semakin aneh."

Jeno menatap Renjun kesal lalu menerima minuman itu, tetapi ia tidak meminumnya melainkan memberikannya pada Jaemin, "Ini, minum."

"Mengapa memberikan padaku? Ini untukmu!"

"Karena itu untukku, jadi terserah padaku ingin melalukan apa."

Renjun tersenyum, "Iya. Pokoknya kau sudah menerimanya."

"Aku ingin ke toilet." Jaemin bangkit dari tempat duduknya.

"Jaemin, aku ikut."

"Iya, Renjun."

💘

Jaemin menatap bayangannya di cermin. Ia merasa semakin rendah diri saat berdiri di sebelah Renjun. Ia merasa wajahnya lebih besar dua kali lipat daripada Renjun, kulitnya sangat gelap bila dibandingkan dengan Renjun, tubuhnya juga jauh lebih besar daripada lelaki mungil itu, dan Renjun tersenyum.

"Jaemin, aku selalu memperhatikannya. Kau pandai sekali memilih pakaian. Kau sangat cocok memakai celana bahan. Aku tidak cocok karena pendek."

"Tidak!" jawab Jaemin cepat. Menurutnya, yang menentukan busana itu adalah wajah.

"Oh ya, kau pergi ke bioskop dengan Jeno? Apakah seru?" Renjun mengalihkan pembicaraan.

"Kau tahu?" Jaemin sedikit terkejut.

"Maaf, jadi itu rahasia? Aku bukannya ingin menguping, tetapi tidak sengaja terdengar."

"Rahasia? Sama sekali bukan! Aku hanya menonton untuk tugas pelajaran."

"Karena tugas? Ternyata seperti itu?" Renjun tersenyum, "Jaemin, aku merasa kurang jelas sehingga aku ingin bertanya, kau tidak menyukai Jeno, bukan?"

"Aku? Te—" Jaemin ingin menjawab tentu saja tidak, tetapi wajah Jeno terputar di otaknya sehingga ia tidak bisa menjawab langsung, "Aku..."

💘

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now