48. Benar-benar Tidak Tahan

7.8K 1.5K 81
                                    

"Hei, kau yang bernama Jeno? Salam kenal." ujar Yootae ketika Jeno dan Jaemin sudah duduk di kursi. Jeno tidak menjawab, ia justru menatap Jaemin yang duduk di seberangnya. Lelaki manis itu tampak canggung. Jeno langsung meneguk sojunya ketika mengingat Jaemin yang sempat bersama dengan Minhyung sebelum masuk ke dalam kedai.

Padahal seharusnya Jaemin menjelaskan bahwa Jeno salah paham, tetapi ia tidak mau membicarakan hal seperti itu di depan Yootae yang pernah mengatakan hal buruk tentangnya. Jaemin tidak tahu harus berbuat apa dan akhirnya ia memilih untuk meneguk sojunya dalam sekali tegukan.

Padahal ia tidak bisa minum, tetapi soju itu langsung ditenggaknya. Batin Jeno. Dan benar saja, empat puluh menit kemudian Jaemin sudah mabuk.

"Kak, ia—"

"Sudah kuduga." gumam Tzuyu sebelum Jeno sempat menyelesaikan perkataannya, "Jaemin, mengapa mabuk seperti itu? Mari mencari angin."

Jaemin tidak menjawab. Sepertinya ia benar-benar mabuk berat.

"Jaemin, aku akan merokok di luar. Kau mau ikut bersamaku mencari angin jika ingin mabukmu hilang?"

"Iya." jawab Jaemin lemas. Tzuyu membantunya berjalan agar tidak terjatuh.

"Aku ingin pulang sekarang karena harus mengikuti jam kereta." kata Jeongyeon.

"Kami juga ingin membuat tugas." kata senior-senior perempuan yang lain.

"Jaemin juga merokok?" tanya Yootae ketika Jaemin dan Tzuyu sudah pergi keluar.

"Sepertinya tidak." jawab lelaki manis yang duduk di sebelahnya.

"Jeno, aku ingin minum denganmu sesekali. Kau dan aku adalah dua anak paling tampan di jurusan kimia, bukan?"

"Aku baru mendengar yang seperti itu." gumam Sasung yang merupakan satu-satunya lelaki submisif di meja itu.

"Yang lain sudah pulang, efek alkoholnya juga sudah mulai naik. Mari kita berbicara sebagai sesama laki-laki."

Jeno tidak menjawab. Ia hanya menatap Yootae datar.

😠

Sementara itu, Jaemin sedang memegangi kepalanya di sebelah Tzuyu yang merokok.

"Bagaimana jadinya? Sepertinya kau belum berbaikan dengan Jeno." Tzuyu membuka pembicaraan.

"Aku hanya asal ikut."

"Kau ini selalu membuat kesal. Aku tidak ingin tahu lagi." Tzuyu berpura-pura marah.

"Aku juga tidak tahu harus bagaimana." Setelahnya, Jaemin memutuskan untuk menceritakan perlakuan Renjun padanya.

"Renjun mengatakan hal seperti itu?" tanya Tzuyu setelah Jaemin selesai bercerita.

"Iya." jawab Jaemin gugup. Ia takut terlihat seperti orang yang senang menyebar gosip tentang orang lain.

"Apa? Gila. Ia sudah gila?!"

"Bukan. Hanya saja aku merasa bahwa itu aneh."

"Aku terlalu tidak habis pikir hingga sulit berkata-kata! Apa maksudnya ia mengatakan hal seperti itu?! Berpura-pura baik! Ia sudah tidak waras?!" Tzuyu membelalakkan matanya, "Aku sebenarnya tidak tahu bahwa ia adalah orang yang seperti itu. Aku bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa tentangnya karena tidak ingin membicarakan di belakang, tetapi memang ada sesuatu dengannya! Entah mengapa ia selalu bertingkah menyebalkan terhadapmu! Anak itu aneh sekali!"

Jaemin merenungkan alasan yang membuat Renjun benci padanya. Apakah hanya karena ia melalukan operasi plastik? Jadi, kata-katanya yang mengatakan bahwa mereka berteman itu semuanya bohong?

😠

"Bukankah Jaemin suka padamu? Jadi, sekarang Jaemin dan Renjun suka padamu? Pasti kau merasa seperti raja! Kau pernah memiliki kekasih yang lebih cantik daripada Renjun sehingga Renjun tidak cukup untukmu? Sebenarnya, jika disuruh memilih antara dua orang itu, orang-orang pasti akan memilih Renjun. Tetapi, kau dan aku sebagai orang yang selalu dikelilingi banyak perempuan dan laki-laki submisif pasti mengerti. Ada kalanya tubuh lebih penting daripada wajah." Yootae memegang gelas sojunya. Ia tidak begitu peduli pada Sasung yang menyenggol lengannya, "Sebenarnya, Jaemin agak berlebihan. Untukku lebih baik Renjun walaupun tidak ada volumenya. Coba saja jika wajah Renjun ditambah dengan tubuh Jaemin, pasti semua orang ingin menjadi kekasihnya."

Jeno masih tetap mendengarkan walaupun sebenarnya perkataan Yootae itu sudah menyulut emosinya.

"Yang lucu itu, Renjun memang di depan dan di belakang banyak yang menyukai, tetapi Jaemin, padahal di belakang orang-orang mengatakan ia adalah monster operasi plastik, tetapi di depannya seperti ingin mencoba dekat. Aku tidak mengerti. Tetapi, sebenarnya aku juga penasaran, apakah bokongnya juga dioperasi atau tidak. Jika hanya dilihat pasti tidak akan ada yang tahu."

PRANG

Tzuyu dan Jaemin langsung masuk kembali ke dalam kedai ketika mendengar suara gaduh.

"Ada apa dengan mereka?! Mengapa mereka bertengkar?!" Tzuyu panik, "Hentikan! Hei, Jeno! Hei, apa-apaan anak ini?! Jika ingin bertengkar, keluar dari tempat ini! Aku akan panggil polisi!"

Dan polisi datang beberapa saat kemudian. Mereka dibawa ke konstitusi pelayanan. Yootae menyalahkan Jeno di hadapan petugas pelayanan itu.

"Si brengsek ini yang memukul terlebih dahulu! Saya hanya korban yang kena pukul!"

"Jika kau sudah membalas satu kali pukulan, walaupun pada akhirnya kalah, tetap saja ini adalah kekerasan dua arah. Jadi, bagaimana? Lebih baik berbaikan saja karena kalian masih muda."

"Tidak mau! Jika ia tidak memohon maaf, pokoknya saya akan menuntut!"

Petugas itu mengalihkan perhatiannya pada Jeno, "Adik, sepertinya kau yang lebih banyak memukul. Sudahlah, lebih baik kau meminta maaf saja dan selesaikan baik-baik."

"Maaf." ujar Jeno datar, "Harusnya tadi kubunuh saja supaya orang ini tidak cerewet."

"Bajingan kecil ini sudah gila!"

"Hei, diam! Masih ingin bertengkar juga di kantor polisi?!"

Tepat saat itu, Jaemin datang bersama Tzuyu. Ia tahu semua yang Yootae katakan karena tadi Sasung memberi tahunya dan ia merasa bahwa Yootae memang pantas dipukul.

Mengapa aku harus mendengar kata-kata seperti itu? Batin Jaemin. Matanya menatap ke arah Jeno yang babak belur, walaupun tidak lebih buruk daripada Yootae.

"Kau sendiri yang paling tahu bahwa sebenarnya tidak ada orang yang berhak menertawakanmu."

Kata-kata Minhyung menguatkan Jaemin. Ia berjalan mendekati Jeno dan Yootae seraya bergumam, "Laki-laki brengsek."

Jeno meliriknya, sedangkan Yootae masih saja mengoceh, "Padahal aku hanya bercanda supaya lebih akrab, tetapi bajingan kecil ini terlalu menganggap serius. Jika kau tidak memohon maaf padaku, lihat saja! Tak akan kubiar—"

"Bukankah kakak yang seharusnya meminta maaf padaku?" sela Jaemin dengan wajah yang sudah memerah.

😠

Karena kemaren ga up, pengennya hari ini double up lagi heheh.

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now