MPL-1

115K 4K 187
                                    

Devanio POV

Sinar matahari pagi merambat lurus menembus jendela kaca kamar. Membuat Aku terbangun dari tidur lelap.

Aku segera bangun dan mandi. Mengingat pagi ini aku harus berangkat bimbel. Jika bukan demi persiapan UN, aku tidak akan bangun pagi di hari Minggu.

Selesai bersiap aku segera turun ke ruang makan. Di sana aku melihat Mama, adik perempuanku dan beberapa maid yang membantu menyiapkan sarapan.

"Pagi, Ma!" Sapaku ke Mama sebari duduk di kursiku.

"Pagi sayang. Kamu mau kemana sudah rapi seperti itu?" Mama bertanya heran. Rapi? Biasanya aku juga berpenampilan seperti ini.

Saat ini aku hanya memakai kaus hitam lengan pendek, yang kututupi dengan hem kotak kotak berwarna biru donker lengan pendek tanpa kukancingkan, serta celana jens hitam. Tak lupa sepatu snekers hitam putih.

"Les Ma," jawabku singkat

"Pagi, sayang! Maaf aku terlambat." Tiba-tiba ayah datang. Ia langsung menarik kursinya yang berada di kepala meja.

"Tumben Minggu pagi kamu sudah rapi. Mau kemana?" Tanya ayah di sela sela makan.

"Bimbel yah. Nanti jam delapan," jawabku tanpa melihat ayah.

"Yha sudah. Yang semangat yha sayang," tutur mama dengan senyuman tulusnya. Aku dapat melihat banyak sekali harapan yang ada di mata dan senyuman mama.

Aku hanya mengangguk dan memberikan senyuman kecil. Yap kecil. Mengingat aku memang jarang sekali tersenyum, apa lagi tertawa.

Selesai sarapan aku langsung bergegas ke lantai dasar masion. Aku berniat akan menaiki motor agar lebih cepat sampai di tempat bimbel.

"Selamat pagi tuan Devanio! Apakah tuan akan pergi? Apakah tuan perlu saya antar?" Tanya Billy berbondong.
Ia adalah beta ayahku. Aku tidak sengaja berpapasan dengannya.

"Tidak Bil. Aku naik motor saja,"

"Baiklah tuan, saya permisi," pamit Bili. Tak lupa ia memberi hormat kepadaku.

aku segera mengambil motor dan melajukannya dengan kecepatan tinggi menerobos hutan.

Aurora POV

Kring......

Suara jam beker membangunkanku dari tidur nyenyakku. Aku segera bangun dan mematikan jam teresbut. Tak lupa melihat angka yang tertera. Menunjukkan pukul 7 tepat.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi kecil rumahku. Rumah ini tidak terlalu besar untuk kutinggali sendiri.

Ibuku sudah meninggal saat usiaku 12 tahun. Sementara ayah, ia tewas saat di medan perang melawan munsuh di pack yang kutinggali dulu. Setelah kejadian itu, ibuku memilih berbaur dan tinggal bersama manusia.

Selesai mandi aku mengenakan pakaianku yang sederhana. Blus warna crem, dipadukan dengan jens warna hitam serta sepatu yang berwarna senada. Tak lupa rambut coklat panjangku kuikat ekor kuda ke belakang.

Oh iya.. aku lupa. Aku sedang merebus mie instan. Mengingat itu aku segera mematikan kompor dan menambahkan bumbu-bumbu kedalam mangkuk.

Dengan kecepatan kilat aku makan mie tersebut. Segera kuambil tas lalu bergegas menuju halte, menunggu bus.

Hari ini memang hari Minggu, tapi berhubung besok UN maka hari ini ada les tambahan yang menurutku bila tidak diikuti akan rugi.

Hari ini adalah hari keberuntunganku. Bus datang tak lebih dari 5 menit setelah aku tunggu.
Aku segera menaiki bus dan mencari tempat duduk. Namun, ternyata nihil. Tidak ada kursi yang kosong. Alhasil aku terpaksa berdiri.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now