MPL-17

21.9K 1.4K 5
                                    

"Sebenarnya aku-." Ayolah! Mengapa aku merasa tidak yakin mengetakannya seperti ini. Yakinlah Nasya! Ini yang terbaik.

"Sebenarnya aku-." Ia memberi isyarat dengan tangannya untukku diam.

"Maaf, aku harus pergi ke perbatasan. Ada masalah disana. Kau bisa mandi, aku akan segera kembali dan kita bisa turun untuk sarapan." Ia mengambil kemeja di sofa dan memakainya segera. Kemudian dia bergegas pergi keluar tak lupa menutup pintu kembali.

Aku menghembus napas panjang dan bergegas ke kamar mandi, menyegagkan tubuhku dan pikiranku tentunya.

Aku keluar dengan pakaian yang aku temukan di satas sofa. Sebuah dres hitam lengan pendek yang menutupi pahaku.

Kemana dia pergi? Perutku sudah meraung-raung sedari tadi, tapi dia tak kunjung kembali.

Tak tahan lagi aku memberanikan diri mencari keberadaan dapur. Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar.

Di setiap koridor banyak para maid berlalu lalang. Syukurlah mereka tak memperdulikan keberadaanku.

Aku terus berjalan tanpa arah mengelilingi pack hous. Mencari keberadaan dapur agar aku bisa makan sesuatu.

"Kamu siapa?" Mataku membuat. Suara itu berasal dari belakangku. Aku harus menjawah apa? Aku saja belum tahu siapa nama mateku.

Aku membalikkan badanku. Melihat siapa yang memanggilku.

Wanita bertubuh tinggi dan merwajah cantik. Sepertinya ia memiliki kedudukan yang tinggi di pack ini.

"Aku-" ayolah.. berikan aku jawaban yang tepat.

"Permisi Luna, sarapan sudah siap," ucap salah satu pelayan yang menghampiri kami.

Luna? dia Luna? Astaga! kesalahan apa yang tadi aku lakukan? Entah hukuman apa yang akan menantiku nanti.

Setelah diberikan anggukan pelayan tersebut pergi, meninggalkan aku dan wanita yang kuketahui sebagai Luna itu sendiri.

"Baju yang kau pakai itu milikku." Tubuhku menegang. Apa! Pakaian ini milik Luna? Tapi mengapa pakaian ini ada di kamar Mateku. Apakah mateku seorang Alpha? Tapi, tidak mungkin mempunyai dua Luna kan?

"Ma..maaf Luna aku tidak mengetahuinya. Aku akan melepaskannya segera," ucapku panik.

"Kakak ipar! Kenapa wajahmu setegang itu?" Apa yang aku lihat ini benar? Luna sedang tertawa. "Aku hanya bercanda kakak ipar," ucapnya di sela tawanya. Dan apa dia bilang? 'Kakak ipar'? Aku kakak iparnya?

"Kemarin kakakku meminjamkan pakaian itu untukmu. Kalau kamu menyukainya kau bisa mengambilnya," ucap Luna menjelaskan.

"Dan jangan panggil aku 'Luna'. Panggil saja aku Rora!" ucap Luna menatapku hangat.

"Tapi Luna jika-"

"Tidak ada tapi-tapian," ucap Luna, maksutku Rora tegas.

"Baiklah... Rora," ucapku sedikit tak yakin dan dibalas oleh senyuman hangat dari Rora.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now