MPL-42

42.1K 1.3K 32
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah sepuluh bulan lebih perangan itu berakhir. Banyak hal yang berubah setelah peperangan. Namun, perlahan semua mulai seperti sediakala. Walau kilasan tetap terlukiskan di setiap ingatan.

"Kau sudah bangun?" tanya seorang Pria yang baru saja membuka matanya, menyadari Wanita di sampingnya sudah membuka mata terlebih dulu darinya.

"Hmm" jawabnya singkat sembari menikmati pemandangan di atas sana. Langit biru dengan awan putih yang menggumpal ditambah dengan angin semilir serta pepohonan yang rindang.

"Kenapa?" tanya wanita itu karena tak ada respon dari pria di sampingnya itu.

"Lihatlah putramu ini. Dia masih tertidur pulas di atasku." Empat buah mata memandang seorang bayi yang tertidur tengkurap di dada sang Ayah.

"Dia juga putramu kan," ketus wanita yang merupakan Ibu dari bayi itu.

"Pelankan suaramu. Dia jadi terbangun." Kedua mata kecil itu terbuka. Setelah beberapa kali mengedipkan matanya, ia mengangkat kepalanya dan memandang sang Ayah di hadapannya.

"Ai'ah," ucap bayi itu membuka mulutnya sembari menggerakkan kedua tangannya seolah ingin menggapai wajah Ayahnya.

"Yha, dia adalah jagoanku."

*****

Segala macam persiapan pernikahan telah disiapakan. Hari ini pernikahan akan di selenggarakan. Dimana lagi kalau bukan di Blue Moon Pack.

Riasan telah selesai. Perias pengantin melangkahkan kakinya mundur dan melepaskan tangannya dari ramput wanita di depannya. "Bagaimana, kau suka?"

Wanita itu menatap pantulannya di cermin dan mengangkat kedua sudut bibirnya. "Sempurna. Aku suka," ucapnya puas dengan riasan yang telah ia dapat.

Krekk..!

"Bagaimana, apakah sudah selesai?" Pintu terbuka, menampakkan sosok perempuan di sana.

"Mama!" Sebelum jawaban keluar dari mulut sang perias, pengantin wanita itu terlebih dulu memalingkan wajahnya dan memeluk perempuan yang ia panggil Mama itu.

"Kau ini, sudah mau menikah masih saja manja." Perempuan itu melepaskan pelukan sang putri dengan susah payah. "Cantik," ucap perempuan itu menatap putrinya sangat lama. Rasanya tak percaya ia akan melepaskan putrinya hari ini.

"Mama, kakak Rora mana?" tanya pengantin itu kepada sang Mama. Yha, pengantin wanita itu tidak lain adalah Derin. Ia akan menikah dengan Matenya hari ini.

"Tuh." Sorang wanita dengan postur tinggi dan berambut panjang masuk dengan anak laki-laki di gendongannya.

"Hai Darrel, ikut Tante yuk!" ajak Derin kepada akan laki-laki itu dengan menyodorkan kedua tangannya.

"Egak au, acit," jawab Derrel menyembunyikan wajahnya di dada Rora.

"Lagian kau ini keponakan bukannya diajak main, malah di cubitin pipinya," ucap Clara menasehati putrinya itu. Derin memang sangat suka mencubiti pipi anak kakaknya itu. Rasanya seperti mencubiti squishy bagi Derin.

"Mau sampai kapan kalian akan berunding di sana? Acara akan segera dimulai." Mendengar suara itu, padangan langsung tertuju pada pria tinggi yang berdiri di depan pintu dengan tuksedonya.

"Iya-iya, ini juga sudah selesai," balas Clara kepada suaminya itu kesal. "Sana, sudah ditunggu calon suamimu," lanjutnya kepada putrinya.

"Mama!" seru Derin dengan pipi merahnya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now