MPL-34

20.3K 1.2K 10
                                    

Malam menunjukakan pukul sebelas malam. Suasana pack hous sangat hening dan sepi kerena hanya beberapa Warrior yang berjaga.

"Uhuk, uhuk." Clara terbangun dari tidurnya, tenggorokannya serasa kering. Ia butuh air minum sekarang.

Clara menolehkan kepalanya ke meja kecil disampingnya. Melihat ada gelas di sana, ia pun mengambil gelas itu dan ternyata kosong. Membuatnya harus pergi ke dapur.

Dengan perlahan Clara turun dari kasur. Ia tak ingin pria di sampingnya itu terbangun.

Clara melangkah keluar berniat untuk mengambil air minum. Namun, langkahnya terhenti melihat lampu kamar Devan menyala dengan pintu yang sedikit terbuka.

Penasaran apa yang menyebabkan Devan dan Rora belum tidur hingga selarut ini, Clara membuka pintu kamar putranya perlahan dan melangkah kedalam.

Pertama yang Clara lihat hanya kamar yang kosong. Tak ada seorang pun di dalam kamar. Kemana mereka pergi malam-malam seperti ini? batinnya.

"Huek! Huek!" Suara terdengar dari dalam kamar mandi yang diikuti suara air yang keluar dari keran. Mendengar itu Clara langsung bergegas melihat apa yang sedang terjadi

Clara membelalakan matanya melihat menantunya berdiri di westafel sedang memuntahkan makanan yang sudah berada di perutnya.

"Rora!" Tak dapat diam saja melihat menantunya seperti itu, Clara segara mendekati Rora, menahan bahu wanita itu.

"Mama," ucap Rora menyadari menyadari kebaradaan sang Mama.

"Rora, kau sudah mendingan?" Melihat wajah pucat Rora membuat Clara tak tega. Ia seolah melihat kilas balik dirinya waktu mengandung Devan dahulu.

"Iya ma, aku udah mendingan kok." Merasa sudah membaik, Rora melangkahkan kakinya kembali menuju kamar dengan dipapah oleh Clara.

Sesampainya di samping kasur, Rora menjatuhkan dirinya perlahan, menaikkan kedua kakinya, dan membaringkan dirinya yang dibantu oleh sang Mama.

Clara menghenbuskan napas beratnya. "Devan kemana sih, kenapa dia tak menemanimu disini?" tanya Clara yang sedari tadi mencari kehadiran pria itu.

"Dia_" ucap Rora menggantung. Ia tak tau dimana keberadaan Devan sekarang. Setelah ia meminta pria itu keluar kamar, Rora tak melihatnya lagi. "Dia belum kembali, ma."

"Bagaiman sih anak itu. Istrinya sedang hamil jam segini masih menghilang entah kemana," guman Clara mengomeli putranya. Ia tak habis pikir Devan tak prduli dengan kondisi Matenya.

"Biar Mama cari dia dan beri pelajaran anak itu." Dengan rasa kesal Clara melangkah keluar. Seolah melupakan rasa hausnya, Clara mencari putranya itu bukan mencari air minum.

"Mama, nggak usah. Rora bisa sendiri," ucap Rora dengan volume tinggi yang tak dihiraukan oleh sang Mama.

Rora menghembuskan napas berat. Saat ini ia sedang tak menginginkan kehadiran pria itu. Ia masih belum dapat menerima permintaan maaf dari Devan.

Tujuan pertama Clara adalah ruang kerja Devan. Selain tempat yang terdekat yang dapat ia sampai, tempat yang masih berada di dalam pack hous.

Lampu di ruang kerja Devan masih menyala. Clara semakin yakin jika Devan berada di dalam. Tanpa menunggu lama lagi, Clara langsung membuka pintu itu.

Seperti apa yang telah ia duga, Devan berada di dalam. Pria itu memandang Clara terkejut. Tak menghiraukan reaksi Devan, wanita itu melangkah mendekati putranya.

Plakk..!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Devan. Entah dari mana ada sebuah dorongan yang membuatnya melakukan itu. Saat ini ia merasa putranya itu telah melakukan kesalahan besar.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now