MPL-11

28.6K 1.8K 19
                                    

Hari semakin siang. Matahari perlahan semakin ke barat. Cuaca siang ini begitu panas. Ditambah banyak pekerjaan yang harus diselesaikan membuat Devan menjadi gusar.

Terlalu jenuh di ruang kerja Devan memutuskan meninggalkannya, keluar mencari udara segar dan mengistirahatkan pikirannya sejenak.

Devan berjalan tanpa arah mengelilingi pack hous terserah langkah kakinya. Sesaat ia teringat bahwa Matnya sedang membersihkan bagian kiri pack hous, tempat yang tak terpakai itu.

Devanio bergeges ke sana. Memantau seberapa persen ia telah menyelesaikan pelerjaannya yang dibantu oleh beberapa Maid.

Sesampainya di sana, ia dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa. Tak disangka ia akan melihat Matenya yang diangkat oleh Betanya di hadapan Maid-Maidnya dan semuanya terlihat baik-baik saja.

Tak ingin melihatnya terlalu lama, Devan melangkahkan kakinya menuju kamar.

Ia masuk ke dalam kemar mandi, menghidupkan shower, membiarkan air mengalir deras membasahi tubuhnya. Entah mengapa seluruh tubuhnya serasa panas.

Mendengar suara pintu terbuka, Devan keluar dari kamar mandi. Ia menemuka Matenya di sana. Tak menunggu lama, ia menghampiri Matenya, berdiri di belakang gadis itu.

"Habis ngapain saja kamu?" Mendengar suara dari belakang ia terkejut dan sepontan berbalik ke belakang.

Aurora mendapati Devan yang basah kuyup dari ramput hingga kakinya dengan pandangan ke bawah menahan amarah. Dengan sedikit takut Aurora memberanikan diri menghampiri Devan.

"Aku memberishkan pack hause bersama para Maid, kau juga susah tau itu kan?" Melihat devan berjàlan mendekat, Aurora refleks mundur perlahan.

Langkah mundur aurora terhenti. Tak ada jalan lagi untuknya. Ia telah menyentuh pintu di belakangnya. Sementara Devan terus melangkahkan kakinya.

Mata Aurora terpejam saat Devan telah berjarah satu meter di depannya. Devan semakin menghilangkan jarak antara mereka. Sementara aurora semakin memejamkan matanya. Datak jantungnya semakin cepat. Entah apa yang akan Devan lakukan kepadanya.

"Kau yakin?" bisik Devan tepat di telinga kanan Aurora sembari menghirup aroma memabukkan Matenya kuat-kuat.

"Yha," jawab Aurora singkat dan memberanikan diri membuka matanya. Merasakan hembusan napas Devan di kulit lehernya membuatnya tak dapat menghirup udara sektar.

"Baiklah, aku percaya itu." Devan mencium leher Aurora beberapa kali. Aurora yang merasakannya diam mematung dan menutup matanya kembali, merasakan aliran aneh di dalam tubuhnya.

Devan menghentikan ciumannya dan melangkah mundur, memberikan jarak antara mereka. Aurora menatap Devan sedikit takut. Devan hanya memberinya senyuman tipis dan meninggalkan Aurora tanpa sepatah kata pun.

*****

Pesta pernikahan akan diadakan tiga hari lagi. Segala persiapan akan dimulai hari ini. Mulai dari dekorasi, baju pengantin dan masih banyak lagi.


"Lihat ini kak, bagus banget gaunnya! Gimana kalau pakai ini saja kak?" ujar Derin dengan menunjukkan gambar model gaun pengantin yang terdapat di buku.

"Lihat ini kak, bagus banget gaunnya! Gimana kalau pakai ini saja kak?" ujar Derin dengan menunjukkan gambar model gaun pengantin yang terdapat di buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Perfect Luna (COMPLETE)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang