MPL-22

19.1K 1.2K 10
                                    

Hari semakin siang. Sebentar lagi adalah waktu makan siang. Seraya menghabiskan waktu, Rora bergegas menuju Dapur untuk melihat meja makan.

Sampai di pintu dapur, Rora menghentikan langkahnya. Ada seseorang yang mencurigakan berdiri disana.

'Jessy. Mengapa dia ada di sana? Buat apa ia di dapur?' Pikir Rora.

Jessy memanggil salah seorang Maid yang baru saja memotong mangga. Ia berbincang dengan Maid tersebut dan sesaat kemudian Maid itu memberikan mangkuk berisikan mangga itu kepada Jessy lalu meninggalkannya.

'Mangga? Bukankah mangga itu pesananku?' ucap Rora dalam hati.

Tanpa diketahui oleh para maid, dengan hati-hati Jessy menuangkan beberapa tetes cairan dari dalam botol kecil yang antik.

Mata Rora membulat melihat Jessy menuangkan sesuatu ke dalam mangga miliknya. 'Apa ia ingin membunuhku?'

*****

"Dev, kau percaya padakukan? Aku tidak mungkin melakukan hal itu." Hanya ini yang bisa aku lakukan, berharap Devan dapat mempercayaiku. Semoga dia masih percaya padaku.

"Apa kau punya bukti bahwa Jessy yang memberikan racun itu?" Bukti. Aku seharusnya tau, Devan pasti menanyakan hal itu. Dan sekarang aku tak mempunyainya.

"Aku_." Aku diam, tak tau apa yang harus ku katakan.

"Mengapa diam? Kau tak punya buktikan?" Sanggah Jessy meragukan.

"Yha. Aku memang tak punya bukti," ucapku jujur.

"Jadi, tuduhanmu itu tak terbukti?" Devan menatapku tajam dengan suara dingin. "Sebaiknya kau keluar."

Mendengar Devan, aku langsung keluar. Tak ada lagi yang ingin kusampaikan. Walaupun aku tak mendapatkan pembelaan dari Devan, tapi aku puas kali ini bisa membuat jalang itu kesakitan.

*****

Author POV

"Alpha, ada penghianat di semua pasukan dan penjaga 'pack house' yang dapat mengancam keamanan Alpha dan Luna, serta semua warga Blue Moon Pack juga akan ikut terancam."

"Aaaahhhh!"

Teriakan seorang pria mengeluarkan amarahnya yang ia tahan selama ini. Mengingat kabar yang di berikan para Gamanya beberapa hari yang lalu.

"Sampai kapan aku harus seperti ini?" Ia berguman.

"Maaf..." ucapnya lirih. Hanya kata itu yang ia sangat ingin katakan kepada seseorang yang telah ia lukai.

*****

"Luna ini pupuknya." Salah seorang maid menghampiri Rora.

"Letakkan saja di situ." Mendengar perintah dari Lunanya, Maid itu meletakkan karung yang berisi pupuk di samping Rora yang sedang membuat lubang.

Rora menghentikan aktivitasnya, melihat tanah di tangan dan lubang yang ia buat.

"Ups, sorry." Rora mengangkat kepalanya. Ia mendapati Jessy yang sengaja menandang tanah yang ia gali masuk lagi ke dalam lubang.

Rora melepaskan napas beratnya. Menghadapi wanita yang satu ini membuat ia harus ekstra bersabar.

"Mau apa lagi?" ucap Rora ketus. Tak memperdulikan kehadiran Jessy, Rora melanjutkan pekerjaannya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now