MPL-19

20.3K 1.2K 13
                                    

Merasa ditatap wanita itupun membuka suara. "Kau pasti Rora, Matenya Devan." Ia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Jessy Angela Martha, pacarnya Devan."

Mata Rora membulat tak percaya. Dengan percaya dirinya wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai pacar dari suaminya. Sungguh manakjubkan.

Tatapan Rora beralih kepada Devan meminta penjelasan.

"Yha, dia Jessy, pacarku." Mendengar
itu entah mengapa dada Rora menjadi sesak. Ada yang mengganjal disana.

"Devan, aku lapar. Ada makanankan disini?" rengek Jessy kepada Devan.

"Tentu swetty." Devan dan Jessy beranjak dari sana, meninggalkan Rora yang masih tak bergeming di tempatnya.

"Ayo Amour!" Mendengar teriakan Devan, Rora berbalik badan menyusul mereka.

Sesampainya di ruang makan Rora sudah melihat Jessy yang menyuapi Devan dengan buah strawbery yang cukup besar di tangannya. Wanita itu duduk di samping Devan, tempat biasanya ia tempati.

Tanpa suara Rora menarik kursi di depan Devan, tempat yang bagus untuk mengamati kedua sejoli yang seperti dimabuk cinta itu.

Rora berusaha tetap tenang. Belum saatnya ia memberi pelajaran kepada jalang itu.

Acara makan selesai. Hari juga mulai larut. Waktunya untuk tidur.

"Dev, aku capek. Aku tidur di kamarmu yha," pinta Jessy lagi-lagi kepada Devan saat menuju lorong-lorong kamar.

"Tapi itu bukan hanya kamarku, tapi juga kamar Rora. Kamu tidur di kamar tamu saja yha," jelas Devan tak kalah manis.

"Aku nggak mau. Pokoknya mulai malam ini kamar itu akan menjadi kamarku denganmu dan malam ini dan malam-malam seterusnya kamu harus tidur denganku." Kesabaran Rora telah sampai batasnya. Rora mendekat, berniat menampar wanita jahanam itu.

Belum sampai mendaratkan tangannya di salah satu pipi wanita itu, tangan Rora di tahan oleh tangan kekar Devan.

Melihat tangannya di tahan, Rora menatap pemilik tangan yang mencegahnya. Ia mendapati Devan yang menatap tajam yang membuat dirinya membeku tak percaya.

"Kau tidur di kamar tamu," ucap Devan tajam. Ia menghempaskan tangan Rora kasar.

Rora terdiam ditempat, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Apakah itu tadi benar-benar Devan? Apakah ia telah berubah? Pertanyaan demi pertanyaan melintas di kepalanya.

Setelah merasa tenang, Rora membalikkan badannya. Ia tak berniat untuk pergi ke kamarnya. Ia hanya ingin menanangkan dirinya saat ini.

*****

Malam semakin lelap, tapi sepasang Mate yang ingin tertidur belum juga tertidur. Bahkan hanya kurang menutup matanya rasanya sangat susah.

"Fan!" ucap Nasya di tengah keheningan.

"Hm," balas Fano dengan deheman.

"Wanita yang bersama Alpha tadi siapa?" Karna tak dapat menahan rasa penasarannya, Nesya pun bertanya.

"Teman dekat Alpha," jawab Fano singkat.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now