MPL-10

29K 1.8K 27
                                    

"Dia ngapain tuh ditengah-tengah cewek-cewek?" tanya Sila berguman.

"Cewek yang satu pegangan sama Rendra muluk dari tadi. Centil banget sih tu cewek. Ra?" Sekali lagi Sila menyenggol bahu Aurora dengan bahunya.

"Hem?"

"Lo- nggak papa?" tanya Sila hati-hati.

"Enggak," jawab Aurora tanpa mengalihkan pandangannya.

"Lo mau kemana?" Tiba-tiba saja Aurora memalingkan tubuhnya dan pergi begitu saja.

"UKS,"

"UKS? Dia sakit? Oh iya. Hepatitis. Sakit hati maksutnya." Sila mulai berbicara sendiri.

*****

Lama menunggu Aurora yang tidak datang juga. Ia mencoba menghubungi gadis kali ini.

Tutt... Tutt...

"Rora kamu dimana? Angkat teleponnya, sayang!" Rendra merasa kesal. Sudah 10 kali ia mencoba menelpon kekasihnya, tapi ia tak mengangkat panggilannya.

Tak ada cera lain. Ia segera mencari kekasihnya itu di seluruh penjuru kampus.

Ia tiba di perpustakan. Biasanya Aurora datang ke sini saat buku bacaannya habis atau saat butuh tempat yang sunyi untuk mencari inspirasi.

"Tania, Sila! Rora mana?"

*****

Rendra menghentikan langkahnya. Ia melihat pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Aurora duduk berdua dengan sahabatnya.


Juan, salah satu sahabatnya . Ia tau bahwa Juan juga menaruh hati pada kekasihnya itu. Namun, Juan mengalah karna tau Aurora menyukai Rendra bukan dirinya.

Aurora tertawa lepas mendengar candaan yang dilontarkan Juan kepadanya. Sudah lama mereka tidak mengobrol setelah dua semester berlalu.

Tak sengaja kedua mata Juan menangkap Rendra yang tengah berdiri tak jauh dari mereka. Melihat Rendra menatapnya, Juan memberhentikan ucapannya yang membuat Aurora menoleh ke belakang, mengikuti arah tatapan Juan.

"Gue pergi dulu yha," Juan beranjak dari sana. Ia membiarkan dua sejoli itu untuk meluruskan hubungan mereka.

"Kenapa lo berduaan sama Juan?" tanpa berbasa basi Rendra langsung meluapkan emosinya.

"Kenapa?" balas Aurora datar. "Lo bisa deket sama cewek lain. Tapi kenapa gue enggak? Sampai pegangan tangan lagi," Aurora tertawa hambar.

Rendra terbungakm. Ia tek tau harus berkata apa. Menjelaskan semuanya saat ini? Ia tidak siap untuk menerima konsekuensi yang ia dapatkan.

"Apa?" bentak Aurora. Ia mengambil satu langkah ke depan. "Lo nggak bisa njawab kan?" lanjutnya menantang.

Rendra menarik tangan Aurora, membuatnya lebih dekat dengan gadis itu. "Lo bicara kayak gitu karna lo liat gue pegangan tangan sama Klaresa?"

"Yha- mungkin seperti itu tapi, tidak juga. Dari dulu gue udah capek nghadapin fens-fens fanatik lo . Lo ramah benget sama mereka. Itu semua nggak salah kok, tapi lo juga harus ngertiin perasaan gue Ren."

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now