MPL-26

19.6K 1.2K 11
                                    

"Malam ini sepertinya kita akan berpesta." Dengan susah payah Rora menelan salivanya. Ia melangkah memundur.

Berapa pria keluar dari kegelapan, membuat badannya bergetar ketakutan. Yha, Rora takut saat ini, walaupun Rora seorang shewolf, dengan hilangnya Verlitiya, ia bukanlah apa-apa lagi.

'Litiya, kamu dimana. Aku mohon bantu aku melawan mereka, aku mohon kali ini saja!" ucap Rora berusaha menghubungi serigalanya lagi.

Tak ada sahutan darinya. Apa serigala itu sudah benar-benar tidak bernyawa?

"Apa mau kalian? Aku tidak mempunyai barang berharga, jadi bebaskan aku!" teriak Rora dengan suara bergetar. Tak ada jalan lagi untuknya. Ia sudah dikelilingi oleh pria-pria itu.

"Barang berharga yha? Itu sudah biasa kami dapatkan. Tapi, jika wanita cantik sepertimu sangat jarang sekali bukan," ucap salah satu dari mereka. Mereka pun dengan kompaknya memberikan seringai mencirigakan.

"Apa maksud kalian?" Kedua tangan Rora telah berada dalam cengkraman. "Lepaskan!" Ia berusaha memberontak.

"Ssstt.. kamu diam saja. Kami akan melakukannya dengan perlahan, asalkan kamu menurut dan tinggal menikmati saja."

"Tidak! Aku mohon jangan lakukan itu," pinta Rora yang tak akan digubris oleh mereka.

"Lepaskan dia!" Seperti sebuah malaikat, suara itu memberikan harapan lagi kepada Rora.

"Mau apa lo? Mau kami lepasin dia?" balas pimpinan mereka lalu mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Jangan harap. Kalian berdua, serang dia!"

Dua pria yang mengelilingi Rora berpindah tempat, bersiap untuk menyerang seseorang yang berusaha menyelamatkan dirinya. Dengan kepergian dua orang itu Rora dapat melihat seseorang yang berani menyelamatkannya.

Rora melihatnya, seseorang yang menyelamatkannya tidak lain adalah Juan. Pria itu tampak tegap berdiri di sana tanpa rasa takut sedikitpun.

Melihat wajah tenang Juan, pulukan di layangkan salah satu pria ke wajah Juan. Rora yang tak sanggup temannya dipukuli karena menolongnya menutup matanya.

Tak mendengar apa pun, Rora memberanikan dirinya untuk membuka mata. Juan masih berdiri tenang di sana, tanpa lebam sedikitpun.

Melihat ada yang aneh, Rora mengedarkan pandangannya. Terdapat lima orang berpakaian serba hitam di sekitar Juan. Merekalah yang  berkelahi dengan sekawanan perampok itu.

Melihat kedua temannya telah tak berdaya lagi. Ketiga pria yang masih setia menjagaku agar tidak kabur ini melepaskan tanganku dan ikut menyerang.

Tak lebih dari lima menit, kelima pria itu sudah terkapar lemah di jalan dan dengan sisa-sisa tenaga, mereka berlari menjauh.

Setelah berbincang dengan pria-pria serba hitam itu, Juan menghampiri Rora dan mereka bergegas pergi.

"Kau tidak apa-apa?" ucap Juan menyadarkan Rora dari lamunan.

"Iya, aku tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Rora sedikit gemetar.

"Tidak masalah," balas Juan santai. "Lo kenapa keluyuran malem-malem gini sih?"

"Keluyuran gimana. Gue aja belum nyampek rumah," jawab Rora kesal.

"Emang dari tadi lo kemana aja jam segini belom yampek rumah?"

"Nggak dapet bus,"

"Terus lo jalan," tebak Juan yang diangguki oleh Rora.

Juan membuang napas berat. Ia tah habis pikir Rora tidak meminta bantuannya sekadar untuk mengantarkannya pulang.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now