MPL-24

19.2K 1.2K 14
                                    

"DEV! JAWAB AKU!!" teriak Rora tepat di depan wajah Devan.

"BAIKLAH. APA MAUMU? KAU INGIN PERGI? PERGILAH, AKU TIDAK PEDULI!" teriak Devan kalut tak tau harus menjawab apa. Ia merasa tertekan sekarang.

"Baiklah, aku akan pergi." Tak ada lagi yang bisa diharapkan Rora sekarang. Ia anggap semua telah selesai.

Tak ingin berlama-lama lagi, Rora melangkahkan kakinya hendak keluar. Meninggalkan Devan yang masih tak bergeming disana.

Kreek..!

Mata Rora dan Bara bertemu. Bara menatap Lunanya itu sendu. Dia telah mendengar semuannya.

"Luna, saya mohon jangan pergi!" pinta Bara penuh harapan. "Kami semua membutuhkan Luna."

"Aku bukan siapa-siapa lagi disini. Kalian akan mendapatkan Luna yang baru." Selesai mengucapkan itu rora melangkahkan kakinya menjauh.

"Nggak. Alpha tidak akan pernah melakukan itu," balas Bara lirih. Ia tau apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya tidak seperti ini.

Sesampainya di kamar, Rora langsung membuka kopernya dan memasikkan beberapa pakaiannya ke dalam dengan perasaan kecewa.

Selesai dengan kopernya, Rora segera keluar. Baru saja membuka pintu ia dikejutkan dengan kehadiran Bara, Nesya, dan kakaknya yang menanti diluar.

"Kalian ingin menghentikanku pergi?" ucap Rora tak acuh dan menjawab gelengan dari sang kakak.

"Kakak!" Rora menghambur ke pelukan kakaknya. Ia mencari kehangatan yang akhir-akhir ini tak ia dapatkan.

"Kau yakin akan pergi?" Fano melepaskan pelukannya dengan sang adik. Ia menatap wajah sang adik yang sudah memerah dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih menggenang di pipi Rora.

Rora menganggukkan kepala memberi jawaban. Ia sudah memikirkan baik-baik keputusannya. Tinggal lebih lama disini akan sangat mengancam keselamatan bayinya.

"Jaga dirimu baik-baik. Jika ada apa-apa, hubungi aku," pesan Fano kepada sang adik. Kali ini ia tidak akan menghalangi kepergian adiknya itu. Mungkin lebih baik Rora tak disini sampai semuannya selesai, itulah yang dipikirkan Fano.

"Aku pergi kak," pamit Rora pada kakaknya yang dibalas anggukan pelan oleh Fano.

Pandangan Rora beralih kepada kakak iparnya. Ia memeluk kakak iparnya itu "Jaga dirimu baik-baik," pasan Nesya kepada Rora.

Rora melepaskan pelukannya. Ia mengangguk kecil, memberi jawaban.

"Luna, mari saya antar," ucap Bara kemudian. Bara mengambil koper Rora, berniat untuk membawakannya.

"Tidak us_"

"Biarkan Bara mengantarkanmu setidaknya sampai kota. Berbahaya jika di hutan tanpa pengawalan," ucap Fano memotong sang adik dan Rora mengangguk, menuruti perintah kakakknya.

"Mari, Luna." Rora melangkahkan kakinya diikuti oleh Bara di belakanngnya.

Sesampainya di lobi, Rora dapat melihat benerapa Maid dan Warrior disana. Mereka tampak sedang menunggu kehadirannya.

Dengan tenang Rora derjalan melewati mereka. Sebelunnya Rora pikir mereka akan mencegahnya untuk pergi, tapi sepertinya tidak.

"Luna, apakah anda benar-benar akan pergi?" Dengan keberanian, akhirnya salah satu Maid membuka suara.

Rora terdiam, tak tau harus menjawab apa. Setelah berasa di sini rasanya begitu berat meninggalkan tempat yang penuh dengan orang-orang yang mengharapkannya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now