MPL-4

37.1K 2.5K 21
                                    

"Dia Luna kita", jawabku datar yang membuat semua terkejut.

Tanpa menunggu lama, aku langsung membopong gadis itu dengan kedua tangan menuju mansion agar segera diperiksa.

"Derin, panggil dokter wanita untuk ke kamarku sekarang!" titahku kepada adikku melalui mindlink.

Sesampainya di mansion, aku disambut oleh para penjaga dan beberapa omega yang melihatku heran. Bagaimana tidak, Alpha mereka yang tidak pernah membawa seorang wanita ke mansionnya, kini tengah menggendong wanita yang penampilannya sungguh berantakan.

"Kak Dev, siapa dia dan kenapa?" Aku tidak menanggapai satupun pertanyaan Derin dan langsung menjatuhkan mateku ke kasur kingsize milikku.

"Alpha, maaf telah membuatmu menunggu." Dokter wanita datang dengan menundukkan kepala.

"Cepat periksa dia dan obati lukanya!" Perintahku kepada dokter tersebut sebelum keluar dari kamar.

"Kak Devan, jawab pertanyaanku. Siapa perempuan tadi?" tanua Derin mulai mengintrogasi.

"Alpha, bagaimana keadaan Luna?" Belum sempat aku menjawab, Beta, Gama serta beberapa Warrior yang bersama mateku tadi datang.

"Dia sedang diperiksa", jawabku datar dan sedikit melirik mereka sesaat.

"A.. Alpha, k..kami meminta maaf karena kami Luna terluka." salah satu Warrior memberanikan diri membuka suara.

"Kami siap menerima hukuma apapun dari Alpha." lanjutnya penuh keyakinan.

"Sudahlah Dev, penggal saja kepala mereka semua. Aku akan puas melihatnya." guman Eright melelui Mindlink.

"Kali ini aku memaafkan kalian. Tapi jika terjadi apa-apa kepada Luna, aku tidak akan segan-segan menghukum kalian."

"Te... terimakasih, Alpha." Kelima Warrior tersebut bernapa lega setelah mendengar jawabanku.

"Kalau begitu, kami permisi, Alpha." ucap Beta meminta izin.

"Kalian bisa kembali."

"Bodoh. Mengapa kau melapaskan mereka?" protes Eright tidak terima.

"Mereka hanya melakukan tugasnya dengan baik. Apakah mereka bersalah?"

"Mereka melukai Mate kita. Apa itu bukan kesalahan?

"Mereka belum tahu soal itu Righ." ucapku mencoba menjelaskan.

"Terserah kau saja lah." Eright memutuskan mindlink.

Setalah kepergian mereka. Adikku terus menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan, membuat Aku terganggu karnanya.

"Apa?" tanpa basa basi aku bertanya maksud dan tujuannya.

"Luna? Berarti dia kakak iparku?" tanya Derin tak percaya.

"Heem..."

Setelah beberapa menit berlalu, dokter yang memeriksa mateku tadi akhirnya keluar dengan senyum di wajahnya.

"Bagaimana kondisi kakak ipar?" Belum sempat aku bertanya kondisi mateku, entah mengapa adikku ini lebih dulu membuka suara.

"Keadaan Luna baik-baik saja, Alpha. Luna hanya kecapekan, dan ada beberapa bagian tubuhnya yang leban dan tergores hingga berdarah", jelas doktet tersebut panjang lebar.

"Jadi?" tanyaku to the point.

"Luna hanya memerluhkan istirahat dan saya akan mengganti perban Luna setiap hari", jawabnya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now