MPL-38

18.7K 1K 5
                                    

Hening. Tak ada yang berani bersuara di sana. Dengan hati yang sabar para Maid dan juru masak menunggu keputusan dari Luna besar mereka.

"Yang ini, tapi terlihat biasa saja," guman Clara menunjuk salah satu gambar. "Kalau yang ini, kelihatan mewah tapi kebanyakan coklat." Clara menghela napas. Padahal setiap tahun ia memilih ini untuk putranya, tapi ia masih saja kesulitan.

Walaupun ia tau putranya akan memerima model apapun yang ia pilih, tapi tetap saja ia ingin memberikan yang terbaik kepada anak sulungnya itu.

"Mama!" Clara mengalihkan pandangan ke sumber suara. Tampak Rora dan Derin berjalan mendekat ke arahnya.

Melihat ada Rora di sana membuat sebuah ide terlintas di kepalanya. "Rora, menurudmu Devan akan suka model kue yang mana?" tanya Clara berharap menantunya itu dapat menyelesaikan masalahnya.

"Ma, kak Devan dikasih apa saja dia pasti suka asalkan yang ngasih Mama," ucap Derin sangat hafal dengan sifat kakaknya. Dari dulu Devan sangat menyayangi sang Mama. Bahkan pria itu akan melakukan apa saja untuk Mamanya.

"Kau ini!" Sebuah cubitan langsung diterima Derin di pinggangnya. Ia hanya tertenyum kepada sang Mama.

"Bagaimana kalau yang ini," ucap Rora menunjuk gambar kue tart yang di dominasi warna putih di desain dengan lelehan coklat serta remahan coklat serta strawberry di atasnya.

"Oke, Mama setuju. Kalian buatkan tart yang ini. Ingat jangan sampai sampai Devan tau." Berulang kali Clara mengingatkan itu kepada para Maid dan juru masak yang ia beri tugas untuk mempersiapkan pesta kejutan untuk Devan.

Yha, Devan akan berulang tahun besok dan semua sepakat akan merayakan pesta tengah malam ini. Tak ada perta besar-besaran yang akan di adakan. Devan tak menyukai hal itu.

"Ma, kami mau berangkat," ucap Derin meminta izin ke mall bersama Rora dan Nesya untuk membelikan kado untuk kakaknya.

"Kalian ke sana dengan siapa? Kalian nggak bisa membawa mobil kan?" tanya Clara mengingat putrinya dari dulu tidak diperbolehkan menyetir mobil oleh suaminya.

"Sama kak Aditya," balas Rora singkat. Sebenarnya ia dan pria itu sudah berjanji untuk pergi berasama. Dan hari ini ia dapat pergi berjalan-jalan untuk itu sekalian saja ia menepati janjinya kepada pria itu.

"Baiklah. Kalian hati-hati ya." Rora dan Derin langsung bergegas setelah mencium tangan sang Mama. Mereka harus berangkat sebelum Devan melihat mereka. Jika tidak, akan sangat sulit untuk pergi dari pack hous.

Mobil telah berada di depan pintu masuk utama pack hous. Rora dan Derin yang sedah bertemu dengan Nesya langsung memasuki mobil yang sudah ada Aditya di dalamnya.

Dengan kecepatan sedang mobil melaju menyelusuri lebatnya hutan. Rora menurunkan kaca pintu. Menikmati angis sepoy-seopy yang berhembus.

"Hai, kalau kamu masuk angin gimana? Tutup lagi," ucap Aditya melihat Rora memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus menabrak wajah wanita itu.

"Lebih enak gini tau. Tutup aja AC-nya." Aditya membuka jendela dan  menutup AC mobilnya, menuruti perkataan gadis yang berada di sebelahnya saat ini.

"Kenapa nggak sekalian dibuka aja atapnya?" tanya Derin sembari membuka kaca pintu mobil.

"Panas," balas Aditya jujur, matahari brsinar sangat terik dan sebentar lagi mereka akan sampai di jalan raya.

Hari ini jalan tampak ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Mengingat hari ini adalah weekend, tentu saja mall akan ramai pengunjung.

Setelah memakirkan mobil, mereka langsung memasuki mall. Tak lupa membawa catatan barang-barang titipan yang lainnya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now