MPL-9

29.5K 1.8K 20
                                    

Tanpa berpikir panjang aku langsung mendekatinya yang berdiri di ujung lorong penghubung antar ruang.

"Lo kemana aja? Baru sekarang lo muncul." Baru saja sampai disana aku langsung disambut dengan omelan Tania.

"Lo tau nggak sih kita itu nyariin lo," ucap Tania tampak khawatir. Aku hanya dapat tersenyum canggung menanggapinya.

Aku dan Tania berjalan menuju kantin. Menurut kami disanalah tempat yang paling cocok untuk mengobrol.

"Kalian? Siapa aja?" tanyaku disela-sela perjalanan.

"Yha siapa lagi kalau bukan aku, Shila, sama pacarmu." Sudah aku duga ia pasti masih mencariku.

"Ohh" jawabku santai.

"Lo kok santai benget sih? Seharusnya lo itu panik," ucap Tania ketus.

"Panik? Kenapa gue harus panik?" Kami tida dikantin. Segara kami duduk di kursi yang tersedia.

"Lo nggak tau? Pacar lo mau NIKAH," jawab Tania sontak membuatku tersentak karena kaget.

"Ternyata tuh cowok brengsek banget sih. Nggak nyangka gue. Baru lo tinggalin beberapa hari aja udah mau nikah sama cewek lain." Tania mengoceh tak jelas.

"Ya udah kalik. Lagian gue udah putus kok sama dia," jawabku santai sembari mengalihkan pandangan.

"Putus? Kapan?" tanya Tania penasaran.

"Setelah pesta perpisahan angkatan kita," ucapku jujur.

"Dan setelah itu, lo menghilang?" Tania mengarahkan telunjuknya kepadaku den meninggihkan volume suaranya yang membuat semua orang menatap ke arah kami.

Melihat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah kami, aku langsung menutupi wajahku dengan buku daftar menu, sedangkan Tania tersenyum cenggung kepada mereka.

"Dia ninggalin lo demi cewek itu?" ucap Tania tak percaya.

"Bukan dia yang mutusin, tapi gue."
"Memengnya kenapa kalau dia mutusin gue demi cewek itu?" tanyaku penasaran dengan alasan yang nanti dilontarkannya.

"Dari segi manapun lo tuh lebih dari cewek itu. Lebih cantik, lebih tinggi, lebih seksi," oceh Tania mulai tak jelas.

"Lo tuh udah kayak model."

"Lha emang gue model kan?" jawabku santai. Aku memang seorang model. Demi mencukupi kubutuhan hidupku aku berkerja sebagai model. Yha walaupun tidak terlalu terkenal.

"Nah... itu sebebnya lo lebih dari pada dia," ucap Tania yangat percaya diri.

"Enggak semua juga. Mungkin dia lebih mencintai dia daripada aku, lebih sabar, lebih perhatian, lebih ramah. Yang pasti lebih pintar, dia juara umum lho." jelasku panjang lebar kepada Tania. Sudah seharusnya "dia" bersamanya, Matnya.

"Yha.. iya juga sih. Tapi kok lo malah belain dia sih. Hubungan kalian putus karena cewek itu kan?" Tania memandangku curiga.

"Bu-kan. Yha emang nggak jodoh aja." Aku bingung harus menjawab apa, pernyataannya tak sepenuhnya salah. Jawabanku enggak salah juga kan?

"Cepet banget sih move onnya, pasti udah ada ganti yha?" Ia bertanya dan seperti menyelidiki kebohongan di kedua mataku.

"Eng-"

"Ayo pulang!" Ucapanku terpotong oleh seseorang dari belakangku. Sepertinya suara ini tak asing lagi ditelingaku.

Aku menoleh kebelakang. Memperlihatkan Devan yang menatapku lekat dengan wajah datarnya. Sedangkan Tania bingung dalam situasi ini.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang