MPL-25

20.2K 1.2K 11
                                    

Rora melihatnya. Ia terkejut. Pria yang sangat ia kenali berdiri di sana. Tak kalah dengan Rora, pria tersebut juga terkejut atas kehadiran Rora yang tak ia duga sama sekali.

Pria dengan tubuh tinggi, berkulit putih dengan kaca mata yang bertengger dihidungnya. Yha, pria itu tidak lain adalah Juan, teman sekampus Rora.

"Rora kan?" tanya Juan menebak.

"Iyalah, siapa lagi coba?" jawab Rora tertawa karna ulah Juan.

"Yha, siapa tau orang yang mirip lo."  Juan menarik kursi di depan Rora dan menjatuhkan tubuhnya di sana.

"Lo kok bisa ada di sini?" tanya Juan heran. Ia mendekatkan wajahnya.

"Yha bisa lah, di sini kan tempat umum." Rora mengiris tiramisunya, mengambil suapan pertama. "Kalau lo, kenapa di sini?"

"Gue kerja disini," jawab Juan datar dengan menatap ponsel di tangannya.

"Lo kerja di sini?" Mata Rora menatap Juan tak percaya. Juan yang merupakan anak dari seorang pengusaha dan Mamanya yang perprofesi sebagai dokter bekerja di caffe?

"Gue barista disini," jelas Juan melihat wajah keget Rora yang membuatnya menahan tawa.

"Lo- kok kerja di perusahaan Ayah lo aja? Lo nggak ngelanjutin S2?"
tanya Rora berbondong, nengeruk habis rasa penasarannya.

Juan mematikan ponselnnya. Ia menatap Rora yang masih memandangnya dengan tanda tanya. "Gue nggak kerja di perusahan Ayah gue karna, gue ngelanjutin S2, kalau gue kerja disana, gue jadwal gue bakalan padet dan pasti jenuh, nggak mau ngelanjutin S2 lagi."

"Terus, lo ngapain kerja disini?" Secangkir Capuccino gren tea ditegluk Rora. Membuatnya badannya sedikit relaks.

Tangan Juan memutar-mutarkan ponselnya, memandangnya dengan tatapan kosong. "Yha, buat kerjàn sampingan aja. Lagi pula juga nggak berat. Cuma main alat-alat kopi, gue suka."

Juan menghentikan tangannya. Pandangannya beralih kepada wanita sekarang ini di hadapannya. "Lo kerja? Apa ngelanjutin S2?" tanya Juan berbasa-basi. Sudah lama ia tak mendengar kabar Rora setelah kelulusan S1 mereka.

"Enggak, gue nggak lanjutin S2," ucap Rora lirih. "Gue lagi cari kerja. Lo tau tempat yang punya lowongan kerja?"

"Pekerjaan yha?" Mencoba mengingat, Juan mengalihkan pandangannya ke atas. "Sebenarnya di sini ada lowongan perkerjaan, tapi emangnya lo mau?"

"Mau-mau. Apa pekerjaannya?" Senyuman Rora  mengembang, matanya berbinar, mendengar apa yang diucapkan oleh teman laki-lakinya itu.

Melihat Rora yang sangat bersemangat, sesuatu terlintas di pikiran Juan. Ia mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Jadi pacar gue."

Senyuman Rora memudar, digantikan dengan sebuah tatapan tajam tertuju pada cowok yang tersenyum lebar di hadapannya itu.

"Kalau lo mau, gue bakal gaji lo satu juta per minggu, gimana?" Tanpa ragu Juan mengajukan penawarannya itu tanpa terpengaruh dengan tatapan mematikan Rora.

"Lo bercanda?" jawab Rora masih dengan tatapan membunuhnya. Ia tau Juan bukanlah cowok seperti itu.

"Enggak gue serius." Perkataan itu membuat Rora terdiam, memikirkan reaksi dan jawaban apa yang nanti akan ia berikan kepada cowok yang entah sejak kapan menjadi brengsek di hadapannya sekarang.

"Lo gila karena kelamaan ngejomblo yha?" Entah dari mana kalimat itu langsung keluar begitu saja dari mulut Rora. Juan pun tak menyangka jika Rora akan mengatakan itu.

Mendengar pernyataan Rora mood Juan menjadi turun. Yha sebenarnya itu tidaklah salah. Walaupun memiliki banyak fans dia tak tertarik satu pun dari mereka. Mungkin karna ia terlalu pemilih.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now