MPL-32

20.8K 1.2K 26
                                    

"Luna, sudah meninggalkan pack," ucap warrior tersebut hati-hati.

Slebb..!!

Pisau tepat tetancap ke sasaran. Mengejutkan warrior yang menyampaikan informasi. Ia tak tau bagaimana nasipnya bila pisau itu menancap tepat di jantungnya.

"Kau bisa pergi," titah sang alpha dingin. Alpha tersebut tidak lain adalah Devan. Yha, Rora sudah pergi darinya. Dan dia sangat menyesali itu.

Pikirannya sangat kacau. Eright terus saja melontarkan sumpah serapah kepadanya yang membuatnya sulit untuk menenengkan pikirannya.

"Aku akan berusaha mengakhiri semua ini dan membawamu kembali," guman Devan sangat yakin. Itulah janjinya kepada dirinya sendiri.

*****

Hari demi hari telah berlalu. Devan telah melalui hari-hari yang sangat berat untuknya, tapi semua itu tidaklah sia-sai. Kini ia sudah mengetahui beberapa penyusup yang berada di bawah pimpinan Jessy.

Seperti burung yang bebas dari sangkarnya, sebentar lagi ia akan segera terbebas dari wanita itu. Dan sebentar lagi ia akan membawa Matenya kembali.

"Devan, lihatlah! Bukankah itu Rora? Dan siapa pria di sampingnya itu?" Rora dan seorang pria di mall? Mendengar hal itu Devan langsung mengalihkan pandangannya ke tempat dimana pandangan Jessy tertuju.

Yha, Devan melihatnya. Wanita yang ia cintai sedang bergandengan tangan dengan pria lain di sana. Di depan Devan pria itu dengan beraninya menyentuh Rora.

"Bagaimana jika kita ke sana? Aku ingin berbicara dengan Rora. Yuk!" Jessy menarik tangan Devan.

Devan yang tangannya ditarik mengikuti saja langkah perempuan merangkul tangannya itu. Bukannya menuruti ajakan Jessy, tapi ia ingin mengetahui siapa pria yang tengah berada di samping Matenya itu.

"Eh, Rora, hai! Tak menyangka kita akan bertemu di sini," sapa Jessy sesampainya di hadapan Rora.

Devan menghembuskan napas beratnya,  berusaha mengendalikan emosinya. Sampai sudah ia di hadapan Matenya dan pria yang identitasnya belum ia ketahui.

"Oh, hai Jessy, Devan," bals Rora memberikan senyuman hangat. Apakah sekarang kau sangat bahagia bersamanya, batin Devan.

Pandangan Jessy beralih kepada pria yang saat ini berdiri di samping Rora. "Dia siapa? Pacar baru lo yha?" Pertanyaan yang jawabannya ingin sekali Devan dengar di lontarkan oleh Jessy.

"Yha, kenalin dia Juan," jawab Rora membuat Devan berusaha keras menahan dirinya. Ingin sekali ia menghabisi pria di depannya itu.

"Oh iya, karena bertemu lo disini, mendingan sekalian saja aku sampaikan bahwa dua minggu lagi, aku dan Devan akan menikah. Dan kalian berdua bisa datang di acara pernikahan kami," ucap Jessy sangat senang.

Sebenarnya itu hanyalah trik yang 'mereka' gunakan untuk membuat Jessy lebih percaya bahwa Devan menginginkannya.

Devan tak memberikan reaksi apapun. Bahkan ia tak melihat wajah Metenya sama sekali. Ia hanya melihat wajah pria sangat ingin ia beri pelajaran.

"Oh. Selamat ya. Kami usahain dateng kok," balas Rora tampak tenang.

"Bagus deh. Gue sama Devan duluan yha? Dha!" Devan dan Jessy beranjak meninggalkan Rora. Meninggalkan rasa sakit di antara keduanya.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang