MPL-37

19K 1.1K 6
                                    

Sebentar lagi matahari akan terbit, Devan mempercepat langkahnya menuju kamar. Ia tak ingin Rora sampai terbangun sebelum ia sampai di sana.

Tak ingin mengganggu tidur Rora, Devan membuka pintu kamar dan menutupnya kembali perlahan.

Pria itu bernapas lega. Rora masih terlelap dalam tidurnya. Sebuah senyuman mengembang di wajah Devan. Melihat Rora aman dan tenang adalah salah satu kebahagiannya.

Mengingat wanita itu tengah mengandung anaknya saat ini, membuatnya sedikit gelisah. Mungkin sementara ini semua akan aman. Namun, entah beberapa lama ini akan bertahan. Yha, semoga ini akan bertahan lama.

Senyum Devan menghilang dan digantikan dengan tatapan mata yang tajam. Aroma yang seharusnya tidak ada berada di kamarnya memenuhi indra penciumannya sekarang.

Perlahan dan hati-hari Devan mencari asal aroma tersebut. Tak peduli ia harus mengobrak-abrik kamarnya sekarang.

Devan menghentikan langkahnya. Ia telah menemukannya. Sebuah jubah yang tergelatak di sofa. Jubah seseorang yang sangat ia kenali. Kenapa jubah ini bisa ada di sini? Pikir Devan.

Devan mengalihlan pandangannya. Sekarang ia tatapannya kembali kepada Rora. Tanpa menunggu lama, Devan langsung membuang selimut yang menutupi tubuh matenya.

Dengan rakus Devan mencium aroma di setiap inchi tubuh Rora. Memastikan pria itu tidak melakukan hal yang tidak-tidak kepada wanita itu.

Devan membulatkan matanya. Aroma yang ia cium bukan sepenuhnya milik Matenya, membuat Eright semakin hilang kendali.

Tak memperdulikan tindakannya, Devan yang sebagian tubuhnya di kuasai Eright berusaha melepaskan pakaian Rora. Sekarang ia tak peduli jika gadis itu terbangun. Yang terpenting sekarang adalah memastikan apa yang terjadi saat ia tak berada di samping matenya.

Devan menghentikan aksinya. Ia bernapas lega. Ternyata aroma itu hanya berada di pakaian Rora tidak sampai di tubuh Matenya itu.

"Devan?" ucap Rora dengan setengah mata terbuka. Menyadari keadaannya saat ini, ia memastikan jika pria yang berada di sampingnya saat ini adalah Devan.

"Ini aku. Tidurlah!" Devan membawa Rora dalam dakapannya. Rora yang merasa nyaman menutup matanya dan kembali terlelap. "Kau milikku," bisik Devan tepat di telinga Rora.

*****

Melodi yang indah terdengar di telinga Aditya. Dengan memasang earphone di telinganya ia mendengarkan musik dari ponselnya sembari memakan cemilannya.

Brukk!

Sebuah kain mendarat tepat di pangkuannya. Ia yakin pasti seseorang telah sengaja melakukan itu semua.

Aditnya mengangkat kepalanya. Ia ingin tau siapa yang dengan beraninya melemparkan jubah kesayangannya ini. Ia tak akan mengampuninya sedikitpun.

Dengan tatapan tajam, Devan tengah berdiri dua meter di hadapannya. Pria itu menatap Aditya dengan tatapan tajam.

"Apa-apaan ini?" tanya Aditya meminta penjelasan.

"Kau tau itu apa?" tanya Devan dengan aura dinginnya.

"Tentu saja ini jubahku," jawab Aditya polos.

"Hai! Apakah kalian tidak jadi latihan pagi ini?" Baru saja Devan ingin mengeluarkan suara, kehadiran Dave membuat Devan mengurungkan niatnya.

"Oh, baiklah." Aditya berdiri dari duduknya, menyusul pamannya yang sudah beranjak dari sana. "Ayo Dev!"

Dengan sedikit kesal, Devan mengikuti dari belakang. Ia tak mendapatlan jawaban dari pria itu. Membuatnya kecurigaannya bertambah.

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now