MPL-39

17.9K 1K 11
                                    

Malam. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh. Rora terbangun dari tidurnya. Saatnya menjalankan rencananya kali ini.

"Dev!" panggil Rora menggoyang-goyangkan tubuh Devan yang terlelap di sampingnya.

"Ada apa Amour?" jawab pria itu masih memejamkan kedua matanya. Tak biasanya Devan susah di bangunkan seperti ini.

"Dev, aku mau daging rusa."

"Freezer masih ada kan,"

"Enggak mau, maunya yang masih segar."

"Ya udah, nanti pagi aku cari." Devan menggaruk kepalanya. Baru kali ini ia harus menuruti Rora ngidam.

"Nggak mau, maunya sekarang,"

"Eh, mau ngapain?" Tanya Rora melihat Devan meraih ponselnya.

"Minta Bara atau Fano nyariin," jawab Devan dengan santainya.

"Maunya kamu yang nyariin!" rengek Rora memanyunkan bibirnya.

Kedua sudut bibir Devan terangkat. Melihat Matenya cemberut dengan pipi yang bertambah cabi memberi keimutan wanta di hadapannya itu

"Ayo cepat sana!" Dengan sekuat tenaga Rora berusaha mendorong Devan keluar dari kamar.

Dengan sedikit rasa kantuk, Devan melangkahkan kakinya keluar.

"Alpha," salam hormat para Warrior menyadari keberadaan Devan.

"Ikut aku, kita cari rusa sekarang!" titah Devan to the point.

"Baik Alpha," jawab mereka serempak .

*****

Gelap. Tak ada pencahayaan yang memerangi ruang tengah pack hous. Sebenarnya itu wajar, tapi entah mengapa ada sesuatu yang janggal di benak Devan.

Tak ingin berlama-lama, Devan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana sakalelar berada.

Lampu menyala. Devan membelalakkan matanya. Wanita yang merupakan Matenya sedang duduk di kursi kayu dengan kesua tangan dan keki terikat, setra mulutnya dibungkam dengan sebuah kain. Dengan tatapan sendu wanita itu menatapnya, meminta pertolongan.

"Alpha, akhirnya kau datang juga." Seorang pria dengan pakain serba hitam dan topeng di wajahnya keluar dari salah satu pintu. Pria itu berjalan perlahan mendekati Rora. "Istrimu sudah menunggumu sangat lama." Ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan mendekatkannya tepat di leher Rora. "Menunggumu untuk menyelamatkannya."

Tangan Devan telah terkepal erat. Eright sudah menggeram di dalam sana. Serigala itu sudah tidak tahan unyuk menyerang.

"Tenanglah, Alpha. Kau tak ingin Istrimu kehilangan nyawanya bukan?" Rora menutup matanya. Pisau itu sudah menyentuh kulit lehernya.

"Atau bayimu yang belum lahir ini?" Pria bertopeng itu mengalihkan pisaunya di sekitar perut Rora, membuat wanita itu menggelangkan kepalanya.

Devan berusaha keras menenangkan dirinya sekarang. Ia tidak boleh gegabah saat ini. Nyawa Rora dan calon bayinya terancam saat ini.

"Lo mau apa?" ucap Devan mengeluarkan aura dinginnya.

"Serahkan pack lo dan juga Mate lo!" Mendengar itu membuat Rora semakin meronta. Apalagi saat pria itu membelai salah satu pipinya.

Melihat itu membuat Devan semakin geram. Ia tak sabar ingin meremukkan tangan kotor yang telah menyentuh Matenya. Devan mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Jangan harap,"

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now