MPL-14

28.1K 1.5K 18
                                    

"Aku bersedia." Perasaan lega menghujani hari Devan membuat senyuman mengembang di wajahnya dan diikuti senyuman tulus Rora. Yha, Rora menerima Devan sebagai pasangan hidupnya apalagi Devan telah menandainya.

Suara tepuk tangan mengakhiri upacara pernikahan setelah Dave memasangkan cincin di jari manis Rora dan sebaliknya.

Aurora POV

Upacara pernikahan telah selesai, sekarang para tamu tinggal menikmati pestanya, menikmati hidangan yang disediakan dan bercanda gurau dengan tamu lainnya serta ada juga yang memberikan ucapan selamat kepadaku dan Devan sedari tadi.

Saat ini aku berdiri sendiri di bawah depan altar karna Devan pergi ke belakang.

"Ehm... Selamat ya," ucap seseorang di sampingku. Entah sejak kapan Rendra di sampingku, aku tak menyadari akan hal itu.

"Iya, makasih," jawabku sekadarnya.

"Andai aja- kita ditakdirkan bersama?"

"Kenapa?"

"Yha lo bakalan nikah sama gue, bukan orang lain." Tak bisa diungkapkan, rasa tak enak selalu saja datang kala seperti ini.

"Apaan sih lo. Gaje tau nggak."

"Lo kalik yang mau. Gue ma ogah." Ucap Verlitiya kepada Rendra dalam pikiranku, membuatku tertawa tanpa suara.

"Kenapa? Lagi mbayangin kalau gue nikah sama lo?"

"Udah ah, jangan macam-macam, nanti Devan denger lagi." Sengaja aku mengancamnya agar dia tak nglantur keblabasan.

"Kalau Devan denger bakal dicincang gue," canda Rendra dergidik ngeri.

Tak lama kemudian akhirnya kulihat Devan bergegas kemari dengan tangan yang sibuk merapikan jasnya yang sedikit berantakan.

"Hai Dev! Selamat yha!" Sesampainya Devan langsung mendapat berjabat tangan dan memeluk Rendra.

"Mate lo mana? Kayak jomblo aja lo." Tak seperti biasanya kali ini aku baru saja mendengar candaan Devan. Benarkah?

"Bareng Mama sama Tante Clara juga tuh." Pandangan kami langsung tertuju pada meja yang tak jauh dari tempak kami berdiri. Dapat kulihat tiga perempuan yang sedang bercanda gurau di sana.

"Devan, Rora sini!" ucap Mama kepada kami yang masih memandang mereka.

Devan mengalihkan pandangannya ke arahku, memberi syarat untuk pergi ke sana dan aku pun menyetujuinya karna rasanya kakiku sudah pegal berdiri sedari tadi.

Sesampainya di meja, Devan menarikkan kursi untukku dan duduk di kursi yang berada di sampingku.

"Hm.. Clara menantumu sangat cantik." Tak tau harus menjawab apa aku hanya tersenyum canggung kepada Luna Raras, mama Rendra.

"Tentu saja, dia menantuku." Semua orang tertawa setelah Mama menjawab pujian Luna Raras dengan candaannya.

*****

Author POV

Jauh di dalam hutan lebat yang dipenuhi kegelapan terdapat sebuah kastel yang menjulang tinggi yang tak kalah menyeramkan dengan suasana di sekitarnya.

Kastel tersebuat dahulunya merupakan tempat tinggal keluarga pemimpin bangsa vampire di daerahnya.

Prang..

Seorang wanita melemparkan gelas berisi darah segar ke sembarang arah setelah mendengar mata-matanya melaporkan apa yang ia ingin sampaikan. "Apa katamu? Devan telah melangsungkan pernikahannya!"

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now