Empatbelas

15.4K 1.1K 7
                                    

Hari-hari berlalu dan minggu ke minggupun berganti. Kegiatan Kinanti masih begitu-begitu saja. Setiap pagi ia akan bangun seperti biasa, merasakan gejala-gejala mual sampai muntah-muntah atau saat ketika mencium aroma masakan. Setelahnya Kinanti akan menangis, ia ingin berada di dalam pelukan Darsih. Karena ketika Kinanti sakit, nenek akan merawatnya dengan telaten. Memeluknya dan mengusap-usap punggungnya sampai ia kembali jatuh terlelap.

Setelah merasa sedikit lebih baik, ia akan membantu pembantu baru untuk membersihkan rumah besar Iskandar, walau setiap hari sudah di larang oleh Nami, Cinta dan Citra juga Iskandar, tapi gadis itu tidak bisa jika tidak melakukan kegiatan seperti hari-hari biasanya saat di rumah Darsih.

Jika tidak ada pekerjaan yang bisa ia sentuh, Kinanti memilih menemani Nina -pembantu baru Nami- saat ibu dengan dua anak itu sedang mencuci atau menyetrika pakaian di paviliun belakang. Setidaknya bersama Nina, ia merasa bersama dengan seseorang yang memahaminya dan tidak membeda-bedakannya. Walau perlakukan Nami, kedua puteri dan suaminya tidak pernah membedakannya. Namun tetap saja, rasa perbedaan yang begitu menonjol di antara mereka terasa begitu kental adanya.

Terkadang, Kinanti juga memilih untuk mengasingkan diri ke taman samping rumah Nami. Duduk di ayunan kayu seraya memperhatikan tanaman bunga-bunga Nami yang bermekaran indah. Selebihnya, ia banyak menghabiskan waktu dengan melamun dan memikirkan kehidupannya kebeberapa waktu belakangan ini. Memikirkan hidupnya yang damai.

Hal yang berbeda dari sebelumnya, sejak seminggu yang lalu, setiap hari Senin sampai dengan hari Jum'at, di mulai pukul satu siang sampai pukul empat sore, ia akan belajar bersama seorang guru yang didatangkan oleh Iskandar. Ia sudah mulai homeschooling, mengejar mata pelajaran yang tertinggal sejak ia tidak lagi sekolah di sekolah umum. Dan di setiap minggu pagi, sekitar pukul tujuh, Citra akan mengajarinya berenang selama satu jam. Padahal ia sudah menolak karena tidak pandai berenang, tapi Cinta, selaku dokter kandungannya selalu memaksa dan mengatakan hal itu bagus untuknya dan janin yang di kandungnya.

Berbicara tentang sekolah, Kinanti merasa rindu sekali dengan kedua sahabatnya. Saat mendaftar ke SMA, Yanti memilih ke sekolah negeri yang ada di kota sementara ia masih bingung memilih harus mendaftar kemana. Beberapa hari mendekati penutupan pendaftaran siswa baru untuk SMA, Kinanti mendaftarkan dirinya ke sekolah swasta yang tak jauh dari rumah. Hal yang mengejutkan, saat ia melihat Kevin juga berada di sekolah yang sama dengannya. Ia sempat berpikir, bahwa kedua sahabatnya itu akan mendaftar ke sekolah negeri. Tapi apa yang ia lihat, membuatnya begitu bahagia. Mengetahui salah satu sahabatnya masih berada didekatnya.

Tadi malam Kinanti demam, Cinta langsung memeriksanya dan mengharuskan Kinanti bedrest dan banyak beristirahat karena ke hamilannya menyebabkan Kinanti lebih mudah merasa lelah. Malam itu, Nami menjadi sosok ibu yang telaten merawatnya. Ia dibaringkan di atas kasur, menyuapi Kinanti makan dan membantunya minum.

Lalu setelah malam semakin larut dan hanya menyisakan sepasang suami istri muda itu di dalam kamar, Gilang kembali mengusirnya untuk tidur di sofa. Tak ada rasa simpati sedikitpun saat melihat Kinanti yang terbaring lemah. Pria itu tak perduli. Bahkan dengan tega ia membiarkan tubuh Kinanti yang menggigil kedinginan tanpa selimut. Tak ada yang tahu, yang Kinanti inginkan hanya Darsih. Dan diam-diam Kinanti menangis merindukan neneknya di setiap malam.

Pagi ini Kinanti terbangun setengah jam lebih awal dari biasanya. Ia langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Tak ada yang keluar, hanya cairan yang terasa begitu pahit di lidah. Lagi-lagi Kinanti menangis sembunyi-sembunyi dengan membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan. Ia tidak tahan menahan semua ini. Ia tidak ingin mengandung bayi itu.

"Kenapa kau berisik sekali?!" Kinanti terperanjat saat mendengar suara Gilang berada di belakangnya. Cepat-cepat ia menghapus air matanya. "Kau mengganggu tidurku setiap pagi dengan suara muntahanmu yang menjijikkan itu."

KINANTIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora