Tiga Puluh Enam

25K 1.9K 28
                                    

Masih ada yang menunggu cerita aneh saya?

* * *

Hidup selama bertahun-tahun bersama tetangga yang selalu usil, selalu membawa rasa takut tersendiri untuknya.

Menyandang status sebagai anak haram, anak tidak jelas asal-usulnya, anak yang di benci oleh orang tuanya, selalu membawa trauma dan ketakutan saat mulai bertemu dengan orang baru. Takut jika teman baru tahu dengan latar belakang keluarganya yang tidak baik, maka akan ikut mencacinya. Membuatnya selalu mengambil tempat terjauh dan tersendiri dari orang lain.

Kinanti selalu memilih berteman dengan bayangan dirinya sendiri, dari pada harus berteman dengan orang lain yang akan berakhir memilih menjauh dan mencaci makinya setelah tahu masa lalunya yang tidak baik.

Tumbuh besar tanpa pernah merasakan hangatnya tangan seorang ibu, membuatnya selalu rindu dan bermimpi ingin bertemu dan merasakan dekapan hangat pelukan sosok perempuan yang di panggilnya Ibu.

Tapi, mengetahui bahwa ibu kandungnya sendiri sudah menolak kehadirannya sejak ketika ia di lahirkan membuat semua rindu yang selalu ia pendam dan sudah menggunung terasa meledak dan hancur tak berbentuk lagi. Membuat hatinya jauh lebih sakit dari yang pernah ia rindukan.

Dulu ia pernah berpikir, bahwa ibunya menolak dirinya sebagai anak. Tapi Darsih selalu menyangkalnya. Mengatakan apa yang ia pikirkan bukan hal yang benar. Dan membuatnya selalu bertanya-tanya, kenapa ibunya masih belum mau datang dan melihatnya.

Dan sekarang, mengetahui kebenarannya bahwa tidak hanya semua orang yang membencinya melainkan juga dengan ibu yang melahirkannya. Membuat semua harapan yang pernah ia tanam begitu tinggi untuk ibunya terasa runtuh seketika. Membuat hatinya luar biasa hancur.

Ia selalu memimpikan, bahwa suatu hari nanti, ia akan melimpahi anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Tidak seperti ibunya yang meninggalkannya tanpa mau melihatnya tumbuh besar. Lalu, mendengar apa yang sudah ibunya lakukan, bukankah sama saja seperti kembali mengulang masa lalu.

Kinanti menutup wajahnya dengan kedua tangan. Semakin menangis dengan kencang saat menyadari bahwa apa yang ia lakukan pada bayi yang baru ia lahirkan sama seperti perbuatan ibunya dulu yang memperlakukannya.

"Percayalah, Ibumu menyayangimu. Hingga membuatnya sampai gila karena terus memikirkanmu."

Kinanti menggeleng. Masih dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. "Ibu tidak menginginkanku. Tidak ada yang menyayangiku."

"Setiap ibu memiliki rasa cinta yang besar untuk anak-anaknya." Gilang mendekat. Dengan sebelah tangannya ia mengusap rambut Kinanti dengan sayang. "Mungkin saat itu ibumu sedang dalam keadaan kacau. Memilih meninggalkanmu bersama orang yang tepat, dan itu adalah Nenekmu sendiri."

Satu persatu Gilang menurunkan tangan Kinanti yang menutupi wajahnya. "Dari yang aku dengar, ibumu menyesal telah melakukan itu padamu. Ibumu sangat menyayangimu dan ia sangat menyesal karena pernah menolakmu." Menghapus air mata Kinanti.

"Tidak ada yang menyayangiku.." bisiknya lirih.

Gilang menggeleng. "Kami semua sayang padamu. Begitu juga dengan ibumu. Dan bayi ini," Gilang menunduk. Membuat Kinanti ikut memperhatikan bayi yang berada di rengkuhan sebelah tangan Gilang. "Dia juga menyayangimu. Tidak perduli kau sudah menolak ataupun membencinya. Dia tetap mencintaimu. Seperti kau yang juga sangat menyayangi ibumu."

Cukup lama Kinanti hanya diam memperhatikan bayi itu. Lalu, semua mulai bernapas dengan lega saat melihat kedua tangan Kinanti perlahan bergerak dan terulur, Gilang segera menyerahkan bayi itu ke dalam dekapan Kinanti.

KINANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang