Duapuluh

21K 1.5K 39
                                    

Di dalam kalender, hari ini tertanda dengan tanggal tiga puluh satu di bulan Desember. Tanggal di mana anak-anak sekolah sudah mendapat cuti libur bersamaan dengan para pekerja juga mendapatkan cuti libur akhir tahun sebelum pergantian kalender dan tanggal pertama di tahun baru berikutnya. Dan di mana biasanya semua orang akan bersiap-siap menyambut dan merayakan malam pergantian tahun baru.

Beberapa golongan memilih pergi merayakan bersama kekasih ada juga yang merayakan bersama keluarga. Tapi hal itu tidak terlihat pada dua sahabat yang sedang duduk berselonjoran di atas karpet tebal nan lembut di depan Tv, di kamar Gilang. Yang sejak jam sembilan pagi tadi sibuk memainkan playstation dengan di temani berbagai macam camilan.

"Aku ingin menikahi Kinanti."

"Apa?!" Seketika keseruan yang ia rasakan sejak tadi terhenti. Gilang merasakan pandangannya yang berputar sebentar saat dengan cepat ia menoleh ke kiri.

Yugo menekan tombol pause pada stik untuk menghentikan sementara pertandingan bola kaki yang mereka mainkan. Memakukan tatapannya pada Gilang yang terlihat begitu terkejut.

Walaupun sudah banyak permainan online yang bisa di mainkan bersama teman di jaman sekarang. Tapi mereka masih tetap menyukai permainan konsol itu bersama seperti ini. Jika tidak di kamar Gilang, mereka akan bermain playstation di rumah Yugo. Karena di antara kedua sahabat yang paling dekat dengan Gilang, hanya Yugo yang memiliki satu set Playstation. Sementara Adit tidak punya game konsol dan mengaku tidak terlalu menyukai permainan itu. Maka saat sedang berkumpul bertiga, Adit selalu membiarkan kedua sahabatnya untuk bertanding, sementara dirinya lebih gemar memainkan game online dari ponsel.

"Kau bilang Kinanti hamil di luar nikah, kan? Maka aku yang akan bertanggung jawab, menggantikan lelaki pengecut yang sudah meninggalkan Kinanti begitu saja. Aku yang akan menikahi Kinanti. Memberinya kebahagiaan dan membiayai kehidupan Kinanti dan anaknya. Bayi itu akan segera menjadi bayiku. Aku tidak keberatan. Dan sebagai sahabatku juga sebagai saudara jauhnya Kinanti, aku meminta restumu."

Gilang terdiam cukup lama saat mendengar semua kalimat itu dari bibir sahabat yang sudah ia kenal sejak mereka sama-sama masih berseragam merah putih. Sahabat yang sudah saling mengenal sisi baik dan buruk masing-masing diri mereka.

Ia tidak pernah menduga bahwa seorang Yugo Adrifiandri, yang terbilang sudah lebih sukses dari dirinya yang masih pengangguran, yang cukup di kenal dengan ke-playboy-annya mau mengambil tindakan seperti itu. Menikahi Kinanti, hanya karena ia mengaku menyukai gadis itu?

Sementara ketercenungannya, Gilang merasakan salah satu ruang di hatinya terasa tercubit dan tertampar. Gilang mendengkus dengan bibir yang nyaris menyeringai menertawai Yugo.

"Aku gak salah dengar?"

"Kau tidak percaya?"

"Ya, gak lah." Pria itu tertawa mencemooh. Melihat sahabatnya tetap menampilkan raut serius, Gilang menghentikan tawanya.

"Apa karena label playboy yang melekat di belakang namaku?"

Gilang mengedikkan bahunya. Ia tidak mengerti apa yang di rasakannya saat ini ketika mendengar semua kalimat yang di ucapkan Yugo. Hatinya seperti merasa tidak terima jika Yugo menikahi Kinanti.

Dan secara tidak sengaja, sahabatnya itu baru saja mengatakan bahwa ia adalah lelaki pengecut. Yang tidak 'bertanggung jawab'.

Tanpa sadar, tangannya meremas stik terlalu erat. "Ya." Jawab Gilang ketus.

Namun yang di dengar oleh Yugo berupa kalimat biasa yang menunjukkan ketidak setujuan Gilang.

"Senakal-nakalnya lelaki, suatu hari pasti akan menginginkan seorang istri yang baik."

KINANTIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant