Empat Puluh Empat

21.5K 1.6K 42
                                    

Kinanti membilas mangkuk bekas makan Kaianna dengan air bersih yang mengalir dari kran wastafel, setelah ia mencucinya dengan air sabun. Puterinya itu sudah mulai makan dengan makanan pendamping Asi.

Jika Nami sering membuat nasi merah yang di bubur. Darsih lebih rajin berkereasi dengan berbagai macam menu sehat dan sangat bernutrisi. Seperti ubi kuning atau ubi ungu seberat lima puluh gram di kukus lalu di haluskan dengan seratus mili air bekas kukusan dan di tambah seratus lima puluh mili Asi yang sudah di pompa Kinanti. Walau awal-awalnya puterinya menolak makan dan lebih memilih menyusu, namun Kinanti tetap sabar mengajarkan puterinya sedikit demi sedikit untuk memakan buburnya.

Hari ini rumah terasa sangat sepi. Selain karena memang hari ini adalah hari sibuknya orang-orang pekerja, Nami juga sedang tidak ada di rumah. Ibu mertuanya itu sedang menjenguk salah satu teman arisannya yang tengah di rawat di rumah sakit. Darsih juga sedang keluar. Akhir-akhir ini neneknya terlihat sibuk ke sana dan ke sini. Atau sering menginap di luar kota di mana adiknya tinggal. Jika Kinanti bertanya, neneknya tidak pernah mau memberitahu apapun. Dan hari ini, Nina juga sedang tidak bisa masuk kerja. Karena anaknya sedang sakit dan membutuhkan perhatian lebih.

Selain itu, Kinanti juga merasa kesepian dan gundah. Membuat benaknya terus berputar ke beberapa malam yang lalu. Di mana seorang wanita cantik menghampiri mereka. Yang belakangan ia tahu bahwa wanita itu pernah menjadi wanita yang sangat di cintai Gilang, sebelum dirinya.

Flashback...

Malam itu, begitu keluar dari ballroom, Kinanti meminta ijin pada suaminya untuk pergi ke toilet. Membuang cairan sisa dari dalam tubuhnya. Gilang sudah akan mengantarnya, namun ia langsung menolak dan meminta suaminya tetap menunggu. Malam itu ia benar-benar merasa ingin sedikit menjauh dari Gilang. Ada perasaan marah dan tak suka saat melihat cara suaminya memperhatikan wanita lain selain dirinya.

Di dalam toilet wanita, Kinanti mencuci kedua tangannya di wastafel setelah ia menyelesaikan buang air kecil. Menghela napas panjang secara berulang-ulang untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya saat benaknya terus memutar berulang-ulang interaksi Gilang dengan wanita bergaun merah yang terlihat dewasa itu. Juga menghilangkan rasa sakit di dadanya yang di ciptakan wanita itu.

Suara bilik toilet terbuka, dan langkah kaki mendekat. Dari cermin yang ada di depannya, Kinanti melihat Saras berdiri di sampingnya, kini tengah mencuci kedua tangannya.

"Wanita tadi, namanya Vera." Suara Saras menghentikan kegiatan Kinanti yang tengah mengeringkan kedua tangannya dengan hand dryer.

"Dia pernah berpacaran bersama Gilang selama lima tahun terakhir sebelum dirimu. Yang aku tahu mereka saling mencintai. Hanya saja terhalang restu keluarga Gilang, juga permintaan tante Nami dan om Kandar yang mengharuskan Gilang menikahimu. Yah, karena saat itu kau hamil, lalu mereka berpisah." Saras mengedikkan bahunya acuh. Kinanti terpaku, benaknya kembali memutar memori di mana saat ia di paksa menikah dan Gilang yang terlihat enggan dan sangat marah padanya.

"Seperti yang dikatakan Vera tadi, Gilang mengejarnya sampai ke bandara karena tahu kalau Vera akan pergi keluar negeri. Memohon agar Vera tetap tinggal bersamanya. Karena Gilang menolak istri yang baru di nikahinya."

Kinanti merasa jantungnya berdenyut sakit dan tubuhnya melemah seketika. Membuat kedua tangannya yang sejak tadi menengadah di bawah hand dryer kini terjatuh di atas ubin wastafel.

Saras menoleh, tidak lagi menatap Kinanti melalui cermin. Sedikit mendekat dan mengambil sebelah tangan Kinanti untuk ia genggam. "Maaf. Aku tidak ingin mengatakan ini, hanya saja ucapan Gilang terus terekam di pikiranku. Dan aku tidak mau membuat kau sakit pada akhirnya. Satu hal yang harus kau tahu, Gilang pernah berkata akan bercerai darimu setelah kau melahirkan anaknya. Dan membesarkan anaknya seorang diri. Tanpa kau di sampingnya. Lalu dia akan kembali bersama Vera."

KINANTIWhere stories live. Discover now