Tujuhbelas

16.1K 1.3K 18
                                    

Kinanti melambaikan tangannya pada mobil Suci yang bergerak menjauh dari pekarangan rumah Nami.

Siang tadi, Darsih datang bersama Suci juga ibu dan kakak serta keponakannya. Ibu Suci mengatakan merindukan Kinantin, namun merasa tidak enak hati jika datang berkunjung tanpa Darsih. Dan berakhirlah mereka berlima datang bertamu.

Kinanti tentu saja merasa senang melihat kehadiran mereka di depan pintu rumah. Karena sejak pagi ia sudah di tinggal. Iskandar sedang berada di kantornya bersama Citra, selaku sekretaris pribadinya. Cinta sedang bertugas di rumah sakit. Lalu tak berselang lama, Nami berpamitan akan pergi ke salah satu rumah tetangga yang akan mengadakan acara demo masak. Awalnya Nami sudah memintanya ikut, tapi Kinanti menolak dan memilih tetap tinggal di rumah bersama Nina. Sementara Gilang, sejak kepergian ibunya, memilih bersembunyi di dalam kamarnya hingga jam sudah menunjuk ke angka empat sore seperti ini, ia belum melihat batang hidung Gilang.

Bukan berarti ia ingin melihat pria itu. Ada dan tidak adanya Gilang, tidak berarti apapun untuknya.

Kinanti mengambil gelas-gelas dan teko bekas di ruang tamu. Meletakkannya di atas nampan lalu membawanya ke dapur.

Menghela napas lelah setelah selesai mencuci gelas-gelas itu. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan. Sesekali meringis merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam perutnya.

Perutnya sudah semakin membuncit. Kandungannya sudah berusia dua puluh tiga minggu, dan tujuh hari lagi, usia kandungannya akan memasuki bulan ke enam. Sebulan lagi menjelang bulan ke tujuh, Ibu mertua serta kedua kakak iparnya sudah mulai sibuk membicarakan persiapan acara baby shower atau tujuh bulanan. Iskandar selalu menyetujui apapun keinginan istri dan kedua puterinya. Terkecuali Gilang dan Romian yang tidak pernah memperdulikannya.

Termasuk dirinya yang juga menolak acara tujuh bulanan itu, ia tidak mau jika nanti harus di perhatikan oleh banyak orang. Apa yang akan orang-orang katakan jika melihatnya nanti? Masih kecil sudah menikah dan mengandung. Ia tidak akan siap jika nanti mendapati orang-orang yang akan mencibir ke arahnya.

Beberapa pakaian serta pakaian dalamnya sudah tidak bisa lagi ia gunakan. Bukan karena berat badannya yang meningkat drastis atau tubuhnya yang semakin membesar, melainkan perutnya yang semakin membuncit. Membuatnya tidak nyaman jika orang-orang di rumah ini memperhatikan perutnya. Kinanti lebih memilih memakai pakaian besar yang bisa menyembunyikan perut buncitnya. Bahkan Nami sering membelikannya baju-baju daster ibu hamil juga pakaian dalam baru yang berukuran sedikit lebih besar dari ukurannya yang lama.

Kinanti beranjak ke lemari makan berbahan kaca. Mengambil piring dan mengisinya dengan sesendok nasi serta lauk sop ayam yang masih mengepulkan uap hangat. Karena ia melewatkan makan siangnya, jadilah sekarang ia merasakan perutnya kini mulai kelaparan. Di dalam lemari ada juga beberapa lauk yang tersedia rendang daging sapi, tetapi tidak mampu membangkitkan selera Kinanti. Sehingga Kinanti lebih memilih sop ayam untuk lauknya.

Setelah mengisi air hangat dalam gelas. Kinanti membawa piring dan gelasnya ke luar dapur. Kinanti ingin makan sekaligus menemani Nina yang mungkin sedang menyetrika pakaian di paviliun. Semenjak kehadiran Nina, Kinanti tidak lagi merasa sepi di rumah besar itu. Terlebih Nina lebih sering bercerita mengenai ke dua anaknya yang masing-masing masih duduk di bangku kelas lima SD dan taman kanak-kanak.

Begitu kakinya melangkah keluar dari pintu, detik itu juga ia menabrak sesuatu. Membuat piring dan gelas yang ia pegang menabrak perut buncitnya hingga isinya tumpah dan jatuh ke lantai hingga pecah.

Gadis itu meringis melihat pakaian yang ia kenakan terlihat begitu basah dan lengket, terlebih makanan dan minumanan itu tumpah tepat di perutnya. Membuat perutnya terasa begitu hangat dan basah serta pakaiannya tercetak jelas memperlihatkan kondisi perutnya yang membuncit.

KINANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang