Enambelas

16.1K 1.3K 5
                                    

Suara bel rumah yang berbunyi beberapa kali, mengalihkan perhatian Kinanti dan Nami yang sedang sibuk di dapur. Sebelum membersihkan kedua tangannya yang berlumuran tepung, Kinanti meminta izin untuk meninggalkan dapur sebentar untuk segera membuka pintu. Karena tidak mungkin menunggu Nina membukakannya, karena wanita itu sedang menyetrika pakaian di paviliun belakang.

Saat pintu itu terbuka, seorang pria berdiri di depannya dan menatapnya. Kinanti mengeratkan genggamannya pada knob pintu dan mundur dua langkah. Membiarkan pintu besar itu menjadi tamengnya.

Gadis itu mengerutkan dahinya bingung karena tidak mengenali sosok yang berdiri di depannya. "Maaf, mencari siapa, ya?" Ia bertanya sopan. Kinanti sama sekali belum pernah melihat pria itu. Ia tidak mungkin mempersilahkan orang asing masuk begitu saja.

Jawaban tak kunjung Kinanti dapatkan. Melainkan tatapan aneh pria itu yang terus menatap wajahnya seolah tengah melamun.

"Mencari siapa, ya?" Sekali lagi Kinanti mencoba bertanya. Ia tidak nyaman di tatap seperti itu.

Pria itu sedikit tersentak, lalu tersenyum malu sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Ehh, Gilangnya, ada?"

Kinanti mengerutkan dahinya, berpikir. Ia ingat setelah tadi pagi, Gilang belum menampakan batang hidungnya sampai jam sudah menunjuk ke angka dua siang. Sepertinya pria itu belum pulang.

"Sepertinya masih di luar, deh. Gak tau udah pulang atau belum. Mau saya lihat ke dalam dulu?"

"Siapa itu tamunya?" Suara Nami terdengar sebelum sosoknya menyusul dan berdiri di belakang Kinanti. "Yugo? Mencari Gilang, ya?"

Yugo mengalihkan tatapannya yang sejak tadi tak berpaling dari wajah Kinanti, kini menatap Nami. Wanita itu mendekat dan berdiri di samping Kinanti saat Yugo mengambil langkah mendekatinya untuk bersalaman. "Iya, tante." Jawabnya sambil mengangguk.

"Gilangnya dari pagi keluar. Gak tahu entah ke mana. Mau tante teleponin dulu biar dia cepat pulang?" Tanya Nami.

Pria itu menggeleng dan menyodorkan layar ponselnya yang sejak tadi berada di dalam genggamannya dan menunjukkan percapakan Yugo dan Gilang melalui salah satu aplikasi pesan singkat.

"Gak usah, tante. Tadi pagi udah janjian sama dia, jam dua aku bakal ke sini. Gak tau deh, sekarang Gilang lagi ngapain, pesannya langsung masuk aja ke kamarnya."

"Oh, iya? Tante malah gak tau kalau anak itu udah pulang." Nami terlihat terkejut. Pasalnya ia tidak tahu kalau putera bungsunya itu sudah berada di rumah. "Suara motornya tidak kedengaran. Kalau begitu, ayok, masuk! Naik aja langsung ke kamarnya. Tante mau balik lagi ke dapur." Nami berbalik dan langsung menuju ke dapur.

Kinanti segera mengikuti Nami. Tapi, sebelum itu ia mengangguk sekali dan tersenyum kecil pada Yugo yang juga membalasnya dengan perlakuan yang sama.

Pria itu masih betah berdiri di sana menatap punggung Kinanti yang semakin menjauh. Ketika Kinanti benar-benar telah menghilang dari pandangannya, Yugo tersenyum lalu segera beralih ke anak tangga untuk segera ke kamar Gilang.

Begitu memasuki kamar Gilang. Ia mendapati pria itu sedang memakai baju kaosnya. Sahabatnya itu terlihat segar sehabis mandi.

"Baru bangun, bro?"

Gilang berbalik untuk menoleh ke pintu saat mendengar suara yang tak asing lagi di pendengarannya. Tadi ia sempat berpikir, kalau yang membuka pintu itu adalah Kinanti. Namun saat mendapati sosok sahabatnya yang berdiri di sana membuat Gilang segera melangkah mendekat dan melakukan salaman sahabat mereka.

"Enggak. Tadi baru selesai mandi. Kau sendirian? Adit mana?"

"Sendirianlah. Ini hari minggu, mana mau si Adit ikut. Paling juga dia lagi di rumah pacarnya."

KINANTIUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum