Tiga Puluh Tujuh

24.8K 1.8K 46
                                    

Terima kasih untuk sobat semua yang sudah mau mampir ke tulisan pertamaku. Tulisan pertama dari ide yang sudah tertanam di otakku dari tahun 2017, dan baru berani memposting di akhir 2019. Terima kasih sudah mau membaca cerita aneh yang pastinya jauh dari kata bagus dan sempurna. Dan aku sangat berterima kasih ke pada sobat-sobat pembaca yang sudah mau memberi vote yang sangat berharga.

Sekali lagi, terima kasih, terima kasih, dan terima kasih untuk sobat semua.

* * *




Dengung suara ramai dan suara siaran Tv menyambut Kinanti saat kedua kakinya sudah menapak di lantai dasar. Ruang keluarga itu terlihat ramai, dengan suara obrolan orang-orang yang terlihat hangat. Sebagian ada yang duduk di sofa dan ada yang duduk di karpet berwarna coklat berbulu lembut.

Terutama Lily. Sepupu Gilang yang duduk di atas karpet di samping bouncer listrik Kaianna yang bergerak secara perlahan ke kiri dan ke kanan. Mengayun si kecil Kaianna yang terlelap di atasnya.

Kurang dari dua hari sebelum acara Aqiqah Kaianna. Rumah Iskandar sudah kedatangan tamu dari Palembang. Sofi, keponakan bungsu Iskandar dari kakaknya yang nomor tiga. Dan tak lama, Lily menyusul Sofi karena tahu adik sepupunya itu sudah berada di rumah Nami.

Mereka menginap di kamar tamu. Sama sekali tidak keberatan tidur bersama Darsih. Sementara Gilang sudah kembali menempati kamarnya bersama Kinanti dan puteri mereka.

"Kinanti? Kenapa turun?" Sofi yang baru kembali dari dapur sambil membawa botol susu bayi terkejut melihat kehadiran Kinanti. Segera menghampiri dan membantu Kinanti berjalan dengan memegang sebelah tangannya.

Kinanti tersenyum canggung. "Bosan di kamar terus, Kak." Akunya jujur. Ia juga merasa tidak enak hati pada kedua keponakan Iskandar yang selalu di repotkan olehnya. Saat jam makan selalu mengantar makanan untuknya atau cemilan yang di buat Nami untuknya.

Bahkan ia merasa seperti permaisuri di dalam kamar. Setelah selesai menyusui Kaianna, puteri kecilnya itu akan di bawa turun ke ruang keluarga. Lalu di antarkan kembali padanya jika menangis dan lapar. Untuk mengganti popok Kaianna yang kotor, mereka tidak melibatkannya. Mereka hanya akan mengambil popok ke kamar lalu kembali keluar dengan membawa popok yang bersih.

Bahkan setelah hari berganti sejak kehadiran Sofi dan Lily di rumah ini. Kinanti semakin merasa canggung dan malu karena masih di perlakukan bagaikan ratu oleh mereka. Maka dari itu ia memutuskan untuk turun dan bergabung bersama yang lain.

Kinanti di dudukkan di atas sofa di samping Kaianna yang terlelap dalam Bouncer-nya. Sementara Sofi memilih duduk di karpet bersama Lily dan Darsih yang tengah melipat popok-popok dan pakaian Kaianna. Sofi segera memberikan botol susu bayi yang berisi susu formula pada gadis kecil berusia dua tahun lebih yang sudah menanti susunya.

Kinanti tersenyum dan mengulurkan tangannya ke samping, bersalaman dengan Ibu Lily, Rosita. Kakak nomor dua Iskandar. Lalu beralih pada Rena, kakak nomor empat Iskandar yang duduk di samping Rosita. Kedua wanita itu baru saja tiba di sini satu jam yang lalu.

Rosita memeluk Kinanti. Mencium puncak kepala Kinanti yang kini bersandar di dadanya. "Selamat atas kelahiran Kaianna ya, Nak. Semoga keluarga kecilmu selalu di beri kesetahan oleh Allah." Ucapnya tulus. Yang segera diaminkan oleh siapapun yang mendengarnya.

"Terima kasih, Tante." Bisiknya. "Ini anak siapa, Tante?" Kinanti menunjuk gadis kecil yang tengah tiduran sambil menyedot botol susunya seraya menikmati acara kartun yang tengah ditayangkan di Tv.

"Cucu, Tante." Rena menyahut. "Anak kedua Maria. Puteri pertama, Tante." Jelasnya. Kinanti mengangguk mengerti.

"Namanya siapa, Tan? Umurnya berapa?"

KINANTIWhere stories live. Discover now