21. Demam

122K 8.6K 514
                                    

Maaf untuk typo

Happy Reading💖
⚽⚽⚽

Pukul 05.33, Aish baru terbangun dari tidurnya. Dia pun bergegas ke kamar mandi untuk mandi.

15 menit kemudian, dia sudah segar memakai baju santainya dan menuju dapur untuk minum.

Tidak terlihat adanya Ayah dan Bunda. Cakra dan Ikhwan menginap di rumah temannya.

"Bunda sama Ayah mau ke Yogyakarta, Ai. Kakek Rangga sakit. Bunda buru-buru, sayang. Assalamu'alaikum," pamit Bunda cepat lalu berlari membawa koper, menyusul Ayah.

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati, Bund" balas Aish berteriak.

Setelah minum, Aish kembali ke kamarnya. Dia melihat Fael yang tidur meringkuk, seperti orang kedinginan.

Aish mendekat, berniat mendekapnya. Dia ingin membiarkan Fael tidur sepuasnya, karena biasanya Fael bangun sebelum Aish berangkat sekolah.

Punggung tangan Aish menyenggol lengan berisi Fael. Hangat! Itu yang dirasakan Aish. Hati Aish mulai berdegup kencang, panik.

Tangannya terulur menyentuh dahi Fael. Sangat panas! Aish meloncat dari kasur karena kaget, dengan tangan kiri berada di pinggang, serta menggigit kukunya bingung.

Aishpun menyelimuti Fael. Dia menuju dapur untuk mengambil air hangat. Aish berinisiatif mengompres kening, ketiak, dan selangkangan Fael. Tempat itulah yang bisa membuat panas Fael cepat turun.

Aish mencoba tenang. Dia mendekap Fael yang kedinginan. Setiap beberapa menit sekali, Aish mencelupkan kain yang digunakan untuk mengompres tadi ke dalam air hangat.

Namun, tiba-tiba bibir Fael bergerak seperti orang menggigil. Aish sangat takut dan menggendongnya menuju kamar Rangga.

Kamar Rangga yang tidak dikunci membuat Aish dengan mudahnya langsung masuk. Aish langsung mengguncang tubuh Rangga dengan keras.

Rangga sangat susah untuk dibangunkan. Aish mulai menangis karena tubuh Fael semakin panas. Aish langsung menabok keras pipi Rangga agar terbangun.

"Rangga!! Bangun, please..." kata Aish menahan isak tangis. Rangga yang sayup-sayup mendengar suara tangisanpun langsung terbangun, walaupun kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.

"Kenapa?" kata Rangga tiba-tiba panik melihat Aish menangis dengan Fael yang ada di gendongannya.

"Fa--Fael demam.. Pana-panasnya tinggi banget," kata Aish terbata-bata sambil menuntun tangan Rangga untuk memegang kening Fael.

"MasyaAllah," ucap Rangga spontan. Refleks, dia berlari menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Diapun kembali dengan muka yang lebih segar.

"Tidurin di sini dulu," titah Rangga. Aish menurut.

"Ambilin air hangat, Ai" pintanya lagi.

"Udah gue kompres. Panasnya tetep nggak turun," kata Aish sesenggukan.

"Ambil termometer di laci meja belajar gue," perintah Rangga. Aish menuruti perintah Rangga. Aishpun mulai mengecek suhu tubuh Fael.

Tiitt.. Tiiit..

Aish segera mengangkatnya dari ketiak Fael. Dilihatnya yang ternyata sangat tinggi.

"Berapa?" tanya Rangga.

"Tinggi banget, Ngga.. 38,8" kata Aish.

"Jangan nangis, oke? Jangan bikin gue tambah panik," kata Rangga menenangkan.

"Bawa ke Rumah Sakit aja, Ngga. Dari tadi kayak kedinginan, gitu" ucap Aish. Rangga mengangguk lalu bergegas turun untuk menyiapkan mobil. Aish juga dengan hati-hati menggendong Fael yang nampak pucat.

Badgirl, Badboy, and Baby Boy✔ [TERBIT]Where stories live. Discover now