48. "Loh?"

82.3K 7K 374
                                    

Menurut kalian part ini gimana? Jawab di kolom komentar, ya..

💙💙💙

"Rangga! Cepetan, ih.. Lama banget sih lo?" Teriak Aish yang kesal dengan Rangga. Hari ini Rangga memaksa menemani Aish yang akan bertemu dengan Akbar.

"Sabar, dong. Lo udah nggak sabar ketemu ama Akbar?" Tanya Rangga dengan sinis. Aish tersenyum menanggapinya.

"Aduh..Lucu banget, sih kalo lo lagi cemburu," kata Aish sambil menabok bahu Rangga.

Entah kenapa, gaya pacaran mereka sangat-sangat berbeda dengan pasangan pada umumnya. Di saat orang lain punya panggilan sayang, tidak dengan Rangga Aish yang biasa saja. Bahkan, mereka masih menggunakan lo-gue, tidak berubah menjadi aku-kamu. Mereka juga kerap mengganti cubitan hidung atau pipi dengan tabokan atau sentilan. Jika dilihat-lihat, mereka tidak seperti orang berpacaran. Namun, malah keliatan seperti musuh.

"Oh.. Gue lucu, ya? Makasih. Tapi nggak usah pake nabok segala, sayang" kata Rangga sambil mengacak rambut Aish gemas.

"Idih.. Sayang-sayang gundul lo? Udah ayo berangkat," kata Aish. Fael nampak diam saja. Entah kenapa, dari pagi tadi Fael tidak sebawel biasanya.

Rangga pun membenarkan jambulnya sekilas dan berjalan menuju mobil. Aish dan Fael mengikutinya dari bekakang.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba HP Aish berbunyi.

"Siapa?" Tanya Rangga.

"Dari Akbar," jawab Aish. Ia pun mengangkatnya.

"Halo, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikummussalam. Lo udah tau kabar tentang pacar Fano belum?"

"Pacar Fano? Kenapa?"

"Pacarnya meninggal baru aja. Kayaknya pertemuan kita ditunda dulu, deh. Oh iya, lo lagi sama Rangga nggak?"

"Innalillahi. Terus gimana? Iya, ini Rangga sama gue," kata Aish lalu meloudspeker agar Rangga juga ikut mendengar pembicaraan ini.

"Kabarin berita ini sama Rangga. Suruh langsung datang ke rumah duka buat hibur Fano. Kasian dia,"

"Berita apa? Siapa yang meninggal?"

"Aryn, pacar Fano. Gue sama Rino juga mau OTW. Gue nanti tungguin lo. Kita masuk bareng,"

"Oke. Lo share location aja. Gue OTW sekarang," jawab Rangga. Akbar pun mematikan HPnya dan segera mengirim lokasi tempat tinggal Aryn.

"Kasihan Fano. Pasti dia terpukul banget," gumam Aish. Rangga mengangguk membenarkan.

"Emang lo nggak tau apa-apa tentang pacar Fano?" Tanya Aish. Rangga menggeleng.

"Fano ngga pernah cerita apa-apa sama gue," Aish hanya mengangguk menanggapinya. Kebetulan, posisi Rangga dan Aish tadi tidak jauh dari lokasi yang dikirimkan Akbar. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di rumah Aryn.

Sesampainya di rumah Aryn, Aish Rangga dan Fael langsung turun. Rangga berdiri di dekat mobil karena menunggu Rino dan Akbar yang masih dalam perjalanan. Sedangkan Aish lebih memilih menunggu di depan rumah. Namun, ucapan seorang ibu-ibu menghentikan langkah Aish.

"Loh? Arkan?" Tanya ibu-ibu itu kaget. Kekagetan ibu-ibu tersebut bertambah saat melihat wajah Aish.

"Arkan? Maaf, Arkan siapa ya bu?" Tanya Aish sopan.

"Kamu adeknya dari orang yang meninggal di sini?" Tanya Ibu itu ragu-ragu karena wajah Aish nampak tidak seperti kehilangan sama sekali.

"Eh? Bukan bu," jawab Aish.

"Ini beneran Arkan kan?" Tanya ibu itu sambil menjawil pipi Fael.

"Bukan, bu. Namanya Fael," jawab Aish.

"Eh? Tapi mirip sama Arkan lho ini?" Tambah ibu-ibu yang satunya.

"Iya, jeng. Ini beneran, deh. Kayaknya emang Arkan," setujunya.

"Maaf, bu. Tapi dia adik saya. Namanya Fael," kata Aish sedikit kesal, namun ia mencoba tidak menunjukkan kekesalannya.

"Oh.. Maaf, ya. Ibu kira dia Arkan. Mirip banget soalnya," kata ibu-ibu tersebut sambil terkekeh. Aish hanya tersenyum singkat dan mengangguk.

"Emang Arkan itu siapa, bu?" Tanya Aish penasaran.

"Dulu tetangga kami, neng. Tapi sekarang nggak tau kemana. Hilang beberapa bulan ini," jawab ibu tersebut.

"Hilang? Maksud ibu diculik?"

"Ibu juga kurang paham, neng. Tapi ibu udah nggak liat dia lagi di rumah ini. Mungkin ada sama bapaknya kali, ya?" Tebak ibu-ibu itu sambil diiringi tawaan pelan.

"Neng nya ini temennya?" Tanya ibu itu sambil menunjuk arah dalam rumah. Aish yang paham bahwa yang dimaksud ibu tersebut adalah Aryn pun menggelengkan kepalanya.

"Kebetulan saya ini temennya pacar Aryn," jawab Aish lagi. Ibu itu nampak mengerutkan keningnya sebentar, namun kembali normal ketika menyadari sesuatu.

"Ya sudah. Silahkan masuk," katanya mempersilahkan.

"Nanti saja, bu. Saya masih nunggu temen saya yang di sana," ucap Aish sambil menunjuk ke arah Rangga. Ibu-ibu itu nampak mengangguk sekilas. Aish pun melihat ke arah Fael yang tiba-tiba merasa anteng, tidak aktif seperti biasanya.

"Kenapa diem aja?" Bisik Aish pelan sambil merubah posisi Fael di gendongannya. Fael pun mengucek matanya, mengantuk.

"Ngantuk, ya? Yaudah, Fael bobok dulu," kata Aish sambil menepuk pelan punggung Fael yang kini sedang bersandar di bahunya nyaman. Sambil menepuk punggung Fael, Aish meneliti rumah biasa yang ada di hadapannya. Rumah itu tidak bisa dikatakan kecil, tapi juga tidak sebesar rumahnya.

Pandangan Aish terhenti di kendaraan yang ada di garasi rumah itu. Aish seperti kenal dengan mobil tersebut.

"Bu, itu mobilnya yang punya rumah, ya?" Tanya Aish sambil menunjuk sebuah mobil hitam yang nampak tak asing di matanya.

"Iya, neng. Itu milik Pak Har,"

"Oh.. Pak Har itu orang tuanya Aryn, bu?" Ibu-ibu itu mengangguk sebagai jawaban.

Tak lama kemudian Rangga, Rino, dan Akbar datang menghampiri Aish.

"Tidur tuh anak?" Tanya Rangga. Aish mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, langsung masuk aja, yuk" ajak Rino.

"Nggak sebaiknya kalo Fael tunggu di luar aja? Lagian kenapa kalian ajak takziah segala, sih?" Omel Akbar.

"Terus gue nggak ikut masuk gitu? Kan rencananya tadi mau ketemuan sama lo. Lo telpon tadi gue langsung OTW kesini lah," jawab Aish.

"Titipin dulu aja sama ibu-ibu tadi," kata Rangga memberi solusi. Aish mengangguk mengiyakan. Ia pun berjalan menuju ke ibu-ibu yang sempat ia ajak ngobrol tadi.

"Maaf, bu. Saya boleh titip adik saya sebentar tidak? Saya mau masuk," kata Aish agak tak enak hati.

"Iya, neng. Boleh kok boleh. Saran Ibu, kalo mau gendong adeknya lagi, neng harus cuci tangan, muka sama kaki dulu," nasehat ibu itu. Aish mengangguk mengiyakan. Dengan pelan, ia menyerahkan Fael ke pangkuan ibu-ibu itu.

Fael menggeliat pelan, namun tidak sampai terbangun.

"Terima kasih ya, bu. Saya permisi dulu," pamit Aish lalu menghampiri Rangga, Rino, dan Akbar. Mereka berempat pun masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam, Aish mengerutkan keningnya saat melihat sebuah foto anak kecil yang pernah ada di mimpinya.

Aish masih menggeleng, menepis semua yang ada di otaknya. Ia pun kembali masuk ke dalam rumah itu.

Bagaikan tersambar petir, Aish membelalakkan matanya melihat orang yang sangat ia sayang sedang menangis tergugu di dekat jenazah yang ia yakini adalah Aryn.

"Mamah?"

🍁🍁🍁🍁🍁

Badgirl, Badboy, and Baby Boy✔ [TERBIT]Where stories live. Discover now