22. Labil

114K 8.4K 127
                                    


Hingga.....

"FAEL!?" teriak Rangga dan Aish berbarengan.

Jarum infus yang ada di tangan Fael terlepas akibat hentakkan dari Fael sendiri. Aish langsung menggendong Fael dan menenangkannya. Rangga sendiri memencet tombol untuk memanggil dokter.

"Sstt.. Sakit, ya? Tahan bentar, sayang" kata Aish menenangkan. Tak lama kemudian, datang Dokter Diky dan seorang suster.

"Kenapa, Mbak?"

"Jarum infusnya lepas," sahut Aish. Dokter Diky pun mengambil tangan Fael, hendak memasangkan jarum infusnya lagi.

"Nggak sebaiknya pake papan aja, dok?" usul Rangga.

"Nanti takut lepas lagi," lanjutnya. Dokter Diky mengangguk dan memerintahkan susternya untuk mengambil alat yang diperlukan.

Rangga berjalan mendekat ke arah Fael sembari membawa tisu. Rangga pun dengan hati-hati membersihkan darah di tangan kanan Fael.

"Ngga, dotnya isi pake air putih, terus bawain kesini,"perintah Aish. Ranggapun langsung mengambil dotnya dan memberikannya ke Aish.

"Udah nangisnya, dong. Mimik dulu, ya?" kata Aish. Fael menggeleng, dengan masih terus menangis.

"Fael nggak haus?" tanya Aish lembut.

"Huaaa.. Yaaangg (Pulaaangg)," teriak Fael keras. Tak lama kemudian, dokter Dikypun datang dan segera memasang infus lagi ditangan mungil Fael. Fael masih terus menangis, meronta-ronta minta dilepaskan.

Aish sendiri tidak berani melihatnya, dan juga tidak tega untuk melihatnya.

"Sudah selesai. Dua jam lagi saya kesini untuk periksa Rafael. Saya permisi," pamit Dokter Diky yang diikuti oleh susternya.

Aish masih menggendong Fael dan menimangnya pelan. Aish juga menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Fael.

Karena kelelahan menangis, Faelpun terlelap dengan kepala menyender pada pundak Aish dan masih sesenggukan.

"Udah bobok?" tanya Rangga. Aish mengangguk. Dengan pelan, Aish membaringkan tubuh Fael di kasur yang lumayan luas, cukup untuk tidur bertiga, karena Aish memesan kelas VIP.

"Huh.. Sumpah, gue capek banget. Emang susah jadi orangtua. Gue jadi inget Mama sama Papa," ujar Aish sambil membanting tubuhnya ke sofa, dan bersender di sebelah Rangga. Diapun memejamkan matanya.

"Fael kok bisa demam, ya?" tanya Rangga pelan. Aish membuka matanya pelan-pelan.

"Iya juga, ya? Biasanya faktor demam itu gara-gara kehujanan," timpal Aish. Rangga berdecak kesal.

"Pengetahuan lo kok sempit, sih? Lo pikir faktor demam cuma gara-gara kena hujan doang?" ejek Rangga.

"Enak aja ngatain gue," bela Aish.

"Tumbenan lo nggak marah-marah?" tanya Rangga. Kini, Aish sedang tidak dalam mode ngambekan.

"Ck! Diem dulu. Gue baru mikir penyebab Fael demam," kata Aish mulai kesal.

"Jangan-jangan lo kelamaan mandiin Fael. Alhasil, dia kedinginan,"tuduh Rangga. Ais yang mendengar itu menoyor kepala Rangga, tidak terima dengan tuduhan itu.

"Gue mandiin Fael nggak lebih dari 10 menit, Ngga" bela Aish kemudian.

Aish masih terus memikirkan penyebabnya. Tiba-tiba pandangannya terhenti pada sebuah tempat sampah di dalam ruangan itu.

"Nah!!! Itu, Ngga. Itu penyebabnya" kata Aish sambil menunjuk tempat sampah tersebut.

"Apa? Tempat sampah?" tanya Rangga heran.

Badgirl, Badboy, and Baby Boy✔ [TERBIT]Where stories live. Discover now