46. "Ada apa?"

87.3K 7.2K 522
                                    

Sekedar info kalo cerita ini bukan semakin ngawur karena menurut kalian agak melenceng. Tapi, ada sesuatu yang baru kalian pahami di part selanjutnya. Jadi, jangan hujat gue karena menurut kalian part ini agak membingungkan. Kita nantikan jawabannya di part-part selanjutnya.

Happy Reading

☀☀☀

Sepulang dari sekolah, Rangga langsung menuju ke kamarnya. Ia duduk di kasur dan melepas sepatunya. Rangga sangat merasa bersalah dengan Aish. Karena dia, Aish mendapat tamparan keras yang membuat pipinya bengkak. Rangga tahu bahwa itu memang bukan sepenuhnya salah Rangga. Namun, ia tetap saja merasa bersalah.

"Gue harus gimana, ya?" Tanya Rangga sambil mengacak rambutnya.

"Bener juga kata Cakra. Gue sekarang jadi agak bego. Kalo gue salah ya minta maaf lah, dasar dodol!" kata Rangga menjawab pertanyaannya sendiri dengan merapikan rambutnya yang sempat ia acak-acak.

Rangga bergegas ganti baju dan menuju kamar Aish. Tanpa permisi, Rangga langsung masuk ke kamar Aish. Rangga melihat kamar Aish kosong. Ia pun hendak keluar dan mencarinya di bawah. Namun suara batuk seseorang membuat ia tahu bahwa Aish sedang berada di balkon.

Rangga segera mendatangi Aish dan duduk di samping Aish yang sedang bermain HP.

"Pipi lo gimana?" Tanya Rangga canggung.

"Udah nggak papa. Cuma masih perih sedikit aja, kok" jawab Aish.

"Maafin gue. Gara-gara gue, lo jadi--"

"Sstt.. Ini bukan salah lo, ok? Stop nyalahin diri lo sendiri. Nggak ada gunanya," potong Aish.

"Tapi--"

"Sans elah. Gue nggak papa, Rangga" kata Aish sambil terkekeh dan menoyor kening Rangga.

"Gue khawatir sama lo. Gue-- gue cuma nggak mau lo kenapa-napa. Apalagi temen lo itu nampar lo karena gue yang jadi alesannya," kata Rangga dengan tulus. Entah kenapa, suasana canggung seketika.

"Biarin lah. Lagian Bu Rissa juga udah kasih Viera hukuman kan?" Tanya Aish dengan senyum manisnya. Rangga menyetujuinya karena Viera memang di hukum untuk membantu Pak Bon membersihkan sekolah selama seminggu.

"Sebagai permintaan maaf gue, gimana kalo setelah PKK  nya selesai, lo ikut gue ke tempat yang indah?" Tawar Rangga. Aish berpikir sejenak dan akhirnya menyetujui.

"Oke, sip" kata Rangga sambil menunjukkan jempolnya. Tanpa Aish tau, Rangga sangat-sangat bahagia mendengar jika Aish menerima ajakannya. Rangga ingin mengajak Aish ke suatu tempat dan menjalankan saran Cakra.

"Gue mau turun dulu. Pipi lo udah diobatin kan?" Tanya Rangga. Aish mengangguk sebagai jawaban. Rangga pun keluar dari kamar Aish.

Setelah memastikan bahwa Rangga telah benar-benar keluar, Aish langsung masuk ke kamar dan guling-guling di kasur saking senangnya. Rasanya Aish ingin berteriak sekencang-kencangnya jika tidak ingat bahwa ini bukan rumahnya.

"Rangga? Rangga ngajakin gue pergi ke suatu tempat? Huaaaa seneng," kata Aish sambil memeluk guling erat, menahan rasa senang.

"Eitss.. Tapi kan Rangga ngajak gue karena dia merasa bersalah doang? Huh, gue emang nggak boleh banyak berharap. Oke, gue nggak boleh berharap lebih," kata Aish sambil menepuk-nepuk pipinya.

Tak lama kemudian, Aish keluar dari kamar dan bertepatan dengan Cakra yang hendak masuk kamar.

"Loh? Kok sendirian Ca?" Tanya Aish saat dirinya tidak melihat Ikhwan bersama Cakra.

"Iya," jawab Cakra singkat. Setelah menjawab, Cakra pun langsung masuk kamar.

Aish pun mengangkat bahunya singkat dan turun menghampiri Fael, Rangga, dan Bunda.

Badgirl, Badboy, and Baby Boy✔ [TERBIT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz