Mafia 6

70.9K 8.3K 874
                                    

CHANBAEK.JAEYONG.NOMIN.
HUNKAI.MARKHYUK
.
.
.

Jeno tersenyum senang saat mengelilingi sebuah art gallery yang memang terdapat di kampus mereka.

Yeah. Setelah berjalan tak tentu arah, akhirnya Jeno membolos kearah fakultas seni yang berada jauh dari fakultas bisnis.

Senyum lebarnya juga tidak hentinya mengembang hingga tak menyadari jika sejak tadi ada seseorang yang mengamatinya dalam diam.

"Apa pajangan-pajangan itu lebih menarik dariku?" tanya seseorang itu dengan nada kesal yang membuat Jeno menoleh sebentar.

Cantik.

Itu yang dipikirkan Jeno saat melihat pria bersurai coklat keemasan disampingnya sekarang, tapi hanya sesaat dia kemudian lebih memilih kembali menatap kearah jajaran lukisan didepannya lagi.

"Heyy... Kau mengerti bahasaku kan?" tanya pria itu setengah berteriak yang membuat beberapa orang yang ada disana melihat kearah mereka sementara Jeno malah menatap heran pria cantik itu.

"Aku bicara padamu... Apa pajangan-pajangan itu lebih menarik dariku?" ulangnya dengan nada dongkol.

"Ya" jawab Jeno singkat yang membuat pria itu terbelalak dengan mata membola.

Apa dia tidak salah?

"Kau bercanda?" tanyanya dengan nada tidak percaya yang membuat Jeno menghela napas.

"Tidak" jawab Jeno masih singkat.

"Kau sariawan? Bicaramu irit sekali?"

"Bukan urusanmu"

"Hey... Sombong sekali kau" ucap pria itu seraya terus mengekori Jeno yang mulai terlihat kesal.

'Si mungil ini kenapa sih?' pikirnya kemudian memilih berjalan menuju ruang lain.

Kekesalan Jeno mulai berkurang tergantikan dengan decakan kagum saat melihat patung-patung bernilai seni tinggi yang berjejer rapi didalam museum itu hingga membuatnya melupakan jika disampingnya sekarang ada seorang pria yang menatapnya lekat.

Tanpa sadar Jeno melepas kacamata yang dipakainya dan tersenyum manis dengan tatapan lurus kedepan. Kacamata yang dipakainya hanya kacamata gaya jadi tentu saja tidak berpengaruh. Jadi Jeno akhirnya memilih memakai kacamata bacanya dan ternyata melihat dengan kacamata yang sekarang memang jauh lebih baik, karena memang mata Jeno rada kabur jika biasanya dia bisa memakai kontak lens sekarang tidak bisa karena matanya sedikit sakit karena kurang tidur.

"Ternyata kau sangat tampan tanpa kacamata besar tadi" ucap pria tadi yang membuat Jeno tersadar.

Sialan. Dia lupa soal pria disampingnya.

Dengan cepat Jeno memasang kembali kacamata besarnya dan memutar tubuh menghadap pria cantik disampingnya itu lekat.

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Hanya penasaran" jawabnya singkat yang membuat kening Jeno terlihat berkerut bingung.

"Ah... Aku lupa, namaku Jaemin. Aku mahasiswa baru dikampus ini" ucapnya seraya mengulurkan tangannya kearah Jeno yang hanya menatapnya datar.

Tanpa berniat membalas, Jeno langsung berbalik pergi meninggalkan Jaemin yang menatapnya dengan mulut terbuka karena syok.

Catat. Ini pertama kalinya dalam sejarah, seseorang mengabaikan Jaemin bahkan disaat Jaemin sendiri yang mengajaknya berkenalan.

Hey. Dia itu putra Oh Sehun yang dikenal sebagai Don Juan. Karena ketampanannya.

Tapi tidak berselang lama, senyum miring malah terukir manis dibibir Jaemin yang sekarang menatap kepergian Jeno seraya bersidekap dada.

"Menarik. Kita lihat berapa lama kau bisa menolak pesonaku Mr. Ice" ucap Jaemin yang kemudian melangkah pergi dari sana.

***

Dor!

Dor!

Dor!

"Kesepakatannya tidak sesuai. Keuntungannya juga kecil. Aku tidak suka" ucap Jaehyun seraya menyimpan kembali pistolnya diatas meja.

Hal itu tentu saja membuat beberapa orang anak buahnya yang ada disana hanya bisa menelan ludah kasar melihat Jaehyun.

Percayalah. Jaehyun itu lebih buruk dari pada Chanyeol.

Bahkan Jaehyun tidak mau repot mendengar penawaran lain yang ditawarkan oleh salah satu mafioso yang baru saja dibunuhnya itu.

"Bereskan. Aku mau istirahat sebentar" titah Jaehyun pada Johnny yang hanya bisa mengangguk dan menjalankan perintah.

Setelah Johnny menyingkirkan mayat tadi, Jaehyun terlihat memutar kursinya dan menatap lurus kearah dinding kaca didepannya.

"Aku jadi merindukanmu Yongie" bisiknya yang saat ini teringat akan sarapan pagi pertamanya bersama Taeyong.

Dia tersenyum tipis. Hanya membayangkan si cantik saja dia sudah bahagia.

"June"

"Aku mendengarkan Boss"

"Cari tau dimana Lee Taeyong sekarang"

"Aku sudah mencari tau soal itu Boss" ucap Jun yang membuat Jaehyun memutar kembali kursinya.

"Dimana?"

"Dia sekarang sedang berada di Grand Mall. Tuan Lee baru saja melakukan survey untuk produk mereka" jelas Jun.

"Grand Mall?" Jaehyun terlihat diam sebentar seolah berpikir mengenai alasan apa yang mungkin dia pakai supaya bisa menyusul si cantik.

Tidak lama Jaehyun tersenyum tipis dan melepas jas yang dipakainya dan menggantinya dengan jaket kulit hitam yang memang tergantung rapi disudut kirinya.

"Aku akan pergi, jangan ada yang mengikutiku" ucap Jaehyun seraya mengambil kunci motornya.

"Yongie kita akan segera bertemu lagi baby" gumamnya dengan seringai miring.

Sementara itu di kampus Mark dan Jeno, keduanya saat ini tengah duduk disalah satu sudut kantin sambil menikmati makan siang mereka.

"Hyung. Menurutmu apa kira-kira alasan bagus supaya kita bisa mempertemukan Papa dan Ayah?" tanya Jeno pada Mark yang terlihat berpikir.

"Bagaimana jika kau membuat masalah lagi?"

"Huh?"

"Maksudku. Buat satu masalah lagi. Tidak perlu besar yang penting kita punya alasan untuk memanggil Papa dan Ayah ke kampus"

"Hmmm. Kurasa jika membuat masalah itu hal mudah. Sekarang saja aku bisa melakukannya" kekeh Jeno yang membuat Mark berdecak pelan.

"Apa kalian tidak tau-- jika berbicara berdua disudut kantin seperti ini tidak akan seru?" ucap Jaemin yang sedikit berbisik disamping telinga Jeno yang sontak menoleh.

"Hay... I'm Jaemin" ucapnya memperkenalkan diri seraya mendudukan dirinya disamping Jeno kemudian melempar senyum manis pada Mark yang hanya menatapnya diam.

"Apa kalian punya semacam club yang berisi para pria dingin?" tanya Jaemin lagi sebelum menumpu wajahnya pada tangan kiri menatap lekat kearah Jeno yang bertingkah tidak peduli dan tentunya menghiraukan keberadaan Mark yang malah memilih fokus pada buku yang dibacanya.

"Pasti manis" ucap Jaemin yang membuat suapan Jeno terhenti.

"Kau buta? Aku sedang makan udon pedas" sarkas Jeno yang malah membuat Jaemin semakin menatapnya lekat.

"Bukan udon-nya"

"Lalu?"

"Bibirmu"

Sialan. Si mungil ini sepertinya tak waras.

Batin Jeno.



*
*
*

✴️
---Ayden---

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Where stories live. Discover now