(Mafia 37)

73.1K 6.2K 1.7K
                                    

Taeyong terlihat melangkah angkuh saat memasuki markas utama Black Tigers dan hanya mengangguk kecil saat melihat seorang pria berperawakan tinggi yang dia kenali sebagai orang kepercayaan Jaehyun.

Keningnya sedikit menyerngit bingung saat melihat keramaian yang tiba-tiba senyap dan diganti dengan posisi dan tundukan hormat kearahnya.

Apa ini sambutan untuknya?

'Apa semua orang mengenalku? Inikan kunjungan pertamaku kemari?' pikir Taeyong seraya melanjutkan langkahnya.

Yeah. Dia harus menjalankan tujuan awalnya datang kesana.

"Selamat datang di Black Tigers nyonya" sapa Kun yang berdiri siap didepan pintu ruangan Jaehyun.

"Dimana Boss-mu?"

"Boss yang mana nyonya? Tuan Besar? Dia sedang pergi dengan Queen. Ada tiga orang ahh tidak empat orang yang kami panggil Boss sekarang" balas Kun dengan nada tenang namun tidak menghilangkan rasa hormatnya yang membuat Taeyong mendengus.

Segitu besarkah pengaruh kedua putranya disini sekarang?

Itu artinya dia tidak akan mungkin lepas dari Jaehyun begitu saja.

"Jaehyun Park atau Jeffrey. Aku tidak peduli kau memanggilnya apa-- aku ingin bertemu dengannya" balas Taeyong dengan nada dingin yang membuat Kun tersenyum tipis.

Benar-benar pasangan pemimpin. Diberkatilah Black Tigers dengan ratu yang baru.

"Boss besar tidak disini. Dia sedang berolahraga" jawab Kun yang kembali membuat kening Taeyong menyerngit heran.

"Olahraga apa?"

"Yoga"

"Huh?"

"Aku hanya bercanda nyonya" jawab Kun dengan kekehan pelan.

"Silahkan lewat sini. Aku akan mengantar anda menemuinya" lanjut Kun yang sebenarnya masih menahan tawanya karena jawaban konyolnya sendiri.

Yeah. Pengaruh Jeno memang sebesar itu--hingga hal kecil saja dapat dengan mudah mereka ingat.

"Silahkan masuk" ucap Kun seraya membuka sebuah pintu baja yang terlihat kokoh didepan mereka dan seketika mematung saat melihat apa yang tengah terjadi saat ini.

Jaehyun dengan penampilan berantakan. Rambut hitamnya yang terlihat lepek dengan baju yang hampir seluruhnya dinodai darah.

Belum lagi kedua tangannya yang tengah memegang dua buah pisau kecil namun Taeyong yakin sangat tajam dan mampu menyayat habis apapun yang disentuhnya.

"Jadi ini-- dirimu yang sebenarnya? Jeffrey Park." ucap Taeyong yang membuat Jaehyun menoleh dan sontak menjatuhkan pisau dikedua tangannya.

"Yongie? Bagaimana kau bisa disini?" tanya Jaehyun was-was.

Apa tadi Taeyong melihat sisi gelap dirinya? Apa pria cantik itu akan ketakutan setelah melihat seperti apa dia sebenarnya?

"Yongie aku--"

"Diam. Cukup. Aku tidak perlu penjelasan apapun darimu" potong Taeyong dengan tangan kanan diangkat seolah menjadi tanda untuk Jaehyun tetap diam.

"Mendekat kemari kau tuan Park" ucap Taeyong dengan nada dingin yang membuat Jaehyun mengerjap pelan namun tetap memilih menurut.

Dia terlihat menatap lamat-lamat wajah cantik didepannya yang terlihat menatapnya tajam dengan perasaan campur aduk.

DOR!

Jaehyun sedikit terkejut saat mendengar suara letusan pistol yang melubangi kepala korbannya tadi apalagi ditambah dengan wajah merajuk yang dipasang Taeyong saat ini.

"Kau terlalu lama bermain dengan mereka Jaehyunie. Hingga melupakanku. Kau menyebalkan" sungut Taeyong yang masih menggenggam pistol ditangan kanannya.

"Bagaimana kau mendapatkan pistol itu?" tanya Jaehyun memastikan kalau pistol itu memang benar pistol yang dikenalnya dengan baik.

"Ayah mertua memberikannya padaku" jawab Taeyong yang kembali menyimpan pistol itu dibalik jas yang dipakainya.

"Apa itu artinya kau---"

"Yeah. Aku sudah tau semuanya Jaehyunie-- dan akan kupastikan tidak akan ada yang lebih pantas menduduki posisi ini selain aku" ucap Taeyong yakin yang membuat senyum manis terukir dibibir Jaehyun.

"Kau benar. Memang hanya kau yang pantas disisiku. Tidak akan ada yang lain" balas Jaehyun yang detik itu juga membawa Taeyong dalam pelukannya.

"Kau membuatku takut tadi"

"Hihihi. Wajahmu tadi lucu sekali" kekeh Taeyong terdengar geli dan memekik kecil saat Jaehyun yang tanpa aba-aba menggendongnya ala koala.

"Kau nakal. Harus dihukum" ucap Jaehyun dengan nada rendah.

"Yongie nakal?" tanya Taeyong dengan kepala yang sedikit dimiringkan yang membuat Jaehyun mengeram gemas.

"Persiapkan dirimu untuk kehilangan suaramu sayang. Aku tidak akan menahan diri malam ini" ucap Jaehyun yang melangkah cepat untuk keluar dari ruangan itu sementara Taeyong hanya terkekeh digendongannya.

Sementara itu, untuk kesekian kalinya Jeno menatap jengah kearah kedua orangtuanya itu.

Niat awalnya untuk melapor tapi malah melihat keromantisan bak taburan gula.

Ck. Membuat iri saja.

Kesal Jeno seraya melirik kebawah. Menatap tonjolan dicelananya.

"Sial. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi" decaknya kemudian berbalik pergi entah kemana.

***

Jaemin sedikit terlonjak kaget saat pintu kamar tempatnya beristirahat terbuka dengan kasar.

Yeah. Dia sekarang sedang berada dikamar Jeno di rumah pohon.

"Nono? Ada apa?" heran Jaemin yang justru dibalas dengan lumatan kasar dibibirnya.

"Ugh" erang Jaemin yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba dari kekasihnya itu dan berusaha memberi jarak.

Merasa kehabisan napas, Jaemin memukul pelan dada Jeno yang terlihat melepaskan ciumannya dengan terpaksa tapi malah melarikan bibirnya untuk mencumbu leher Jaemin yang bersih tanpa noda.

"Arrhhh. J-jenohh"

"Nana" gumam Jeno seraya membawa tangan kanan Jaemin kearah selangkangannya namun tidak mengurangi kesibukannya mencumbu leher kekasihnya itu.

"Aku menginginkanmu sekarang Baby" ucap Jeno seraya menahan geramannya.

--SENSOR DI VERSI CETAK--

BIAR NGG DI REPORT JUGA 😣

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang