Chapter 7

14.1K 1.6K 289
                                    

Hai haii!!

Happy reading ya!!

Jangan lupa untuk VOTE dan KOMEN, Biar author tetap semangat!

Sankyuu!! 💙💙💙💙

I Love you (all)
.
.
.
.

"Jika semilir angin bisa mengeluh, dia akan bercerita bagaimana setiap malam aku selalu menyebut namamu."
-unknown

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kencan bagian II:



Setelah ini kira-kira mereka akan melakukan apa, ya?
Sakura sempat bingung. Apa kira-kira hal yang dia dan Sasuke sukai? Waktu masih menunjukkan pukul setengah empat sore. Masih ada sekitar dua jam lagi bagi Sakura mengajak Sasuke berkeliling pasar malam sebelum dia pergi melaksanakan rencananya dengan Ino. Lalu sekarang, Sakura seperti kehabisan akal. Meski matanya sejak tadi hanya memandang lurus ke depan seraya berjalan bersama Sasuke, namun di dalam hati Sakura telah berteriak karena bingung. Sasuke bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun.

Suasana pasar malam juga semakin ramai. Semakin larut waktunya maka semakin ramai pula pasar malam, dominan dipenuhi oleh remaja-remaja kasmaran yang pergi bersama kekasihnya. Di tengah keramaian ini Sakura bisa melihat berbagai pasangan yang saling menggenggam tangan, atau saling menempel. Seperti, seorang cowok merangkul pinggang ceweknya, atau si cewek yang bergelayut manja di lengan si cowok.

Sakura mendecih. Dalam hati mengumpat kesal, tapi tak tahu harus berkata apa. Ingin bemanja-manja dengan Sasuke juga tapi sepertinya lelaki itu akan risih. Sakura tidak mau dicap menyebalkan oleh Sasuke. Sakura juga sudah bertekad agar tak berisik seperti saat mereka masih berusia 12 tahun dulu.

Di tengah-tengah kegundahan hati yang Sakura rasakan. Suara sosok lelaki memanggil nama mereka berdua. Melambai dan melemparkan senyuman yang biasa ia pakai untuk menghadapi orang-orang.

Ah! Itu Sai.

Lelaki itu sedang duduk sendirian di satu meja makan yang cukup lebar, mungkin seharusnya ditempati oleh tiga orang atau lebih. Meja makan itu milik kedai dango yang Sai kunjungi, pemiliknya sengaja meletakkan di luar agar suasana tidak monoton jika pengunjung datang. Herannya, masih ada meja berukuran lebih kecil yang bisa Sai pakai jika memang dia seorang diri.

Kecuali jika ini telah direncanakan. Kemungkinan oleh Ino. Sakura tersenyum kemenangan, dia mengelus dada dan juga berteriak kencang di dalam hati.

"Shannaroo, Ino! Kau penyelamatku!"

"Sakura, Sasuke!"

Sakura melirik Sasuke. Lelaki itu tampak biasa saja, mengikuti Sakura yang berjalan menuju meja Sai.

Tap!

Sakura sampai.

Dia tersenyum lebar, bukan sebagai pertanda terima kasih melainkan senyuman mematikan. Sai berkedip. Apa yang terjadi? Apakah ia membuat kesalahan? Kenapa Sakura tampak marah seperti ini?

"K-kenapa kau memasang wajah seperti itu, Sakura?" Suara Sai bahkan berubah. Sedikit bergetar. Padahal tadi Sai merasa percaya diri bahwa ia tak memiliki masalah dengan Sakura, makanya dia mau-mau saja ketika Ino meminta tolong padanya.

"Hee? Kurasa kita harus berbicara sesuatu tentang kesopanan dan juga apa yang perlu dikatakan kepada anak-anak," Sakura melebarkan seringainya, ralat, senyum mematikan. Bahkan Sakura inginnya langusng menghajar Sai begitu mengingat Sai yang sudah memberi doktrin atau kata-kata vulgar di depan anak-anak polos yang tadi Sakura jumpai.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now