Chapter 14

10.4K 1.4K 118
                                    

Chapter 14, Update!

Jangan lupa VOTE dan COMMENT!

Jangan jadi SILENT READERS ya!

Sankyuu!💕💕😍
.
.
.
.


"Kamu tidak mengakui cinta itu atau kamu memang tidak merasakannya sejak awal?"
-unknown.

.

.
.





VOTE!

VOTE!
.
.
.
.
.




.

°°°°°°°●●●●●●●°°°°°°●●●●●●




••••○○●●●●●●●••••••••••••○

Menikmati semilir angin malam, udara berhembus lembut menerbangkan tiap helai merah muda miliknya. Hening dan damai seperti apa yang ia inginkan, selalu dan selalu. Banyak hal berkecamuk di dalam pikirannya, banyak hal yang membebani perasaannya. Tak ada pilihan lain selain mencoba mencari jawaban atas semua ini.

Hentakan lemah yang ia berikan untuk mengayun dirinya. Suara deritan rantai ayunan kurang lebih menemani tiap nanar yang ada. Sakura---kedua tangannya, lebih tepatnya ke-lima jarinya menggenggam lemah rantai pegangan ayunan. Tanpa berkata-kata, hanya menatap lurus ke bawah.

Dengan tatapan kosong.

Tak ada ekspresi di sana.

Bagaikan orang yang berbeda, Sakura tak pernah seterpuruk ini sebelumnya. Dadanya sesak sampai-sampai untuk membayangkan keadaan ayahnya saja membuat Sakura lemas.

Membayangkan dia yang harus mengambil pilihan, mengorbankan masa mudanya, mengorbankankan cintanya, untuk menikah dengan Hikaru.

Apa dia mempunyai pilihan lain?

Dia tak lagi ingin meneteskan air mata, barang sedikitpun. Apakah air matanya sudah surut? Atau tak lagi bisa menggenang. Semua itu terjadi karena rasanya sudah lelah. Dan keputusan hanya ada pada Sakura.

Sosok lain sampai di sini. Surai hijau lelaki itu berhembus dibelai oleh angin malam. Dia menatap sendu ke arah Sakura yang ada di hadapannya. Sakura menunduk, menyisakan surainya yang terlihat menyembunyikan paras cantiknya.

Hikaru--memilih untuk mendekat. Berusaha menenangkan Sakura dan mungkin menghibur gadis itu.

Sedikit saja ...

Hikaru ingin Sakura tahu, bahwa ada dirinya untuk membantu kegundahan gadis itu.

"Sakura."

Panggilnya lirih, dengan sedikit ragu tangan Hikaru mengarah ke pucuk kepala Sakura, mengusapnya perlahan untuk memberi sensasi tenang pada gadis itu. Sakura tak merespon, dia tetap berposisi seperti tadi.

" ... Jangan memaksakan dirimu. Jangan begini, kau adalah gadis kuat, aku yakin itu. Kita bisa menemukan jalan lain, aku tak mau kau bersedih."

Hikaru menghela napasnya.

"Berhenti bersedih, Sakura. Aku yakin kita bisa mengobati ayahmu. Aku tak mau kau memutuskan jalan yang akan kau sesali nantinya, kau masih memiliki kekasih, kan?"

Ya, kekasih.

Saat Hikaru mengatakan itu, Sakura sontak teringat dengan Sasuke. Sosok yang sempat ia rindukan namun terhalau oleh rasa khawatirnya pada sang ayah.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now