Chapter 30

12.6K 1.4K 113
                                    

Update!

Jangan lupa VOTE dan COMMENT!

Jangan jadi SILENT READERS ya!

Sankyuu!

.
.

.
.

"Aku masih mempunyai alasan untuk mencintamu, kan?"
-unknown




.
.
.
.
.
.

VOTE!

VOTE!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

°°°°•••••°°°°

Di sebuah ruangan serba putih kecuali tirai hijau atau nakas coklat itu. Ruangan ini cukup luas mengingat terdapat dua brankar di dalamnya, masing-masing brankar hanya dipisahkan oleh jarak tiga meter. Di atas brankar terbaringlah tubuh dua orang berbeda gender. Yang satu gadis berambut merah muda, dan yang satu lagi seorang pria dewasa yang memilki rambut hampir serupa dengan gadis itu.

Tepatnya mereka adalah Kizashi dan Sakura. Perbedaan diantara mereka terletak pada posisi saat ini. Sakura masih memejamkan mata sementara Kizashi sudah siuman. Ia tengah membuka matanya sembari melirik sang putri yang masih tak sadarkan diri. Wajah kebapakan Kizashi memancarkan ketulusan. Dan juga berharap putrinya segera bangun.

Di samping Kizashi, tepatnya sang istri sedang duduk dan senantiasa membantu Kizashi memakan sarapannya. Raut wajah Mebuki tampak lebih segar daripada kemarin. Begitu mendengar kabar Kizashi yang pulih, Mebuki langsung merasa bahwa kegundahan hatinya sirna. Walau, kabar yang medadak datang dan mengatakan kalau putrinya megalami konflik hebat bersama mantan calon suaminya.

Rasa bersalah di hati Mebuki benar-benar mengakar erat. Di sisi lain, dia juga menyalahkan dirinya sendiri. Entah kenapa Mebuki tak menyadari bahwa Hikaru adalah lelaki brengsek yang hampir membunuh putrinya.

Akan tetapi--

Satu hal yang membayangi Mebuki adalah sosok pemuda berambut gelap itu. Uchiha Sasuke. Pertama kali mendengar kabar bahwa Sasuke bahkan rela berkorban untuk Sakura, membuat kepala Mebuki jadi pusing. Setelah itu, Mebuki sempat mengunjungi Sasuke yang berada di ruangan berbeda. Ia melihat kondisi Sasuke, cukup parah apalagi lebam di kakinya karena menempuh jarak yang amat jauh.

Sampai sekarang baik Sasuke maupun Sakura belum sadarkan diri.

"Apa Sakura masih belum bangun?" Kizashi memandang anak gadisnya. Tersirat nada khawatir di dalamnya. Mebuki tersenyum lembut, ia menyentuh jari-jari Kizashi yang lebih hangat daripada kemarin.

"Dia adalah gadis yang kuat, anata."

"Aku tahu, Mebuki. Hanya saja hatiku sangat sakit melihatnya melakukan ini semua demi aku."

Mebuki menggeleng pelan. Daripada Kizashi, sebenarnya Mebuki jauh lebih merasa bersalah. Dia mengingat bagaimana keras kepalanya dia menentang hubungan Sasuke dan Sakura. Lalu Mebuki tega membanding-bandingkan Sasuke dan Hikaru. Apa yang Sakura sudah lalui untuk memprioritaskan ayahnya bahkan sampai rela menghadapi semua ini. Kenapa Mebuki bisa setega itu pada Sakura? Berulang kali Mebuki mengutuk dirinya sendiri, dia adalah ibu yang buruk. Itulah yang ada di pikiran Mebuki.

Jari-jari Kizashi membalas genggaman jari ramping istrinya. Tak ada lagi wajah guyon di sana, tidak dalam waktu sekarang ini.

"Aku merasa bersalah pada Sakura dan Sasuke. Terutama Sasuke. Aku.... bahkan pernah sampai memaki-makinya," Mebuki meletakkan mangkuk bubur Kizashi.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now