Chapter 33

14K 1.4K 222
                                    

Update!

Jangan lupa VOTE dan COMMENT ya!

Jangan jadi SILENT READERS!

Sankyuu!!

.
.
.
.
.

VOTE!

VOTE!
.
.
.
.

"Keinginanku untuk bersama dengannya, selamanya."
-unknown (2)


.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

°°°°••••°°°°

Sasuke menyandarkan punggungnya di bagian kepala brankar. Dengan posisi seperti ini Sasuke bisa dengan mudah membolak-balikkan buku yang dibaca olehnya. Matanya kelam menatap tiap deret kalimat ataupun hidingnya yang mencium aroma khas kertas baru. Walaupun terlihat tak berminat pada bacaannya, sebenarnya Sasuke membaca dengan serius. Memang tampangnya selalu datar.

Sembari membaca dia memikirkan beberapa hal. Mengenai keberadaannya di Konoha. Atau lebih tepatnya kapan ia akan kembali terjun ke misi. Sasuke sudah mempertimbangkan itu baik-baik, melihat dunia secara luas ataupun kejadian seperti Hikaru, membuat Sasuke ingin mengembara dan memastikan tak ada lagi penyimpangan. Namun di sisi lain Sakura menjadi pertimbangan terbesar bagi Sasuke. Dia ingin membawa Sakura bersamanya seperti janjinya, akan tetapi Sasuke masih menimang banyak hal.

Sasuke selalu ingin berada di sisi Sakura, sekarang dan selamanya. Terkesan egois memang padahal Konoha pun membutuhkan Sakura. Mereka berdua memiliki peran sangat penting di desa ini, desa yang sudah membesarkan mereka meski Sasuke sempat berkhianat justru itulah yang mendorong Sasuke untuk segera bergerak melindungi desa.

Memikirkan banyak hal runyam di kepalanya lalu menghembuskan napas hingga terdengar haaah dari bibir Sasuke. Bola mata onyx itu bergulir fokus pada jarum infus yang menancap di punggung tangannya. Benar juga jika diingat-ingat, Sasuke sudah berada di rumah sakit selama lebih dari sepuluh hari. Padahal menurut Sasuke dia sudah merasa lebih baik. Staminanya sudah pulih dan perban yang menutupi bola mata Rinne Sharingan-nya sudah dibuka.

Sasuke tak terbiasa berdiam diri seperti ini.

Kalau bukan karena Sakura yang memaksanya maka Sasuke akan pulang sejak semalam.

Omong-omong soal Sakura, sejak tadi Sasuke belum melihat dirinya. Sebelumya Sakura memang sudah izin bahwa hari ini dia ada urusan untuk menangani introgasi Akira, salah satu staff di laboratorium yang menjadi mata-mata Hikaru. Sakura akan datang sedikit terlambat dari hari biasa.

Sasuke menghela napasnya.

Ia meletakkan buku itu di atas nakas di sebelah brankar hingga menimbulkan bunyi tap, kemudian Sasuke memandangi pemandangan luar. Berhubung jendela transparan itu berada tepat di samping Sasuke, setidaknya suasana hening dan cerah sedikit menenangkan hati Sasuke.

Desa benar-benar sudah damai, ya. Begitulah kira-kira yang Sasuke pikirkan. Bila menerawang ke tujuh tahun silam ketika ia meninggalkan desa demi mencari kekuatan dan membunuh Itachi, pada saat itu tak ada pendirian untuk Sasuke tetap berada di desa. Jiwanya begitu murni dan mudah terombang-ambing, nyatanya dia seperti anak yang polos.

Seiring berjalannya waktu dan dendam semakin menguasai yang ada di pikiran Sasuke hanya memberontak dan ingin menghancurkan Konoha. Apa jadinya bila bukan karena Naruto, maka mungkin Sasuke akan tetap berada dalam kegelapan. Bila bukan karena Sakura yang setia menunggunya, maka Sasuke akan tetap tenggelam dalam kesepian.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now