Chapter 19

10.1K 1.2K 110
                                    

Chapter 19, update!

Jangan lupa Vote dan comment.

Jangan jadi Silent readers, ya!

Sankyuu!!💕💕💕

.
.
.
.



"Hari ini sama seperti hari sebelumya. Cermin itu memandangku miris, masih merintih mengharapkanmu."
-unknown.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

°°°°°°°••••••••°°°°°°°°••••••

°°°°°°°••••••••°°°°°°°°••••••

Sakura mengarahkan senyum terbaik yang bisa ia lakukan ketika menyapa Hinata. Hari ini akhirnya tiba juga. Mereka bertiga beserta Hikaru pergi ke sebuah toko pakaian tradisional. Seharusnya, mereka menempah saja. Tapi, waktu tak lagi banyak. Semakin cepat maka semakin baik. Dalam bulan ini mereka harus segera menikah, bila semua berjalan lancar, maka beberapa bulan ke depan kemungkinan Sakura akan hamil.

Ah, membayangkannya saja membuat Sakura meringis. Bersedih hati lagi, dan lagi-lagi menjerit perih. Bila dikatakan, jujur dari dalam hati Sakura yang terdalam, dia hanya ingin menikahi Sasuke. Dia hanya ingin mendampingi Sasuke hingga akhir hayat mereka. Dia hanya ingin mengandung anak Sasuke kelak, bukan malah lelaki lain.

Tapi ...

Bukankah ini semua adalah takdir? Bila memang Sasuke bukanlah jodohnya, bila memang cintanya bertepuk sebelah tangan, lantas Sakura bisa apa?

Sudah saatnya menemukan kebahagiaan baru. Sudah saatnya Sakura melupakan dan membuang jauh-jauh kenangan pahit bersama Sasuke. Sasuke pun sudah pergi dari desa, nanti, Sasuke pasti akan menemukan gadis lain di perjalanannya.

Mereka akan menikah, dan itu impas. Sakura menikahi Hikaru lalu Sasuke menikah dengan gadis lain. Suatu saat nanti ketika mereka bertemu, maka anak Sakura dan anak Sasuke serta anak Naruto juga bisa bersahabat bertiga. Hahaha, Sakura tertawa miris di dalam hatinya.

Beginilah takdir mempermainkan hati mereka. Akhir bahagia tak ada dalam kamus Sakura. Entah apa kesalahan yang ia perbuat hingga menerima masalah bertubi-tubi seperti ini. Mencintai seorang pemuda bertahun-tahun, kemudian putus di saat sedang sayang-sayangnya, belum lagi ayahnya sekarat dan satu-satunya jalan hanya menikahi pemuda lain.

Memikirkan ini, Sakura sampai melamun. Memandang lurus ke depan sembari berjalan bersisian dengan Hinata. Tak ada percakapan yang tercipta antara mereka bertiga. Hinata memang orang yang pemalu dan juga introvert, satu-satunya orang yang mudah berinteraksi adalah Sakura. Antara Hinata dan Hikaru pun tak ada percakapan sama sekali, tak heran, Hinata juga tak terlalu pandai memanjangkan topik begitu juga Hinata bukanlah ninja medis. Tak terlalu mengerti seluk-beluk topik Hikaru.

Hinata hanya menemani Sakura, membantunya mencari baju pernikahan yang sesuai. Mebuki tak bisa menemani Sakura kali ini, dia ada di rumah sakit dan memantau kesehatan Kizashi. Padahal, ini adalah hari penting Sakura. Seakan semua tak bisa berjalan lancar, Sakura harus mandiri dan mengurus pernikahan privat ini.

"Sudah sampai."

Suara lembut Hinata membuyarkan lamunan Sakura. Begitupun Hikaru yang menghela napas lega, setidaknya suasana canggung tadi sudah selesai. Sekarang mereka sampai di depan toko yang terlihat sudah usang. Dindingnya memang terbuat dari beton yang dilapisi cat. Sedikit terkelupas karena umur dari toko yang semakin tua. Hanya saja, tempat ini terkenal menyediakan berbagai macam motif kimono yang menarik dan juga berkualitas bagus.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now