Chapter 13

11.2K 1.4K 126
                                    

Chapter 13, update!

Jangan lupa untuk VOTE dan COMMENT!

Jangan jadi SILENT READERS ya!

Sankyuu dear💕😆

A/N: bacalah setiap alur dengan baik dan seksama agar tidak bingung di tengah cerita (jangan di skip-skip). Akan ada keterkaitan antara situasi satu dengan yang lain. Jika masih bingung akan alur cerita, dipersilahkan bertanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ketika langit gulita, angin mendesis, dan alam menentang. Mengapa tetap kamu yang aku harapkan untuk ada?"
-unknown

.
.
.

VOTE!
.

VOTE!
.
.
.
.
.
.
.
.


Happy reading!
.
.

.

°°°°°°°°•••••••••••°°°°°°°°°•••••••••°°°°°°

Kesibukan yang tak pernah selesai. Sebagai seorang ninja medis berkompeten dan juga profesional maka Sakura tetap menjalankan misi. Misi ringan maupun berat, dia akan selalu bersedia. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya, Sakura baru-baru ini pergi ke Otogakure untuk memverifikasi tugas bersama dengan anggota medis lain. Shizune--sebagai rekan sekaligus senior (dilihat dari segi umur), Shizune menjadi pemimpin kali ini. Bersama dengan Sakura, mereka telah berada di sini selama empat hari lamanya.

Pekerjaan ini tak terlalu sulit sebenarnya. Hanya saja terkadang Sakura terlihat melamun. Pergi menjalankan misi tanpa berkata atau bertemu dengan Sasuke. Sasuke benar-benar tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Manusia memang selalu begitu, bukankah mereka selalu mementingkan ego? Lantas Sasuke adalah orang yang memiliki ego setinggi langit.

Sakura sudah menduga.

Hanya saja, rasa sakit ini tak akan pernah pudar. Hanya saja, rasa cinta ini tak akan pernah berkurang sedikitpun. Sekuat apapun ia mencoba maka hasilnya akan sama saja. Seolah telah akrab dengan luka namun di sisi lain, tetap perih.

Helaan napas berat mengiringi kegiatan Sakura. Berada di tenda yang sama dengan Shizune, ia menopang dagu. Memandangi punggung Shizune yang sedang berkutat dengan laporannya. Jarak mereka terpaut sekitar tiga meter.

Sebenarnya selain Sasuke, Sakura juga memikirkan Shizune. Hari pertama mereka sampai di Otogakure, Shizune tampak biasa saja. Namun, sejak semalam entah apa yang terjadi, Shizune sedikit berubah. Ia lebih mudah panik dan gugup ketika berpapasan dengan Sakura.

Aneh, batin Sakura.

Tapi Sakura pikir mungkin Shizune memiliki masalah pribadi yang tak ingin ia ceritakan kepada siapapun, Sakura sudah berusaha bertanya tapi Shizune menghindar kala itu.

Sakura memutus pandangannya. Kelopak mata itu memejam sejenak, menyembunyikan eloknya iris Sakura. Memundurkan punggung dan merilekskan otot, Sakura bersandar pada kursi kayu ini. Pekerjaannya semua telah selesai, seharusnya bila melihat jadwal mereka bisa kembali sekitar tiga hari lagi.

Jika total hari dia berada di sini ditambah hari ia pulang nanti, seharusnya ia sudah 10 hari tak berada di konoha. Sorot mata Sakura menyendu, irisnya bergulir berirama, tanda bahwa Sakura sedang  memikirkan sesuatu-seperti itulah.

Haah-desahnya pelan. Sepuluh hari jauh dari desa mendadak menyerang Sakura dengan rasa rindu ini. Padahal dulu-dulu Sakura merasa biasa saja. Selama di tenda, beberapa kali Sakura memikirkan Orang tuanya terutama Kizashi. Apa ayahnya baik-baik saja? Firasatnya tak enak. Daripada Sasuke juga, pikiran Sakura tertuju pada sang ayah.

CWTCH (SasuSaku)Where stories live. Discover now