Mafia 31

52K 6.2K 695
                                    

Chanyeol dan Baekhyun terlihat melangkah angkuh saat memasuki gedung perusahaan keluarga Lee.

"Maaf Boss. Tapi kau harus segera keruang pertemuan sekarang. Para investor itu sudah mulai tak sabaran" ucap Ten yang membuat Taeyong terlihat menghela napas.

"Pergilah Taeyong. Kami tidak apa-apa" ucap Chanyeol saat melihat tatapan tak enak yang dilayangkan Taeyong padanya dan Baekhyun.

"Aku akan segera menemui kalian. Jika butuh sesuatu kalian bisa mengatakan pada siapapun disini" ucap Taeyong seraya menunduk pelan untuk pamit pergi meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun yang hanya menatap kepergian Taeyong dalam diam.

"Ayo cari tikus-tikus itu sayang. Kau bawa mainanmu?"

"Tentu saja sayang. Aku bahkan baru mengasahnya pagi tadi" kekeh Baekhyun yang berjalan kesisi kiri sementara Chanyeol kearah sebaliknya.

Yeah. Inilah tujuan mereka sebenarnya. Mereka sengaja untuk ikut kekantor Taeyong karena ingin membantu Jaehyun membasmi beberapa orang.

Karena Jaehyun sekarang cukup sibuk dan berhubung mereka itu juga pengangguran makanya mereka menawarkan diri.

Remember guys don't mess with Park's.

***

"Hiss. Lee idiot. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menyayatnya begitu?" kesal Mark saat melihat sayatan menganga dibibir Nayeon yang hanya bisa menangisi nasibnya.

"Kau juga seorang Lee idiot. Jadi jangan protes" balas Jeno tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Nayeon yang sejak tadi hanya mengucapkan permohonan ampun sambil terisak.

"Baiklah. Jeno Park berikan pisaunya padaku. Bagaimana dia bisa menjawab jika kau berencana untuk merobek mulutnya" ucap Mark yang merebut paksa pisau dari tangan Jeno. Sementara Jaehyun sejak tadi hanya terkekeh pelan menatap perdebatan yang selalu terjadi diantara kedua putranya itu.

Mereka terlihat menggemaskan.

Jaehyun benar-benar tidak menyangka, jika Mark dan Jeno bisa sangat mirip dengannya.

Apa ini yang namanya takdir?

Yeah. Sepertinya begitu.

Jaehyun kembali terkekeh pelan saat mendengar jeritan dari Nayeon saat Mark yang dengan sadisnya menyayat pahanya hingga memanjang sampai lutut.

"Siapa yang kau bayar dulu untuk memberi bius pada para pengawal nenekku?" ulang Mark yang hanya mampu digelengi oleh Nayeon.

"Sepertinya dia memang tidak bisa diajak bekerja sama. Benar-benar menyebalkan. Aku tidak suka" sungut Jeno yang hendak menusuk wanita itu namun ditahan Jaehyun.

"Kalian tau boys. Kalian terlalu cepat mengakhiri penderitaannya" ucap Jaehyun yang membuat Jeno mengurungkan niat awalnya.

"Lalu? Kami harus apa Ayah?" tanya Jeno penasaran.

Bukannya menjawab Jaehyun justru berjalan kesisi sudut kiri ruangan dan mengambil sebuah botol berwarna hitam. Lalu memberikannya pada Jeno dengan seringai tipis.

Jeno yang awalnya terlihat bingung seketika tertawa saat mengerti maksud dari Ayahnya yang memberikan botol itu padanya.

"Lakukan secara perlahan nak. Kau tau despacito" kekeh Jaehyun yang kembali memilih duduk ditempatnya sementara Jeno terlihat menatap Nayeon dengan tatapan remeh.

"Siap untuk sesi mandi susu-mu?" ucap Jeno yang mulai menumpahkan isi dari botol secara perlahan hingga membuat Nayeon berteriak kesakitan menahan perih dan terbakar dikulitnya.

Yeah. Botol itu berisi alkohol yang tentunya menimbulkan perih kesakitan saat mengenai luka, apalagi luka yang dialami Nayeon memang memanjang dan menganga.

Bisa bayangkan bagaimana rasa sakitnya?

"Kalian akan membayar semua ini!" pekik Nayeon disela rintihannya.

"Benarkah? Kenapa? Kau berharap si keparat itu akan menolongmu?" ejek Mark.

"Kau pikir kami tidak tau kalau selama ini-- kau menjadi jalang untuk para bandot tua itu bibi" imbuh Jeno dengan nada merendahkan.

"Owh. Kudengar kau pernah mencoba menggoda kakekku ya? Hmmm. Itu salah satu kesalahan terburukmu tau" lanjut Jeno.

"Adikku benar. Jadi karena kesalahanmu itu kau harus dihukum. Tau tidak dalam pasal 1 ayat 4 tertulis dengan jelas kalau-- apa yang sudah menjadi hak milik Park tidak bisa diganggu gugat" ucap Mark seolah mengingat isi dari undang-undang tertulis dikeluarga mereka.

"Yeah-- dan dalam kasus ini, kau sudah melanggar hak milik dari kakek cantikku. Jadi, aku sebagai cucu yang baik akan mewakilinya untuk memberikanmu hukuman" seru Jeno bersemangat yang detik berikutnya melayangkan botol alkohol yang tadi dipegangnya ke kepala Nayeon tanpa peduli botol itu pecah atau justru sebaliknya.

Owh. Sepertinya kepala si korban yang sedikit retak.

"Hyung. Tanganku bergerak sendiri" ucap Jeno seraya menunjukan tangannya yang tadi memengang botol.

"Ahh tidak. Maksudku, botolnya melayang sendiri" ralat Jeno dengan nada panik yang dibuat-buat. Tapi tidak berselang lama, terdengar suara gelak tawa dari remaja 19 tahun itu dan justru bertepuk tangan heboh saat melihat botol tadi yang sudah hancur sebagian.

"Kepalanya keras juga ternyata. Tapi dia masih hidup Ayah" lapor Mark yang membuat Jaehyun terlihat berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat.

"Well. Ada ide harus kita apakan dia?" tanya Jaehyun pada kedua putranya yang terlihat berpikir.

"Saranku biarkan dia disini" balas Mark.

"Owh tidak bisa begitu hyung" tolak Jeno dengan gaya tengilnya dan memasang pose berpikir.

"Jadikan dia paket hadiah pernikahan Ayah dan Papa" lanjut Jeno yang membuat Ayah dan Kakaknya itu menatap kearahnya heran.

"Bungkus dia seperti kado. Pakaikan kertas warna-warni dengan hiasan pita merah, lalu kirim lewat pengiriman paket kilat pada si Sim-sim menyebalkan itu" ucap Jeno menjelaskan idenya yang membuat Jaehyun tertawa.

"Menarik. Itu patut dicoba. Tidak sekalian kau tambahkan surat penuh cinta?" canda Jaehyun yang membuat Jeno dan Mark saling melempar pandang kemudian kompak menyeringai.

"Biar aku yang tulis" ucap Mark terlihat bersemangat dan bertos-ria dengan Jeno.

"Lakukan sesuka kalian. Kuharap akan menarik. Tapi-- kalian tidak membunuhnya?" ucap Jaehyun dengan pertanyaan bingung diakhir.

"Hmmm. Biar saja Ayah. Nanti kalau dia sudah lelah, paling mati sendiri" jawab Jeno enteng dan sibuk membongkar meja yang ada disana mencari kertas dan pulpen.

Untuk menulis surat cinta.

"Ini hyung" ucap Jeno yang membuat Mark dengan cepat menarikan tangannya diatas kertas.

Setelah selesai Mark memberikan surat itu pada Jaehyun yang sontak terbahak.

"Bagus sekali. Akan kuminta uncle Chen menggunakan amplok bergambar kartun biar tambah lucu" kekeh Jaehyun yang membuat Jeno dan Mark ikut tertawa.

Ternyata menjalankan pekerjaan bersama kedua putranya lebih menyenangkan.

Begitu pikir Jaehyun.

Dia jadi tidak sabar untuk melihat seperti apa ekspresi si keparat itu saat menerima hadiah yang dikirim Jeno.

Ini akan sangat menarik tapi tentunya akan membuat kekacauan

---dan Jaehyun sudah sangat siap jika sewaktu-waktu terjadi perang diantara mereka.

Yeah. Sim Changmin bukanlah orang bisa dianggap remeh. Pria tua itu licik dan cukup sulit dijebak.

Tapi sepertinya ada yang lebih licik. Karena sudah ada lawan yang cocok untuknya.

Lee Jeno. Owh ralat. Sekarang namanya Park Jeno.






---Ayden---

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن