Awal

10.9K 957 37
                                    

Mentari pagi bersinar dengan terangnya. Burung-burung menyanyi dengan merdunya. Suasana pagi yang sangat damai. Membuat semua orang ingin menikmatinya.

Di salah satu kamar di sebuah rumah yang cukup besar, ada seorang gadis yang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya.

Dengan pakaian yang kebesaran, rok di bawah lutut, kacamata bulat non minus, rambut berwarna coklat yang dikucir kuda, dan tas yang talinya hampir putus serta sepasang sepatu yang sebenarnya sudah tak layak pakai.

Ia melihat penampilan dirinya di cermin. Karena 'dia' yang seperti inilah membuat banyak orang membenci dan mencemoohnya.

Setelah dirasa siap, gadis itu pun bergegas keluar kamar. Sebenarnya ruangan ini tidak layak disebut kamar. Ruangan ini lebih cocok disebut gudang.

Dia berjalan menuruni tangga dengan menundukkan kepala. Di bawah terdengar suara percakapan beberapa orang yang terdengar menyenangkan. Tapi dia tidak menghiraukannya dan berlalu pergi tanpa melihat mereka.

"Hei kau gadis jelek! Tak ada sopan santun dengan orangtuamu hah!?" maki seorang wanita paruh baya dengan dandanan menor. Dia adalah ibunya, tepatnya ibu tiri.

"Sudahlah, Ma. Mungkin Kakak sedang terburu-buru," ucap sang adik tiri dengan topeng palsunya.

Sedangkan ayahnya hanya diam dan menatap datar dirinya. Tak ada niat sedikit pun untuk membelanya. Ayahnya sudah berubah semenjak kedatangan kedua wanita itu. Karena mereka, dia juga harus kehilangan seseorang yang sangat berarti dihidupnya.

Muak melihat drama yang dilakonkan oleh kedua wanita ular itu, dia pun segera keluar menuju halte bus dan berangkat ke sekolah.

Sebenarnya ini masih terlalu pagi, tapi dia hanya menghindari tatapan sinis dan cemoohan orang yang membuat telinganya pengang.

Sesampainya di sekolah, dia segera menuju ke ruang kepala sekolah. Jangan heran kalau dia tahu letaknya, karena memang sudah ada penunjuk arahnya.

Sebenarnya sekolah ini adalah milik keluarganya. Adik tirinya pun bersekolah di sini, namun dirinya sedari dulu hanya homeschooling tanpa diizinkan untuk melihat dunia luar itu seperti apa. Entah apa alasan ayahnya tiba-tiba menyuruhnya untuk bersekolah di sini.

Suara sepatunya membelah keheningan di lorong sekolah yang masih sepi. Sebenarnya sudah ada murid yang datang, namun tidak banyak.

Brukk 

Gadis itu terjatuh karena ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Dia mendongak melihat siapa yang menabraknya.

Seorang pria dengan mata tajamnya yang berwarna hijau jernih sedang mengulurkan tangan untuk membantunya.

"Sorry," katanya dingin.

Tanpa menyambut tangannya dia segera bangkit dan berlalu pergi.

"Siapa gadis itu? Menarik," gumamnya dengan tersenyum sangat tipis.

***

Teng teng teng

Seluruh murid bergegas masuk ke dalam kelas masing-masing dan siap memulai KBM. Murid-murid di sini sangat tertib dan disiplin. Karena jika ada yang melanggar, akan ada sesuatu yang menanti saat keluar dari gerbang sekolah ini.

Konon, dulu sekolah ini terkenal dengan murid-muridnya yang berandalan. Entah apa sebabnya, murid-murid yang tidak taat akan aturan itu ditemukan tewas dalam keadaan bunuh diri di tempat tinggalnya masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak," sapa seorang guru wanita di depan kelas.

"Pagi, Bu," jawab semua serentak.

"Ada teman baru untuk kalian. Ayo masuk!"

Anak baru itu pun masuk sambil menundukkan kepalanya.

"Silakan perkenalkan dirimu," pinta guru tadi.

"Na..nama aku Selena Niks. Aku bukan anak pindahan dari sekolah lain. Tapi aku sebelumnya homeschooling."

Banyak anak-anak yang berbisik-bisik. Ada yang menatapnya sinis dan mencemooh, bahkan ada yang secara terang-terangan mengejeknya.

"Kenapa homeschooling? Karena wajahmu buruk ya?" kata salah satu murid wanita yang membuat semua anak kecuali seorang laki-laki yang duduk di pojok depan tertawa.

"Diam kalian! Kamu bisa duduk di bangku yang masih kosong," perintah guru tadi yang mengenalkan dirinya sebagai wali kelasnya yang bernama Bu Shinta.

Dia berjalan menuju bangku yang masih kosong. Tapi ada seseorang yang sengaja menjulurkan kakinya untuk menjegalnya. Dia tidak ambil pusing, langsung saja dia menginjak kaki itu dengan keras.

"AWHH!!" jerit pemilik kaki.

"Kamu kenapa Jenny?" tanya Bu Shinta.

"Tidak apa-apa, Bu," jawabnya sambil meringis kesakitan dan menatap Lena dengan tajam.

Tanpa menggubrisnya sama sekali, dia pun segera duduk di kursinya. Tiba-tiba dia merasa merinding saat ditatap oleh lelaki di sampingnya. Ya bisa dibilang sekarang teman sebangkunya yang sialnya adalah lelaki yang sama dengan pria yang tidak sengaja menubruknya tadi pagi.

Dia mencoba untuk tidak menghiraukannya dan mengambil buku catatanya seraya memerhatikan penjelasan guru di depan. Tapi lama-kelamaan dia kesal juga jika diperhatikan dengan intens seperti itu.

Dia menoleh dan matanya bertubrukan dengan mata berwarna merah, semerah darah. Tanpa sadar tangannya terangkat.

Seketika dia tersentak kaget saat tangannya dicekal oleh pemilik mata itu. Reflek dia melihat tangannya dan mata itu bergantian. Alangkah terkejutnya dia tidak melihat mata merah itu lagi.

"Ma..ma..matamu," katanya terbata-bata.

Tanpa meresponnya, laki-laki itu segera melepaskan cekalan tangannya dan menghadap ke depan dengan datar.

"Tidak mungkin aku salah lihat kan? Mata itu benar berwarna merah tadi," batin Selena kebingungan.

"Sial! Kenapa aku tidak bisa menahannya saat didekat wanita ini. Aku harus membuat dia menjauhiku. Jika tidak berhasil terpaksa aku akan melenyapkannya," batin laki-laki tadi dengan tangan mengepal hingga urat-uratnya terlihat menonjol.

 ***

Teng teng teng

Bel istirahat telah berbunyi. Tapi Selena hanya duduk diam di kelas tanpa berniat untuk pergi ke kantin seperti anak-anak yang lain.

Tiba-tiba datang perempuan yang memakai seragam yang kebesaran seperti dirinya. Bedanya dia mengepang rambutnya.

"Hai Lena, kenalin namaku Sofia," ucapnya malu-malu sambil mengulurkan tangannya.

Lena tersenyum singkat dan menyambut uluran tangannya.

"Mau ikut aku ke kantin?" ajaknya.

"Tentu," jawabnya singkat. Segera dia membereskan alat tulisnya, lalu mereka beranjak pergi.

Laki-laki yang menjadi teman sebangkunya tadi sudah pergi lebih dulu bersama dengan teman-teman sesama most wanted. Dia juga baru tahu kalau laki-laki tadi adalah salah satu siswa terpopuler di sekolah ini dari Sofia, perempuan yang mengajaknya ke kantin sekarang.

"Kamu jangan pernah mencari masalah dengan anak-anak most wanted di sekolah ini," kata Sofia dengan mimik wajah serius.

Sambil menikmati makanannya, Selena mendengarkannya dengan baik. "Kenapa?"

"Mereka tidak akan segan-segan berbuat sesuatu pada seseorang yang menurut mereka itu mengganggu. Aku sudah was-was saat kamu duduk sebangku dengan Azazel," katanya dengan berbisik takut jika ada yang mendengar.

"Jadi nama laki-laki itu Azazel," batinnya.

"Tenang saja aku tidak akan kenapa-napa," ucap Selena menenangkan teman barunya ini.

"Ya semoga saja," tambahnya dalam hati.

Bersambung..🍁

   ****
Haii readers..
Yukk tinggalin comment and votenya jangan lupa..
Aku maksa lohh😆

Reincarnation of Moongoddes [TAMAT] Where stories live. Discover now