Mafia 34

49.6K 5.7K 269
                                    

Jeno hanya bisa tersenyum tipis saat kedua kaki tegasnya melangkah memasuki sebuah gedung perkantoran yang terlihat cukup ramai.

Orang-orang berdasi dengan sepatu mengkilat terlihat berlalu-lalang ditempat itu hingga seseorang berpakaian biru lengkap dengan pentungan ditangannya terlihat berjalan menghampiri Jeno.

"Apa yang kau lakukan disini anak muda? Disini bukan tempat untuk menghabiskan akhir pekanmu"

"Memang bukan paman. Aku kesini untuk berbisnis, bisa aku bertemu dengan pemilik tempat ini?" tanya Jeno dengan nada ramah dan mengedarkan pandangannya kesekeliling.

"Tidak sembarang orang bisa bertemu pak Direktur, bahkan koleganya saja harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu. Jadi sebaiknya kau pergi dari sini"

"Ck. Galak sekali. Akukan datang baik-baik, lagipula apa susahnya sih? Katakan pada pak Direktur itu untuk menemuiku" ucap Jeno yang terdengar mulai kesal.

Bisa dilihat dari kedua tangan yang terlipat didepan dada dengan mata menghunus tajam.

"Jangan keras kepala, sebaiknya pergi sebelum aku menyeretmu"

"Ck. Coba saja kalau bisa. Dengar paman, aku datang kesini baik-baik dan hanya ingin menyampaikan pesan secara langsung dari Ayahku. Jadi jangan paksa aku bertindak bar-bar meskipun aku lebih suka cara itu-- kau beruntung perutku sekarang masih kenyang makanya aku tidak suka bergerak terlalu banyak" decak Jeno yang semakin menatap lekat kearah pria didepannya hingga membuat perhatian beberapa orang teralih kearah mereka.

"Paman. Aku masih baik loh, cepat panggil dia sebelum kakakku datang. Jika dia datang maka-- adios, habislah" ucap Jeno dengan nada ngeri yang dibuat-buat sementara wajahnya terlihat menyerngit lucu seolah membayangkan kejadian kedepannya.

"Kau sepertinya meremehkan ucapanku!" hardik penjaga itu seraya mulai mengangkat pentungannya.

"Ada apa ini?" tanya seseorang yang membuat perhatian semua orang teralih dan ganti menunduk hormat kearah sumber suara.

"Maaf tuan. Tapi anak muda ini memaksa ingin bertemu anda" jelas si penjaga yang membuat kening Jeno menyerngit pelan.

"Kau Cha Eunwoo?"

"Hei! Beraninya kau bertingkah kurang ajar!" bentak salah seorang pria yang mengawal sang Direktur yang bernama Cha Eunwoo itu.

"Melihat keberanianmu kesini untuk menemuiku secara langsung apalagi hanya sendiri, kuyakin kau memiliki kepentingan mendesak anak muda"

"Yeah. Kurang lebih begitu, Ayahku bilang dia ingin aku mewakilinya menagih hutang padamu" balas Jeno dengan senyum tipis.

"Ayahmu? Maaf saja nak, sepertinya kau salah alamat" ucap Eunwoo seraya hendak berbalik.

"Jaehyun Park. Dia yang menyuruhku kemari. Yakin kalau aku masih salah tempat uncle?" ucap Jeno yang membuat Eunwoo kembali menatap Jeno dengan tatapan menyelidik.

"Dia bisa menghubungiku secara langsung? Bukannya malah mengirim bocah sepertimu" balas Eunwoo terlihat ragu.

"Ck. Bukankah aku sudah bilang? Ayahku memintaku untuk menemui secara langsung. Lagipula kami tidak mau menanggung resiko adanya penghianat lagi" ucap Jeno diakhiri seringai saat beberapa orang serentak menodongkan senjata kearahnya.

"Lihat-- penghianat itu bisa dimana saja uncle. Bahkan kaki tanganmu sendiri" lanjut Jeno pada Eunwoo yang terlihat syok dengan kejadian tak terduga itu.

Suasana gedung itu sontak berubah riuh saat para penodong tadi satu persatu mulai jatuh kelantai dengan lubang dikepala dan juga titik vitalnya hingga mati seketika yang untuk kesekian kalinya membuat Eunwoo kaget.

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Where stories live. Discover now