Pembukaan

38.2K 4.2K 676
                                    

Rendy sudah ditahap ingin menukarkan jiwanya pada iblis demi mendapatkan sehari saja ketenangan di ruamh kontrakan yang para penghuninya panggil dream house itu.

Begitu masuk jurusan arsitektur Rendy tidak bisa tidur yang cukup karena tugas, tugas, dan tugas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Begitu masuk jurusan arsitektur Rendy tidak bisa tidur yang cukup karena tugas, tugas, dan tugas. Belum lagi keributan tujuh orang yang serumah dengannya di dream house yang semakin hari, semakin aneh pula tingkahnya.

Kemarin saja Keenan yang termuda di sana mengklaim ada makhluk halus yang menempel pada Haikal yang baru turun gunung, Haikal yang merasa baik-baik saja justru meledeknya dengan seolah-olah kesurupan, tapi bukan kesurupan makhluk halus, tapi kesurupan ujung kunyit, belalang sembah, remah rengginanglah.

Pokoknya ada-ada saja tingkah serumahnya itu.

"Tugas lagi Ren?"

"Hem." Rendy selalu menjawab seperti itu saat ada orang rumah yang bertanya padanya.

"Rendy yo makan!" Jeno menyembulkan kepalanya ke pintu kamar Rendy yang memang tidak dikunci.

"Oh, nugas lo?"

"Hem."

"Oke deh."

Rendy menghela nafas frustasi sebelum menghentikan jemarinya yang sibuk membuat maket perumahan kota, maket yang sebenarnya deadline dua hari lagi.

Saat membuat sesuatu yang super detail seperti maket, Rendy tentu butuh konsentrasi tinggi dan ketenangan.

Tapi bagaimana mau tenang, kalau sedikit-sedikit...

Rendy Makan!

Rendy mau kopi ga?

Rendy... Rendy...!

Oh Rendy bisa gila,

Rendy merengangkan otot leher dan tangannya, pemuda arsitektur semester lima tahun ke tiga itu memasang kaca matanya dan siap untuk kembali berperang dengan maket sampai satu panggilan dari pintu kamar kembali mengurungkan niatnya.

"Rendy?"

"Astaga! Apalagi sih? Ya ampun!" Kesal Rendy yang pada akhirnya meledak saat suara panggilan Nareshta mengintrupsinya.

"Sorry," Nareshta menaikkan peace sign dan menyengir.

"Tapi elo dicariin temen lo tuh depan? Udah bawa segala perkakasnya, elo tahukan... tabung gambar, dan teman-temannya." Nareshta menggerakkan tangan seolah menggambarkan alat-alat yang dimaksud.

"Tapi gue gak ada tugas kelompok Na."

"Elo mending keluar dulu deh, katanya elo dari tadi ditelepon tapi ga diangkat."

Nareshta mau tidak mau menarik pemuda yang begitu malas menajuhkan badan dari kursi meja belajarnya ke pintu depan.

Saat melihat gadis yang dimaksud Narestha, Rendy rasanya ingin kembali lari masuk ke kamarnya.

LOVECHITECWhere stories live. Discover now