🦋 || Prolog

3.8K 278 59
                                    

"Kak Iya!"

"Tungguin!"

"Ih, bentar! Sepatu Aruna coplok!"

"Kak Iya! Bantuin!"

"Sepatunya gak mau jalan!"

"KAK IYAAAAA!!!"

Teriakan cempreng Aruna menggema di sini. Aliya, atau yang Aruna sebut Kak Iya menghela napas berat. Aliya sedang pusing, ditambah Aruna yang kini mengikuti gadis itu kemana pun ia berjalan.

"Ada apa, Arun?" tanya Aliya sabar.

"Kak, ihhhh." Aruna berjinjit. Membuat Aliya melotot saat itu juga. Aliya melihat sepatu Aruna yang kini terlepas dari alasnya.

"Sepatu kamu kenapa, Na?" Aliya bertanya.

"Kok bisa gitu?"

"Kamu abis ngapain?"

"Kamu lari-lari?"

"Ih, banyak omong!" jawab Aruna ketus.

Aliya membuang napas. Padahal, Aruna sudah menginjak kelas 11 SMA. Tapi, tetap saja Aruna mirip persis dengan anak SD. Selalu berlarian dengan girang tanpa alasan. Satu hal lagi, Aruna selalu bergantung pada Aliya, membuat cewek dengan notabe Ketua OSIS itu terkadang jengkel.

"Kak! Sepatu Aruna rusak!" lapor Aruna. Cewek dengan tinggi sedada Aliya pun berucap, "Aruna pengen yang baru!"

Aliya mengusap dada pelan. Ini dia, alasan para orangtua tidak boleh memanjakan anaknya, bisa-bisa ketika dewasa, anak yang selalu dimanjakannya itu malah mirip Aruna, bahaya!

"Na, sekarang lagi ada di sekolah," jelas Aliya.

Aruna berdecak sebal. Sesekali cewek itu menatap sepatunya tragis. Karna tadi Aruna berlari terlalu cepat, jadilah seperti ini. Sepatu kesayangannya kini sudah coplok bersama kenangan-kenangan Aruna.

"Tap-tapi ...." Bulir-bulir air mata mulai mengumpul di pelupuk. Aliya terbelalak sontak, ia langsung menghapus air mata Aruna saat itu juga, guna untuk menghentikan tangisan gadis itu.

"Ini masih bisa dibenerin, kok!" Aliya menenangkan. Aruna tak mendengar, alih-alih tangisnya reda, tangis Aruna malah semakin mengeras. Menimbulkan isakan pilu milik Aruna terdengar pelan.

"Arun, jangan nangis! Ayo, kita benerin, ya?" tawar Aliya. Aruna mengangguk patuh. Cewek dengan rambut digerai itu lantas berjalan nyeker. Aruna menenteng kedua sepatunya yang kini rusak dengan tragis.

Aliya menggeleng-geleng pelan. Benar-benar mirip dengan anak SD. Tanpa basa-basi, Aliya langsung menarik Aruna. Gadis itu menarik ke arah ruang OSIS. Berharap ada yang mau menolongnya atau setidaknya menolong sepatu Aruna.

"Assalamualaikum!" salam Aliya.

"Waalaikumsalam!" jawab seisi ruangan. Aruna terkejut. Cewek itu baru sadar jika Aliya membawanya ke ruang OSIS. Sementara itu, di sisi lain anggota OSIS hanya menatap kedua gadis itu dengan tatapan bingung.

"Di sini ...." Aliya menggantungkan kalimatnya.

"ADA YANG BISA BENERIN SEPATU?!" tanya Aliya tiba-tiba. Semua orang terdiam, menatap Aliya dengan tatapan bingung. Sedetik kemudian, tatapan mereka beralih pada Aruna. Cewek pendek dengan wajah melamun yang kini menenteng sepatu rusak.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now