🦋 35 || Terungkap

310 68 25
                                    

"Jadi, Kak Arka sebenernya tau?" tanya Aruna bertanya pada diri sendiri. Gadis itu berdiri, lantas merapihkan rambutnya dengan sedikit tergesa-gesa.

Aruna mulai melangkah, berlarian kecil menuruni anak tangga satu per satu. Ia kembali berlari. Berlari ke arah kelas 12 IPA 01. Kelas Arka, Laksa, Kaisha, dan juga ... almarhumah Aliya.

Napasnya tercekat tatkala tubuhnya hampir saja menabrak seseorang di depannya. Gadis itu melonjak kaget saat tahu yang hampir ditabraknya tadi adalah Aniza.

"Eh, maaf, Kak!" ucap Aruna menyesal. Aniza tersenyum hangat sebagai balasan. Lalu ia terkecoh pada wajah Aruna yang seperti sedang mencari sesuatu.

Aniza berucap, "Kamu, mau nyari siapa?"

Refleks, Aruna mengucapkan syukur di dalam hati. Ternyata, Aniza adalah sosok yang ramah. Tidak seperti kebanyakan kakak tingkatnya yang lain, sering marah jika ia melakukan suatu kesalahan.

"Aku mau tanya, boleh?" pinta gadis itu dengan nada melirih. Kepalanya tak lama celingukan ke kanan dan ke kiri. Waspada jika ada yang mengupingi pembicaraan mereka sekarang.

"Boleh. Kamu mau nanya apa?" Aniza memperbolehkan. Tahu jika yang akan ditanya oleh Aruna bersifat pribadi, gadis berambut pendek sebahu itu lantas menggiring Aruna pergi ke pojokan.

"Kayak yang serius banget, Na. Muka kamu itu bikin lucu," celetuk Aniza membuat Aruna tersipu malu. Ia menyelipkan rambut Aruna ke atas daun telinga, membuat Aruna semakin malu saat itu juga.

"Hehe, makasih, Kak." Tak lama, ia berdeham. Memberi intruksi jika dirinya akan segera memulai melontarkan pertanyaannya.

"Kak Aniza kemaren dianter Kak Arka ke UKS?" Matanya terpaku pada Aniza. Memberikan tatapan memohon agar kakak tingkatnya itu mau jujur dengannya sekarang.

Mendengar penuturan Aruna, Aniza yang awalnya malah menyatukan kedua alisnya kini terkekeh karna baru mengerti dengan arah pembicaraan adik tingkatnya sekarang, "Iya. Kenapa? Kamu suka ya sama, Arka?"

Amit-amit jabang monyet! batin Aruna seraya mengelus dadanya sabar.

Ia menyengir kuda, "Enggak. Aku cuma tanya aja. Terus, Kak Arka langsung keluar setelah nganterin Kak Aniza?"

Yang ditanya mengangguk. Aruna memejamkan matanya sebentar, merasa intuisinya untuk kali ini memang benar. Jarak UKS dan ruang OSIS berdekatan, lalu, Arka masih punya banyak waktu, 'kan pergi ke ruang seni untuk menemui Aliya?

"Iya. Dia langsung keluar," lanjut Aniza santai. Dengan tiba-tiba, Aruna langsung mengambil kedua tangan Aniza. Menyatukannya dengan tangan kecil milik Aruna.

"Makasih. Makasihhh banget. Tapi tolong, jangan bilang siapa-siapa, ya, kalo aki nanya ini ke kak Aniza?"

Aniza dibuat melongo oleh Aruna. Di dalam hati, ia curiga karna mengira maksud dari pertanyaan Aruna adalah perihal cemburu. Ya, Aniza berpikir bahwa Aruna menyukai Arka sekarang. Namun, dirinya tiba-tiba mengangguk paham. Secara tak sadar berjanji tidak akan membocorkan apa pun pada siapapun.

"Makasih. Aku pamit, ya," kata Aruna lalu berlari pergi. Meninggalkan Aniza yang kini mematung sendiri di pojokan.

Opininya tentang Arka menguat. Semakin yakin jika yang dimaksud Kaisha itu adalah Arka, teman sekaligus sahabat bagi Aliya. Dirinya meringis kecil. Merasa dikhianati oleh lelaki itu sekarang.

Aruna menyapukan pandangannya. Kini, ia tengah berdiri canggung di ambang pintu kelas 12 IPA 01. Syukurlah tidak ada Laksa, Arka maupun Kaisha di sini. Memudahkan Aruna untuk tidak perlu lelah-lelah mencari alasan yang tepat jika ditanya.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now