🦋 36 || Amarah Aruna

388 66 49
                                    

Laksa dan Aliya ... sudah merencakannya dari awal.

***

Aruna kembali terisak. Hatinya sekarang terasa diremukkan secara paksa. Air matanya sedari tadi tidak berhenti mengalir. Dalam hatinya, Aruna berteriak marah. Namun, di kehidupan nyata gadis itu hanya bisa menangis.

Sekarang, ia tahu kenapa Laksa mengetahui semua rahasia-rahasianya yang hanya ia bagikan pada Aliya seorang. Karna Aliya ... sudah memberitahu semuanya pada Laksa sebelum mati.

Laksa tahu Aliya akan mengakhiri hidupnya sendiri, tapi mengapa cowok itu tidak mencegahnya sama sekali?! Gadis itu kembali merilih. Merintih kesakitan dalam keadaan terbaring pilu di atas lantas yang cukup dingin.

Tapi tiba-tiba, tubuhnya bangkit penuh amarah. Ia langsung menghapus beberapa bulir air mata yang baru saja akan terjun lagi. Rambutnya yang sempat berantakan langsung dirapihkannya.

Aruna berlari. Berlari sangat cepat seperti orang gila kehilangan kesenangannya. Koridor sekolah cukup sepi, ia mendengkus di tengah-tengah larinya. Ternyata benar, jam istirahat sudah selesai sedari tadi.

Tangisnya hampir meluruh ketika sampai di depan ruang OSIS. Di sana, sedikit demi sedikit terdengar suara Kaisha. Senyuman pilu terukir jelas di wajahnya. Mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan di dalam.

Pelan-pelan, tangan Aruna mendorong pintu bercat putih itu. Semua orang di dalam ruang OSIS menoleh dan memberikan tatapan kaget. Pandangan mereka tertuju pada buku diary Kaisha yang dipegang Aruna sekarang.

Arka mundur, merasa keadaan di sekitarnya akan menjadi ricuh. Sementara Kaisha dan Laksa hanya tertegun tanpa berpindah kemanapun. "Aruna?" panggil Kaisha hati-hati.

"Kalian pembohong." Hampa. Tatapan Aruna benar-benar hampa. Satu bulir air matanya jatuh membasahi pipi. Mulutnya bergetar hebat di saat yang bersamaan ia akan berbicara.

"Bohong. Kalian boongin aku," lirih Aruna perih. Ketiga orang itu berteriak keras ketika tangan Aruna melempar buku diary itu dengan gila.

"KALIAN PEMBOHONG!" Tangisnya membuncah. Aruna menjambak rambutnya sendiri, merintih gila dalam keadaannya yang sekarang terjebak nestapa.

"KENAPA AKU BISA PERCAYA SAMA KALIAN?!" teriak gadis itu kencang. Dengan sangat cepat, Aruna berjalan ke arah Laksa, menampar cowok itu hingga Kaisha menjerit kaget.

PLAK!

"Kak Laksa udah khianatin aku!"

"Kamu pembohong! Aku enggak suka temenan sama orang pembohong!" Tangan kecilnya memukul-mukul Laksa seperti orang kesetanan. Matanya sudah sepenuhnya membengkak, ia kembali terisak.

"KENAPA KALIAN BISA BOONGIN AKU?!" jerit Aruna pilu. Jeritannya tadi mampu membuat ketiga orang itu tersentak. Turut merasakan nyeri yang gadis kecil ini rasakan.

"AKU ENGGAK NAKAL, TAPI KENAPA KALIAN BOONGIN AKU?" Suaranya bergetar. Terbesit rasa geram serta kecewa. Pikirannya berkecamuk. Tak bisa menahan gejolak amarah yang kini sudah memuncak.

Gadis itu mundur selangkah. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Runtuhlah sudah. Kepercayaan darinya yang ia bangun sudah runtuh. Hancur melebur menjadi kepingan-kepingan harapan yang tak berarti.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now