🦋 46 || Kembali Ke Dalam Pelukan

405 76 17
                                    

"Kamu ... berhasil memanggil aku di dalam relungan gelap tanpa satu kerlap."

***

Keajaiban.

Satu kata berjuta suka.

Laksa bersimpuh, ia menutup wajahnya sendiri, menangis terharu karna gadis yang ditunggunya akhir-akhir ini kembali. Aruna kembali. Kembali pada dunia di mana seharusnya ia berada.

Dada Tania kembang-kempis. Takut, serta masih tak menyangka dengan apa yang terjadi. Sebelum Aruna membuka kedua mata, mesin di elektrokordiogram mengeluarkan suara nyaring dan menampilkan garis lurus sempurna. Tapi, setelah kedua mata anaknya itu terbuka lebar, garis-garis elektrokordiogram kembali melengkung-lengkung dengan indah.

Tuhan ... telah membawa Aruna kembali ke dalam pelukannya.

Tangis seisi ruangan ini pecah. Kaisha adalah orang pertama yang mendorong Dokter ke belakang untuk melihat Aruna. Gadis yang koma selama 2 hari itu tersenyum tipis, mengenali Kaisha yang kini memeluknya erat.

"Lo berhasil," bisik Kaisha lemah. Air matanya pecah ke bahu Aruna. Belum kuat untuk membuka mulut, Aruna hanya tersenyum. Walau ia sangat yakin Kaisha tak akan pernah bisa melihat itu.

Pelukan yang mengundang air mata itu terlepas. Dokter dan salah satu perawat langsung memeriksa Aruna dengan sangat telaten. Tania menutup mulutnya tak percaya, masih belum yakin jika yang dilihatnya ini adalah sebuah kenyataan, bukan mimpi.

Laksa bangkit, memapah Tania untuk keluar ruangan. Memberi instruksi agar Dokter lebih bisa menstabilkan kondisi Aruna sekarang. Tania duduk di kursi tunggu di depan ruangan Aruna. Setelah itu, Laksa dan Kaisha pun turut duduk di sampingnya.

"Saya ... enggak mimpi, 'kan?" tanya Tania melirih. Dalam hati, ia sangat berharap ini bukanlah mimpi. Namun, melihat keajaiban yang terasa sangat aneh membuat Tania janggal. Apa benar Aruna sudah kembali?

Laksa dan Kaisha saling bersitatap, tak tahu harus menjawab apa karna mereka juga masih kebingungan, "kita ... enggak tahu, Tante."

"Oh, iya." Tania menghapus air matanya sendiri. Lalu menyenderkan dirinya ke tembok belakang, menutup mata seraya membuka mulut, "ini cuma mimpi. Anak saya di dunia nyata belum bangun."

"Tante, tante jangan gitu," sanggah Kaisha. Ia menyelipkan beberapa helai rambut Tania ke belakang, "ini pasti bukan mimpi."

Hening. Tania tak mau menyangkal. Pasrah mungkin sudah menjadi temannya 2 hari lalu. Jika ia terbangun dan mendapat kabar jika Aruna tak selamat, maka hidupnya akan jatuh secara perlahan.

Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Aruna dalam hidupnya. Tidak akan pernah ada yang bisa membuat dirinya melupakan Aruna dalam hidupnya. Tidak akan. Karna Aruna ... sudah berjanji akan menjadi miliknya selamanya.

"Dengan, keluarga pasien?" Dokter yang bernama Damar itu keluar ruangan. Serempak, mereka langsung berdiri. Berniat untuk meminta jawaban dari Damar tentang kabar Aruna terkini.

"Iya, Dok. Anak saya ... udah kembali?" tanya Tania menghampiri Damar lebih dekat. Berusaha melihat kilat mata sang Dokter yang biasanya akan menunjukan kejujuran. Bohong, atau kebenaran.

Damar tersenyum, "Iya. Natusha Aruna Putrisenja yaitu anak Ibu udah kembali. Dia sudah berhasil melewati masa kritisnya."

Lagi dan lagi, mereka semua langsung menghela napas lega. Penantian mereka akhirnya berujung bahagia. Tak lupa perjuangan Aruna di sana pun berakhir dengan suka, bukan duka.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now