🦋 20 || Eskul

507 87 25
                                    

Aruna tersentak. Kepalanya tertunduk ke bawah saat mendengar bentakan itu. Kakinya perlahan mulai bergetar, gadis ini menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa takut.

"Kalian serius? Atau masuk ke sini cuma buat numpang nama doang?" Itu Aileen. Kakak kelas yang terkenal akan kesombongannya. Ia kini sedang 'menyambut' anak-anak Cakrawala yang ingin bergabung pada eskul yang dipimpin olehnya.

Aileen berdeham, "kalo cuma numpang nama doang, sih ... gue gak keberatan," ujarnya diakhiri senyuman picik.

Aruna menelan salivanya. Menghapus setitik keringat yang tadi sempat jatuh tepat di atas jidat. Kedua tangannya disatukan, sementara kakinya terdiam kaku di sana.

"Tapi, gue bisa nendang siapa aja yang menye-menye sama eskul ini." Aileen tersenyum simpul. Berhasil, senyuman itu bisa terlihat sangat palsu oleh Aruna.

"Gak boleh pansos, numpang nama, nyepelein atau bahkan masuk ke eskul ini cuma karna disuruh guru." Gadis dengan rambut sebahu itu terbatuk sesaat, "kalian bisa cari eskul lain kalo punya niatan kayak gitu."

Agnes, atau sang wakil dari Aileen memutarkan kedua bola matanya jengah, "bacot. Kalian semua diterima. Besok kumpul di sini, jangan ngaret atau lari di lapangan lima kali."

Agnes melengos. Aileen mengepalkan tangannya dengan amarah. Baru saja ia akan mencegah Agnes, namun naas, tangannya malah ditepis kasar oleh seseorang. Memberitahu bahwa jangan membuat masalah di depan anggota baru mungkin. Ya, mungkin.

Baik Aruna, ataupun teman-teman seangkatannya menghela napas lega. Kakak-kakak seniornya itu lantas pergi meninggalkan juniornya yang berjumlah enam orang.

"Dih, Mbak jago," celetuk Ghina kesal.

"Abang jago, sorry bang jago, ampun bang jago!" Raina memanas-manasi. Ia sendiri ikut kesal karna sempat tersemprot amarah Aileen tadi karna kedatangannya yang cukup lama.

"Tetetetet!" sambung Gyzha. Cowok itu kini berdiri sambil menenteng tasnya. Dari ke enam siswa yang kini masih terduduk di tempatnya, hanya Gyzha lah yang berjenis kelamin lelaki di sini.

"Gyzha ikutan eskul mading cuma buat dengerin gosip aja pasti." Belum juga selesai, Aruna mulai melemparkan komentar itu dengan cukup su'udzon.

Gyzha berhenti, wajahnya yang terkesan sableng kini sengaja dibuat kalem olehnya. Melihat pemandangan itu, Ghina yang sedari tadi berniat hanya akan menjadi penonton tiba-tiba tertawa keras.

"Diem lo cil. Gue hajar tar nangis ngadu ke Aliya," peringat Gyzha sabar. Memang, dari pagi entah mengapa Aruna selalu membuatnya naik darah. Astagfirullah.

Rea dan Anaya yang sedari tadi diam kini beranjak pergi. Melihat kejadian itu, sontak membuat Raina hampir saja mengeluarkan kedua bola matanya.

"Anjir!" ucapnya kaget.

"Gyzha masuk eskul cuma gara-gara Anaya anying," lanjutnya dengan nada yang cukup menyebalkan. Aruna dan Ghina yang mendengarkannya langsung membagi tatapan nakal.

 Aruna dan Ghina yang mendengarkannya langsung membagi tatapan nakal

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
ALSHANA (TERBIT) Onde histórias criam vida. Descubra agora