🦋 33 || Goyah

328 62 32
                                    

Karna bajunya sudah basah kuyup, kini Aruna dengan senang hati memakai hoodie tebal milik Laksa. Gadis itu sesekali berputar riang, merasa sangat suka dengan yang dipakainya sekarang. Ya, walaupun sebenarnya hoodie itu terlalu besar untuk manusia semungil Aruna.

"Duduk ngapa, sih? Puyeng otak gue liatnya," ceramah Arka tak bersahabat. Aruna menoleh, mendelik tak suka karna baru saja disindir kakak kelasnya itu.

"Sini, open jasa obok-obok otak biar gak nyinyir mulu," celetuk Aruna geram sendiri. Mata Kaisha memperhatikan mereka, namun tak lama gadis itu langsung mengalihkan pandangan ke arah novel yang ia pinjam dari Arka.

"Berani lu, cil?" Arka dengan tak kalah songongnya melipat kemeja sekolahnya. Wajahnya diangkat angkuh, mencoba menggoyahkan keberanian Aruna yang sempat membara tadi.

Aruna bersungut, "Iyalah! Pake tangan kosong kalo berani!"

"Lo gak tau tendangan ganteng dari gue bisa bikin lo terbang ke Arab secara instan?" Mata Arka berkedip nakal. Tawanya meledak di detik bersamaan dengan Aruna yang menatapnya tak minat.

"Ye, kalo ditendang sampe ke negri halu ya, gapapa." Aruna masuk ke dalam dunianya. Berhayal bagaimana tendangan Arka mampu membuat Aruna terpental ke dunia halu idamannya. Cogan, cogan, cogan. Aruna memang solimi.

Cowok yang menantangnya tadi hanya diam. Jika ia membalas ucapan Aruna tadi, sudah pasti masalah tendang-menendang ini akan semakin panjang dan akhirnya membuat kegaduhan.

"Nah, udah reda. Siapa yang mau pulang duluan?" tanya Arka ketika kepalanya menengok ke arah jendela. Hujan deras yang tadi menyerang mereka sudah mereda. Hanya ada beberapa titik-titik kecil yang masih berjatuhan sebagai penutupan.

"Arun!" Gadis itu mengangkat tangannya setinggi mungkin. Kaisha dan Laksa mau tak mau dipaksa menoleh, mulai terbiasa dengan sifat Aruna yang memang sangat aktif seperti tadi.

Arka mendengkus, "Gak. Lo pulang naek angkot aja sono!"

"Anak setan!"

****

Tubuh Aruna terhuyung ke belakang. Akibat tidur pulas di mobil Arka selama perjalanan, Aruna sekarang merasakan rasa kantuk yang masih menjalar di tubuhnya.

Dengan sempoyongan, Aruna merebahkan tubuhnya sendiri di atas sofa. Tangannya secara tak sadar bergerak menjelajahi meja di depannya itu dengan pelan. Hap! Akhirnya, benda yang ia cari berhasil dipegang.

Aruna menekan satu tombol. Mengakibatkan TV-nya yang kini menyala menyiarkan beberapa gosip tentang selebriti tanah air. Merasa bosan, gadis itu kembali menekan tombol dengan acak. Berusaha mencari tontonan yang memang layak dan harus ia lihat.

Akan tetapi, tubuhnya meremang saat tangannya secara tak sengaja menekan tombol remote TV yang bertuliskan angka 6 itu. Saluran TV ia lihat, pandangan tak menyenangkan kembali menyayat. Aruna tersenyum pelan, baru menyadari kejadian yang hampir saja ia lupakan.

Aliya ... sudah benar-benar pergi, ya?

Berita di TV itu sedang menyiarkan kematian seorang siswi dari CHS. Reporter wanita dengan rambut disanggul berbicara dengan cepat di sana. Menjelaskan secara rinci mengapa sang siswi memilih menggantungkan diri.

Tekanan dari keluarga alasan utama. Terusik, Aruna langsung mematikan saluran TV-nya. Gadis itu langsung berlari kencang menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah berhasil masuk, Aruna dengan sigap mengunci pintu kamarnya dari dalam. Napasnya terengah-engah karna efek berlarinya tadi. Gadis itu terheran, sejak kapan Aruna mulai melemah seperti ini?

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now