🦋 45 || Menggenggam

398 70 33
                                    

Jangan lupa baca cerita baru aku, gaiseu! Judulnya You Don't Want Me Anymore spin off cerita ALSHANA. Maaciw, aku tunggu notipnya ❤

****

"A-apa?" ulang Laksa panik. Matanya melotot sempurna. Sang perawat itu langsung membungkuk. Tanda permintaan maaf karna sudah lalai.

"Saya harus tanganin pasien, dulu. Kalian dimohon untuk menunggu di luar," paparnya mendorong ketiga anak SMA itu pergi keluar ruangan. Setelah berhasil, ia langsung menutup pintu dan menangani Aruna dengan temannya.

BRAK!

Laksa memukul pintu itu dengan kesal. Wajahnya pucat pasi, tidak tahu harus berbuat apa lagi. Tak lama, tubuhnya berbalik. Menangkap sosok Arka dan Kaisha menatapnya terkejut.

"Sa?" panggil Kaisha pelan. Laksa mendongak, mengangkat dagunya sebagai jawaban, "kalo Aruna enggak bangun lagi ... gimana?"

Satu pertanyaan, sejuta pikiran yang mengerikan.

"Sa, sabar." Kaisha mencoba menghentikan Laksa. Suaranya parau, mencoba meminta belas kasihan pada Laksa sekarang.

Melihat ekspresi Kaisha yang berbeda dari biasanya, Laksa terhenyak. Ia mundur selangkah, mengacak-acak rambutnya frustasi tak beraturan. Kini, karna suatu keteledoran tim rumah sakit, nyawa Aruna justru kembali dalam bahaya.

Arka berlari. Pergi ke luar rumah sakit menjadi Ibunya dan Mama Aruna. Sementara Kaisha? Cewek itu masih berdiri kaku jauh dari tempat Laksa. Mendekati pun percuma, Laksa hanya akan menyalahkan diri lagi memperburuk suasana.

Dokter dan perawat masuk ke dalam. Tergopoh-gopoh berusaha masuk dengan tempo yang sangat cepat. Sebelum mereka lenyap masuk ke sana, Laksa bisa menangkap wajah pias dari Sang Dokter.

Sepertinya ... Aruna memang sudah menyerah.

"Aruna k-kenapa?!" Tania berhamburan masuk ke rumah sakit. Suara lariannya menggema, Laksa menutup matanya, tak tahu bagaumana cara agar Tania berhenti meraung-raung seperti sebelumnya.

"Laksa, anak saya kenapa?!" tanya Tania memegang kedua bahu Laksa. Tak ada jawaban, Tania menggertak saat itu juga. Yang dia dengar dari Arka adalah Aruna kejang-kejang. Tapi di sisi lain, ia sama sekali tak tahu apa alasannya.

"Laksamana!" Entah tahu dari mana Tania mengetahui nama panjang Laksa, namun panggilan yang memiliki nada tinggi di sana membuat Laksa semakin bersalah.

"A-aruna ... enggak bakal meninggal, 'kan?" Tania menjerit. Air matanya tak bisa lagi ditahan. Sesak di dalam hatinya menguar, membuat pikirannya meracau secara liar. Ibu Laksa memeluk Tania dari belakang, mencoba mengamankan karna takut mama Aruna itu kembali menggila.

"Aruna ... e-enggak bakal tinggalin saya, 'kan?" lirih Tania tak bernada. Begitu dasar dan terhalang oleh suara isakan. Bibir wanita itu kembali terbuka, menjerit kesetanan karna memikirkan nasib anaknya.

"INI SEMUA KARNA KAMU!" teriak Tania jelas di depan wajah Laksa. Tangannya menunjuk-nunjuk secara terang-terangan, menyudutkan Laksa yang kini terkejut, "KALO AJA KAMU GAK BAWA ANAK SAYA KE ATAS ROOFTOP, DIA GAK BAKAL KAYAK GINI!"

Kaisha mengambil alih. Memeluk Tania dari depan dan membawanya ke belakang. Tak mau lagi membiarkan Tania menjadi-jadi hingga berteriak keras kepada Laksa seperti tadi. Arka mengambil langkah, menghadap Laksa yang kini sedang meredam amarah.

"Lo enggak-"

"PEMBUNUH!" Tania memberontak. Bahkan ketika dua orang menahannya dan membawanya ke belakang pun ia masih bisa berteriak sekencang itu. Seluruh orang yang berlalu-lalang kini mulai memperhatikan Laksa, menatapnya dengan tatapan tak percaya.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now